101
”Kalau evaluasi berkala kita ga ada ya, lagi pula jarang, jadi kalau ada kejadian saja petugas langsung menulis laporan
lalu kita analisis dan segera diberi tindakan yang tepat untuk pasien, tapi setiap bulan kita lapor ke BPOM dan ke Sudin ya
itu terkait efek samping obat yang ada dan laporan obat psikotropik dan narkotik,” INF 1
“Kalau monitoring efek samping obat ya oeh apoteker tadi kalau menemukan kecurigaan misalnya ada yang alergi, nanti
diperiksa obatnya apa, terus ben er ga itu efek samping obat,”
RN 1 “Jarang sih ada efek samping, jadi kalau terjadi ya kita
langsung laporkan analisis lalu beritahu ke dokter, biasanya paling kala
u ada juga alergi obat saja,” AP Permasalahan pada MESO di RS X adalah belum dilakukan
secara aktif. Sehingga laporan efek samping obat hanya dibuat ketika ada laporan atau kejadian. Seharusnya bisa ada monitoring aktif
terkait efek samping obat yang mungkin terjadi pada pasien.
5.2.8 Gambaran Dispensing Sedian Steril di RS X
Berdasarkan hasil wawancara dispensing sediaan steril di RS
X dilakukan dengan teknik aseptik di ruangan khusus untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas
dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
102
pemberian obat. RS X telah mempunyai ruangan khusus untuk kegiatan ini.
Kegiatan yang dilakukan untuk pencampuran obat suntik. Hal ini disebabkan di RS X tak memiliki pasien kanker dengan
kebutuhan obat campur khusus. Berdasarkan hasil observasi, belum banyak kegiatan di
ruangan dispensing sediaan steril. Hal ini dikarenakan di ruangan tersebut memang tidak ada petugas khusus yang menjaga, petugas
yang akan mencampur obat suntik atau menyiapkan obat steril lainnya dari outlet rawat inap baru akan pindah ke ruangan tersebut
ketika ada kegiatan pencampuran obat. Berdasarkan
hasil observasi,
petugas melakukan
pencampuran dengan dosis yang telah diukur sebelumya. Cairan dicampur perlahan dan selalu dilakukan swab dengan tisu steril
sebelum dan setelah pencampuran pada tempat cairan. Jika pencampuran harus melalui biological safety cabinet, maka petugas
harus memakai APD lengkap yakni sarung tangan, masker, dan pakaian steril.
Sebelum masuk ruang pencampuran, petugas akan melalui ruang antara untuk ganti baju dan melakukan pembersihan diri
melalui HEPA Filter. Petugas masuk melalui pintu dengan pegangan stainless steel sedangkan obatnya masuk ke dalam pass box. Setelah
103
masuk petugas mengambil cairan dari dalam pass box dan melakukan pencampuran.
“Kalau mau melakukan pencampuran obat suntik, baru petugas akan naik ke ruangan atas dan melakukan kegiatan,
karena untuk petugas kh usus kami kekurangan tenaga,” RN
1 “Pencampuran obat suntik kami lakukan semua di ruang
steril di atas, sudah ada LAF juga,” AP
“Kalau campur obat suntuk ya harus di ruang steril kita juga pakai sarung tangan dan masker, kalau dilakukan di sini
outlet itu salah,” RN 2 Berdasarkan hasil observasi ditemukan masih adanya
petugas yang melakukan pencampuran obat suntik di ruang outlet rawat inap. Petugas yang melakukan pencampuran tersebut juga
tidak mengenakan APD seperti sarung tangan dan masker. Berdasarkan hasil observasi, berikut merupakan daftar
sarana dan prasarana yang ada di ruang dispensing sediaan steril. Tabel 5.7 Sarana Prasara Dispensing Sediaan Steril
No Syarat
Ketersediaan Keterangan
Ada Tidak
ada 1
Ruang bersih kelas 10.000
√
Diganti dengan LAF kelas 100
2 Ruang penyimpanan kelas 100.000
√
104
No Syarat
Ketersediaan Keterangan
Ada Tidak
ada 3
Ruang antara kelas 100.000
√ 4
Ruang ganti pakaian kelas 100.000
√ 5
Lantai datar dan halus tanpa sambungan, keras, serta resisten
terhadap zat kimia
√
6
Dinding rata dan halus, keras, serta resiste terhadap zat kimia
√ 7
Sudt-sudut permukaan langit-langit dengan dinding dibuat melengkung
dengan radius 20 – 30 mm
√
8
Colokan listrik
datar dengan
permukaan dan kedap air serta dapat dibersihkan
√
9
Penerangan, saluran, dan kabel dibuat di atas plafon
√ 10
Rangka pintu terbuat dari stainles stell
√ 11
Aliran udara menuju ruang bersih, ruang peniapa, ruang ganti pakaian,
dan ruang antara harus melalui HEPA filter dan memenuhi syarat
kelas 10.000
√
12 Tekanan udara ruang bersih adalah
15 pascal lebih rendah dari ruang lainnnya
√
Ada alat pengukur tekanan udara
13 Suhu udara di ruangan bersih dan
steril dipelihara pada suhu 16-25 C
√
Ada alat pengukur suhu dan pengecekan
oleh apoteker
14 Kelembaban relatif 45-55
√
Ada alat pengukur kelembaban ruangan
105
Di RS X dalam kegiatan dispensing sediaan steril masih ditemukan petugas yang mencampur oat suntik tidak pada ruangannya. Hal ini bisa berisiko
baik untuk petugas maupun pasien. Selain itu, RS X memang belum melakuakn kegiatan dispensing sediaan steril lain karena tak ada pasien dengan obat
kebutuhan khusus seperti kanker. Ruang dispensing RS X sudah tersedia dan dilengkap dengan LAF kelas 100 yang memenuhi standar dan pengecekan setiap
tahunnya.
5.3 Gambaran Pencapaian Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinik di
Rumah Sakit X
Dari 11 kegiatan pelayanan farmasi klinik, RS X hanya melaksanakan 7 kegiatan saja. Pelayanan farmasi klinik di RS X yang dilaksanakan terdiri dari
pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat, pemantauan terapi obat, monitoring
efek samping obat, dan dispensing sediaan steril. Sedangkan yang belum dilakukan adalah, konseling, visite, evaluasi penggunaan obat, dan pemantauan
kadar obat dalam darah. Di sisi lain, berdasarkan hasil telaah dokumen dan wawancara, pelaporan
kesalahan kejadian obat dari tahun 2015 ke 2016 mengalami penurunan. Namun, pada 2016 laporan yang masuk hanya sampai dengan bulan September sedangkan
Oktober, November, dan Desember tidak ada laporan yang masuk.