107
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada saat penelitian ini dilakukan ditemukan keterbatasan peneliti dalam melakukan penggalian informasi dan pencarian data. Di antaranya:
1. Peneliti tidak bisa melakukan observasi atau telaah dokumen rekam medis sehingga tidak dapat mengamati variabel penelusuran riwayat
obat. 2. Keterbatasan waktu informan dalam memberikan informasi karena
waktu pekerjaan informan yang padat terutama pada apoteker dan asisten apoteker di rawat jalan.
6.2 Analisis Input Pelayanan Farmasi Klinik
Pada umumnya untuk meningkatkan suatu pelayanan ada dua cara yaitu dengan meningkatkan mutu dan kuantittas sumber daya, tenaga, biaya,
peralatan, perlengkapan, dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi atau dengan kata lain meningatkan input atau struktur serta
memperbaiki metode atau penerapan yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan, hal ini memperbaiki proses pelayanan organisasi kesehatan
Wijono dan Wijaya, 2012. Input yang ada di RS X memang masih kurang terutama dalam
penerapan teknologi. Peresepan masih manual dan belum terkomputerisasi. Sistem komputer baru ada pada billing harga dan cek persediaan serta
108
perencanaan pembelian. Hal ini membuat banyak resep tak jelas dan tak terbaca oleh petugas. Hal lain yang belum mendukung adalah laboratorium
khusus farmasi yang belum tersedia. Padahal penggunaan teknologi elektronik atau electronic prescribing
telah banyak disarankan digunakan di rumah sakit untuk menurunkan angka kejadian keslaahan obat. Menurut American Family Physician tenaga
kesehatan harus dapat menggunakan perangkat lunak untuk mengatasi kesalahn yang terjadi termasuk electronic prescribing dan pencarian litelatur
di internet secara internasional Pollock, Bazaldua dan Dobbie, 2007. Selain itu, jumlah apoteker di RS X hanya 7 orang. Tentu ini sangat
sedikit jika dibandingkan dengan resep yang masuk per hari bisa mencapai 800 hingga 900 resep. Total tenaga kefarmasian pun hanya 63 dengan
semuanya dibagi menjadi beberapa shift dan depo sehingga sulit untuk memaksimalkan berbagai pekerjaan yang khusus.
SPO terkait farmasi klinik juga telah dimiliki RS X dan sudah ada 96 SPO. Namun, belum ada proses evaluasi penjalanan SPO tersebut karena di
lapangan pun masih ada petugas yang melanggar. Seharusnya RS X melakukan evaluasi kefektifan peraturan yang diterapkan agar tidak ada
kejadian berulang terkait kesalahan obat.
6.3 Analisis Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit X