Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

134

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan simpulan bahwa RS X belum sepenuhnya menjalankan semua kegiatan farmasi klinis yang terdapat pada PMK No.58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Ada pun rinciannya berdasarkan pendekatan sistem sebagai berikut: 1. Pada pelayanan farmasi klinis di RS X yang menjadi kendala dalam input adalah SDM yang kurang memadai yaitu total jumlah tenaga kefarmasian hanya 63 dengan jumlah apoteker 7 orang sedangkan resep yang masuk per hari bisa 800-900 resep. Selain itu, pada sarana RS X juga belum menerapkan sistem electronic prescribing dalam meminimalisir kesalahan peresepan. Sedangkan kebijakan di RS X sudah ada 96 SOP, namun masih ada beberapa pelanggaran karena kurangnya monitoring. 2. Berdasarkan proses maka gambaran pelayanan farmasi klinis di RS X adalah sebagai berikut: a. Pada proses pengkajian dan pelayanan resep masih banyak ditemukan resep yang tidak lengkap baik secara administrasi, farmasetik, maupun klinis. Kelengkapan persyaratan administrasi mencapai 71.33, kelengkapan persyaratan 135 farmasetik 81, dan kelengkapan persyaratan klinis 34.44 . Permasalahan banyak terjadi saat pembacaan resep yang tidak jelas dan tidak lengkap. b. Kegiatan rekonsiliasi obat di RS X sudah berjalan dengan baik. Apoteker selalu mencocokan dengan catatan pperawat dan rekam medis pasien mengenai terapi obat. c. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat PIO di RS X baru sebatas pada saat penyerahan obat kepada pasien rawat jalan dan rawat inap pada saat pasien akan pulang. Media PIO ynag digunakan baru leafleat. Sedangkan untuk informasi obat bagi pegawai dibuat formalium RS X. Pada pemberian PIO sering kurang maksimal saat penyerahan di rawat jalan karena waktu yang singkat dan pasien yang banyak. d. Kegiatan Pemantauan Terapi Obat PTO di RS X sudah dilakukan namun baru dilakukan pada pasien dengan terapi lebih dari lima obat. Karena jika dilakukan semua SDM yang ada tidak cukup. e. Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat MESO telah dilakukan namun tidak berkala, baru bersifat responsif jika ada kejadian. RS X belum proaktif melakukan MESO jika belum ada kejadian pasien yang terkena efek samping obat. f. Kegiatan dispensing sediaan steril di RS X hanya berupa pencampuran obat suntik karena di RS X tidak memiliki alat 136 yang memadai untuk pencampuran obat khusus lainnya. Ditemukan juga, masih ada pegawai yang melakukan pencampuran steril tidak di ruang steril, sehingga ini membahayakan. 3. Dari 11 kegiatan pelayanan farmasi klinik, RS X melaksanakan 7 kegiatan. Pelayanan farmasi klinik di RS X yang dilaksanakan terdiri dari pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat, dan dispensing sediaan steril. Sedangkan yang belum dilakukan adalah, konseling, visite, evaluasi penggunaan obat, dan pemantauan kadar obat dalam darah.

7.1 Saran