Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suhu Udara Siklus Hidrologi

Gejala Atmosfer dan Hidrosfer tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan tersebut akan berakibat pada perbedaan suhu udara. Daerah yang menerima lebih banyak penyinaran matahari, akan memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Pada daerah ini, udara bergerak mengembang atau memuai sehingga tekanan udaranya rendah. Pada daerah yang suhu udaranya lebih rendah, tekanan udaranya lebih tinggi. Perbedaan tekanan udara ini akan mengakibatkan terjadinya gerakan udara dari daerah yang tekanan udaranya lebih tinggi ke daerah yang tekanan udaranya lebih rendah atau disebut angin. Walaupun prosesnya sama seperti yang telah dijelaskan di atas, tetapi angin memiliki berberapa jenis, yaitu:

a. Angin Fohn

Angin fohn adalah angin jatuh yang panas dan kering. Maksud angin jatuh adalah angin yang menuruni lereng gunung setelah sebelumnya bergerak naik ke puncak gunung. Pada saat angin tersebut naik ke puncak gunung, angin tersebut mengalami penurunan suhu dan terjadi pengembunan kemudian turun hujan. Pada saat melewati puncak gunung, angin tersebut telah kering dan turun melewati puncak. Namun, suhu angin tersebut naik ketika bergerak turun menuju lembah. Bahkan, ketika sampai lembah, angin tersebut suhunya lebih tinggi dari suhu udara di lembah tersebut, sehingga orang yang tinggal di lembah akan merasakan adanya aliran angin yang panas dan kering. Angin ini pada awalnya dikenal di Jerman dan Austria, yaitu di lereng utara pegunungan Alpen. Namun, ternyata angin tersebut juga ada di tempat lain seperti di Amerika Serikat dan Kanada dengan nama Angin panas dan kering Sumber: www.meteowanderweg.ch Gambar 7.5 Proses terjadinya angin fohn. Hujan Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII Sumber: Pengetahuan tentang Cuaca, 00 Gambar 7.6 a. Angin darat,dan b. Angin laut. a b Angin Chinook. Di Indonesia juga dikenal sejumlah nama yang sebenarnya juga merupakan angin fohn. Angin tersebut dinamai berbeda-beda, yaitu Angin Bohorok di Deli Utara Sumatera Utara, Angin Kumbang di Cirebon, Angin Gending di Probolinggo Jawa Timur, Angin Brubu di Ujungpandang Sulawesi Selatan, dan Angin Wambrau di Daerah Yapen dan Biak Papua.

b. Angin Darat dan Angin Laut

Angin darat adalah angin yang bergerak dari arah darat ke laut, sedangkan angin laut adalah angin yang bergerak dari laut ke darat. Terjadinya angin tersebut adalah karena adanya perbedaan sifat isik darat dengan laut dalam kaitannya dengan panas yang diterima dari radiasi matahari. Daratan memiliki sifat lebih cepat panas dibandingkan dengan lautan. Akibatnya pada siang hari, tekanan udara di daratan lebih rendah daripada di lautan. Karena itu, angin bergerak dari laut ke darat, dan terbentuklah angin laut. Sebaliknya pada malam hari, daratan lebih cepat dingin dibanding lautan sehingga tekanan udara di daratan lebih tinggi dibandingkan dengan di lautan. Karena itu, bergeraklah udara dari daratan ke laut dan terbentuklah angin darat. Gejala Atmosfer dan Hidrosfer

c. Angin Gunung dan Angin Lembah

Pada siang hari bagian lereng gunung akan lebih banyak dipanasi sinar matahari dibandingkan dengan bagian lembahnya. Akibatnya, terjadi perbedaan tekanan udara antara lereng gunung dan lembah. Lereng gunung tekanan udaranya lebih rendah dibandingkan dengan lembah sehingga angin bergerak dari lembah menunju lereng gunung. Angin tersebut dikenal dengan nama angin lembah. Pada malam hari lereng gunung suhunya lebih rendah dibandingkan dengan lembah. Akibatnya tekanan udara di lereng gunung lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian lembahnya. Karena itu, terjadilah angin gunung, yaitu angin yang bergerak dari lereng gunung menuju lembah. Seperti halnya angin fohn, angin gunung, dan angin lembah terjadi pada gunung atau pegunungan yang tinggi. Sebagian besar permukaan bumi ditutupi oleh air, baik yang berada di laut atau samudera maupun yang berada di daratan. Walaupun demikian, manusia seringkali menghadapi masalah berkaitan dengan air, Sumber: www.e-dukasi.net Gambar 7.7 Angin Lembah dan Angin Gunung. Aktivitas Individu 1. Mengapa daratan lebih cepat panas dan dingin dibandingkan dengan lautan? 2. Mengapa jika suatu permukaan daratan atau lautan suhunya tinggi tetapi tekanannya rendah?

B. Gejala Hidrosfer

Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII yaitu banjir dan kekeringan. Agar kita bisa memahami masalah tersebut, maka diperlukan pemahaman tentang berbagai gejala yang berkaitan dengan air atau gejala hidrosfer. Dengan cara demikian diharapkan kita dapat mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan air.

