Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan 4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung 6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi 8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Rakai Dyah Balitung. Menurut prasasti Kedu dapat diketahui bahwa Raja
Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran. Selanjutnya salah seorang keturunan raja Dinasti Sailendra yang
bernama Sri Sanggrama Dhananjaya berhasil mengge- ser kekuasaan Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai
Panangkaran pada tahun 778 M. Sejak saat itu Kerajaan Mataram dikuasai sepenuhnya oleh Dinasti Sailendra.
Tahun 778 sampai dengan tahun 856 sering disebut sebagai pemerintahan selingan, karena antara Dinasti
Sailendra dan Dinasti Sanjaya silih berganti berkuasa di Mataram. Dinasti Sailendra yang beragama Budha
mengembangkan kerajaan Mataram Lama yang berpu- sat di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan Dinasti
Sanjaya yang bergama Hindu mengembangkan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah bagian Utara.
Puncak kejayaan Dinasti Sanjaya terjadi pada masa pemerintahan Raja Balitung yang menguasai
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia mendirikan candi Prambanan dan Loro Jonggrang. Masa pemerintahan
raja-raja Mataram setelah Dyah Balitung tidak terlalu banyak sumber yang menceritakannya. Tetapi dapat
Sumber: Lukisan sejarah 1995
Gambar 8.9
Cabdi Borobudur.
Indonesia Pada Masa Hindu-Budha
diketahui nama-nama raja yang memerintah, yaitu Daksa 913-919, Wawa 919-924, Tulodhong 924-
929, dan Mpu Sindok 929-948. Pada tahun 929 M ia memindahkan ibukota kerajaan dari Medang ke
Daha Jawa Timur.
e. Kerajaan Mataram Lama berpusat di Jawa Timur
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataram dari Medang
Jawa Tengah ke Daha Jawa Timur. Selanjutnya Mpu Sindok ini mendirikan dinasti baru yang
bernama Isanawangsa dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat Kerajaan. Mpu Sindok ini memerintah
sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M. Mpu Sindok kemudian digantikan oleh Sri Isana Tunggawijaya
yang memerintah sebagai Ratu. Ia menikah dengan Raja Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang
bernama Sri Makutawang Swardhana Berdasarkan Prasasti Pucangan yang berangka
tahun 1019, berikut ini silsilah raja yang memerintah di Mataram Jawa Timur.
Pada akhir abad ke-10 M, Mataram selajutnya diperintah oleh Sri Dharmawangsa yang memerintah
sampai tahun 1016 M. Ia adalah salah seorang keturunan Mpu Sindok. Berdasarkan berita dari
Cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan ke Sriwijaya sebagai
upaya mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya. Serangan tersebut gagal, malahan Sriwijaya berhasil
menghasut Raja Wurawari sekitar Banyumas untuk menyerang istana Dharmawangsa pada tahun 1016.
Mpu Sindok 929-947 Sri Isanatunggawijaya
Sri Lokapala Sri Makutawangsawardhana
Sri Dharmawangsa Gunapriadharmptani
Udayana raja Bali
Airlangga Marakata
Anak Wungsu
+
+
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII
Dari sini mulai terjadi kehancuran Dharmawangsa, setelah Wurawari melakukan penyerangan ke istana.
Peristiwa ini menewaskan seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa sendiri, dan hanya Airlangga
yang berhasil menyelamatkan diri. Airlangga berhasil menyelamatkan diri bersama Purnarotama dengan
bersembunyi di Wonogiri hutan gunung. Di sana ia hidup sebagai seorang pertapa.
Pada tahun 1019, Airlangga menantu Dharmawangsa dinobatkan menjadi raja
menggantikan Dhamawangsa oleh para pendeta Budha. Ia segera mengadakan pemulihan hubungan
baik dengan Sriwijaya. Airlangga membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari
India Selatan. Selanjutnya tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang
pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga juga memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke
Kahuripan. Pada tahun 1042, Airlangga menyerahkan
kekuasaanya pada putrinya yang bernama Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan
memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Selanjutnya Airlangga memerintahkan
Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan yaitu sebagai berikut.
1. kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya Garasakan Jayengrana
dengan ibukota di Kahuripan Jiwana meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan
2. Kerajaan Panjalu Kediri di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama
Samarawijaya Jayawarsa, dengan ibukota di Kediri Daha, meliputi daerah sekitar Kediri
dan Madiun. Perkembangan selanjutnya yang memerintah di Kediri antara lain raja Jayawarsa,
Jayabaya, Sarwewara, Gandara, Kameswara,dan Kertajaya. Kerajaan Kediri pada masa Kertajaya
ini akhirnya dikalahkan oleh dari Tumapel daerah kekuasaan Kediri pada tahun 1222
dalam pertempuran di Ganter. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Panjalu
Kediri
f. Kerajaan Singhasari
Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa atas perintah Berihiang menyerang Kediri pada
tahun 1222, dan berhasil mengalahkan Kertajaya.
Gambar 8.10
Arca perlambang raja Airlangga.
Sumber: Lukisan sejarah 1995