Kelengkapan Persyaratan Klinis Analisis Pengkajiaan dan Pelayanan Resep di RS X

115 lebih tinggi maka sangat berbahaya bahkan bisa menimbulkan kematian karena kesalahan pemberian Susanti, 2013. Sedangkan menurut WHO kekuatan obat menunjukkan berapa miligram setiap tablet, supositoria, atau mililiter cairan harus mengandung zat tertentu. Singkatan yang diterima secara internasional adalah g untuk gram, ml untuk mililiter. Penulisan angka desimal harus dihindari, jika perlu, menulis kata-kata penuh untuk menghindari kesalahpahaman. Misalnya, menulis Levotiroksin 50 mikrogram, bukan 0.050 miligram atau 50 ug. Tulisan tangan resep yang buruk dapat menyebabkan kesalahan WHO, 1994. Sedangkan untuk stabilitas obat memang tidak banyak diteliti pada penelitian kelengkapan resep sebelumnya. Dalam buku panduan WHO pun tak disebutkan adanya stabilitas obat dalam resep, namun perlu diketahui oleh apoteker dan dokter demi memberikan terapi yang tepat untuk pasien.

3. Kelengkapan Persyaratan Klinis

Berdasarkan sample yang diambil kelengkapan persyaratan klinis pada resep di RS X masih kurang. Hanya waktu penggunaan yang jumlahnya di atas 90 yakni 97.97. Sedangkan untuk indikasi hanya sebesar 47,12. Begitu juga untuk reaksi alergi hanya sebesar 27.12, padahal sudah ada kolom dalam form resep yang harus diisi oleh dokter terkait ada atau tidaknya alergi pada pasien. 116 Pertimbangan klinis dalam resep di antaranya adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan Hartini dan Sulasmono, 2007 dalam Apriliani, 2010. Persyaratan klinis yang menjadi pertimbangan tentang indikasi, kontraindikasi, dan waktu penggunaan memang tak disebutkan secara tegas harus ada dalam resep namun secara tegas harus diketahui oleh pasien . Hal ini dikarenakan banyak pula pasien yang tak patuh menjalankan terapi jika tak diberi peringatan terkait persyaratan klinis tersebut, kebanyak terjadi pada pasien dengan keluhan tidak begitu serius WHO, 1994. Kejadian kesalahan obat bisa terjadi pada tahap peresepan. Medicaton error dapat terjadi pada tahap peresepan precribing, penyiapan dispensing, dan pemberian obat drug administrastion. Kesalahan pada salah satu tahap dapat menimbulkan kesalahan pada tahap selanjutnya. Kejadian kesalahan obat medication error terkait dengan praktisi, produk obat, prosedur, lingkungan atau sistem yang melibatkan peresepan prescibing, penyiapan dispensing, dan administrasi administration Tajuddin, et al. 2012. Kesalahan meresepkan dan kesalahan resep merupakan masalah utama di antara kesalahan pengobatan. Proses peresepan ini terjadi baik 117 di rumah sakit umum maupun di rumah sakit khusus, meski pun kesalahan jarang terjadi fatal namun dapat mempengaruhi keselamatan pasien dan kualitas kesehatan Velo, 2009. Kebanyakan yang sulit dilakukan dan sering keliru adalah pembacaan resep. Petugas mengaku sering menerima resep tidak jelas. Seharusnya ketika tidak jelas petugas langsung mengkonfirmasi ulang pada dokter, namun berdasarkan hasil observasi banyak ditemukan bahwa petugas hanya mengkonfirmasi dengan sesama petugas saja. Selain itu, di outlet rawat inap dan rawat jalan semua petugas TTK dan apoteker setiap harinya tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Semunya bergantiaan ssecara acak dan tidak ada yang fokus dengan satu pekerjaan misalnya hanya mengemas obat, hanya melakukan entry resep. Hal ini menyebabkan tempat di outlet rawat inap tak sesuai alur kerja.

6.3.2 Analisis Rekonsiliasi Obat di RS X