117
di rumah sakit umum maupun di rumah sakit khusus, meski pun kesalahan jarang terjadi fatal namun dapat mempengaruhi keselamatan
pasien dan kualitas kesehatan Velo, 2009. Kebanyakan yang sulit dilakukan dan sering keliru adalah
pembacaan resep. Petugas mengaku sering menerima resep tidak jelas. Seharusnya ketika tidak jelas petugas langsung mengkonfirmasi ulang
pada dokter, namun berdasarkan hasil observasi banyak ditemukan bahwa petugas hanya mengkonfirmasi dengan sesama petugas saja.
Selain itu, di outlet rawat inap dan rawat jalan semua petugas TTK dan apoteker setiap harinya tidak memiliki pekerjaan yang tetap.
Semunya bergantiaan ssecara acak dan tidak ada yang fokus dengan satu pekerjaan misalnya hanya mengemas obat, hanya melakukan entry resep.
Hal ini menyebabkan tempat di outlet rawat inap tak sesuai alur kerja.
6.3.2 Analisis Rekonsiliasi Obat di RS X
Pada penelitian sebelumnya pelaksanaan rekonsiliasi obat di beberapa rumah sakit hampir sama dengan pelaksanaan penelusuran riwayat
penggunaan obat. Tujuan dari Rekonsiliasi obat adalah memastikan informasi yang akurat tentang obat, mengidentifikasi ketidaksesuaian
informasi obat dari dokter. Tercatat dua rumah sakit yang diteliti melakukan
rekosnsiliasi obat telah sesuai dengan teori yang ada, yaitu dengan cara menanyakan kepada pasien, apakah pasien membawa obat dari rumah
kemudian membandingkan dengan pengobatan di rumah sakit. Jika pasien
118
membawa obat dari rumah, maka obat-obatan tersebut diperiksa kelayakannya, apakah telah sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
Jika terjadi ketidaksesuain maka Apoteker akan menghubungi dokter yang menangani pasien tersebut. Sedangkan satu rumah sakit lainnya belum
melakuakan kegiatan ini dikarenakan kurangnya jumlah tenaga kerja yang ada di rumah sakit Indah dan Utami, 2016.
Berdasarkan Permenkes RI No.58 tahun 2014 rekonsiliasi obat dilakukan dengan cara pengumpulan data, komparasi dan konfirmasi
informasi dari dokter. Sama halnya dengan penelitian sebelumya di RS X pun proses rekonsiliasi obat hampir sama dengan penelusuran riwayat obat.
Proses rekonsiliasi obat di RS X dilakukan dengan membandingkan instruksi pengobatan dari dokter dengan obat yang telah didapat pasien oleh
apoteker. Biasanya kegiatan ini dlakukan saat proses UDD dilakukan untuk pasien rawat inap dan sebelum penyerahan obat kepada pasien untuk rawat
jalan. Proses rekonsiliasi sudah berjalan sesuai standar yaitu dengan
pengumpulan data dari rekam medis, dokter penanggung jawab, serta komunikasi langsung dengan pasien. Lalu semua data itu dikomparasikan.
Komunikasi yang dilakukan apoteker dengan tenaga kesehatan lain pun sudah baik. Seperti yang ada pada PMK No.58 Tahun 2014, apoteker segera
melakukan konfirmasi jika ada yang tidak jelas pada proses komparasi data. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatkan bahwa
apoteker cenderung mau melakukan rekonsiliasi obat. Apoteker mau bekerja
119
melakukan rekonsiliasi obat sesuai dengan aturan yang ada Setiawan, et al. 2015
Rekonsiliasi di RS X pun sudah berjalan cukup baik. Semua catatan pasien didokumentasikan dan dicocokan, sehingga mudah ketika terjadi
pertukaran ruangan dan pertukaran RS.
6.3.3 Analisis Pelayanan Informasi Obat di RS X