1. Siklus Hidrologi

Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup yang harus tersedia terus menerus. Setiap hari kita menggunakannya untuk berbagai keperluan, baik untuk minum, mandi, mencuci, dan lain-lain. Namun demikian pernahkah kalian bertanya mengapa air tersedia terus menerus atau tidak habis, padahal setiap hari manusia dan makhluk hidup lainnya memanfaatkannya? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan suatu jawaban singkat, yaitu karena air tidak hilang tetapi berubah wujud dalam bentuk sirkulasi. Air yang sempat ataupun yang tidak sempat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainya mengalir ke sungai, meresap ke dalam tanah dan menguap. Air yang mengalir pada sungai-sungai akan sampai di lautan. Secara tetap, air menguap dari permukaan bumi, baik dari laut atau samudera maupun dari wilayah darat sungai, danau, waduk, tumbuhan, dan tanah yang lembab. Air yang menguap tersebut akhirnya membentuk awan dan terjadilah hujan, sehingga air yang diuapkan dikembalikan ke permukaan bumi, baik daratan maupun lautan. Kejadian tersebut terus berulang atau bersirkulasi, sehingga disebut siklus air atau siklus hidrologi. Pada dasarnya, air dalam siklus tersebut hanya berubah wujud, yaitu dari zat cair, zat gas uap dan zat padat es. Perubahan dari zat cair menjadi zat gas uap disebut evaporasi penguapan. Perubahan dari zat gas atau uap air menjadi titik- titik air disebut kondensasi. Perubahan dari zat cair menjadi zat padat es disebut pembekuan dan sebaliknya disebut pencairan. Perubahan tersebut bisa terjadi secara langsung dari zat gas menjadi zat padat atau sebaliknya yang disebut dengan istilah sublimasi. Perubahan-perubahan tersebut tentunya membutuhkan energi dari sinar matahari atau sebaliknya mengeluarkan energi. Gejala Atmosfer dan Hidrosfer

2. Jenis-Jenis Air Permukaan dan Air Tanah

Pada saat air hujan sampai ke permukaan bumi, maka sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lainnya akan mengalir di atas permukaan tanah. Air yang meresap ke dalam tanah akan menjadi airtanah. Air yang mengalir di permukaan akan menjadi air pemukaan dan mengisi tubuh-tubuh air berupa saluran air atau sungai, danau, dan rawa.

a. Air Permukaan

1. Danau

Danau merupakan wilayah cekungan di daratan yang terisi oleh air. Sumber air yang mengisi danau tidak selalu dari air sungai, tetapi juga bisa dari air hujan secara langsung maupun rembesan dari air tanah di sekitar danau. Danau dapat dibedakan antara danau alam dan danau buatan. Danau alam terbentuk karena proses alam misalnya aktivitas vulkanik, tektonik maupun aktivitas es pada zaman es. Sementara itu, danau buatan atau bendungan merupakan danau yang sengaja dibuat dengan cara membendung air sungai. Walaupun kelihatan sama, sebenarnya danau dapat dibedakan atas proses pembentukannya. Berikut adalah jenis danau berdasarkan proses pembentukannya: Gambar 7.8 Siklus hidrologi. Sumber: pubs.usgs.gov Gambar 7.9 Danau. Sumber: www.my-indonesia.info Gambar 7.10 Danau Tondano. Sumber: www.minahasa.go.id Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII Gambar 7.14 Danau buatan waduk. a Danau vulkanik, yaitu danau yang terbentuk pada lubang kepundan atau kaldera gunungapi. Air hujan mengisi lubang kepundan atau kaldera, sehingga terbentuklah danau. Danau tipe ini sangat berbahaya jika gunungapinya masih aktif. Jika akan terjadi letusan, maka air danau akan meresap menuju magma dan akan menambah kekuatan letusan. Selain itu, jika dinding kawah jebol, maka akan terjadi banjir yang besar dengan kecepatan tinggi atau banjir bandang. Karena itulah dibuat terowongan untuk mengurangi volume air danau. Contoh danau ini diantaranya Danau Gunung Batur, dan Gunung Galunggung. b Danau tektonik, yaitu danau yang terbentuk karena adanya gerakan tektonik sehingga terbentuk cekungan-cekungan akibat patahan dan lipatan. Contohnya: Danau Tempe, Danau Tondano, Danau Towuti di Sulawesi, Danau Maninjau, Danau Takengon, dan Danau Singkarak di Sumatera. c Danau vulcano-tectonik, yaitu danau yang terbentuk karena gabungan proses vulkanik dan tektonik. Patahan atau depresi terjadi pada bagian permukaan bumi pasca letusan. Dapur magma yang telah kosong menjadi tidak stabil, sehingga terjadi pemerosotan atau patah. Cekungan akibat patahan tersebut kemudian diisi oleh air. Contohnya, Danau Toba di Sumatera. d Danau pelarutan solusional, yaitu danau yang terbentuk karena proses pelarutan pada bentuklahan negatif atau berada di bawah rata- rata permukaan setempat. Peristiwa ini terjadi di daerah kapur karst oleh air hujan yang mengandung CO2. Bentuklahan yang negatif pada daerah karst pegunungan kapur antara lain doline. Doline adalah ledokan atau lubang yang berbentuk corong pada batugamping atau batu kapur dengan diameter dari beberapa meter saja sampai1 km dengan kedalaman dari beberapa meter sampai ratusan meter. e Danau ladam atau tapal kuda oxbow lake terbentuk akibat proses pemotongan saluran sungai meander secara alami dan ditinggalkan oleh alirannya. Sungai tersebut terputus dari sungai induknya dan sumber air yang diperoleh hanya dari air hujan. Besar danau bervariasi sesuai dengan ukuran sungai yang membentuknya. Sumber: simalungunkab.go.id Gambar 7.11 Danau Toba Sumber: upload.wikimedia.org Gambar 7.12 Doline Sumber: www.agpix.com Gambar 7.13 Danau tapal kuda Sumber: www.agpix.com