Masa Bercocok Tanam Wawasan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial SMP MTs Kelas 7 Iwan Setiawan Suciawati Lina Hasanah Edi 2008

Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan. Pada tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dang mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok tanam, manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap. Mereka tidak perlu berpindah-pindah lagi karena persediaan makanan melalui bercocok tanam sudah tercukupi. Berhuma merupakan cara bercocok tanam yang digunakan oleh manusia pra-aksara pada masa itu. Cara berhuma digunakan dengan membersihkan hutan dan menanaminya. Karena proses berhuma memakan waktu yang lama, manusia pra-aksara tinggal di tempat mereka berhuma dan membangun rumah. Rumah itu terbuat dari kayu. Pada masa itu, manusia pra-aksara hidup berpindah-pindah. Ketika tanah yang mereka olah tidak subur lagi, mereka pindah berhuma ke tempat lain dan rumah itupun ditinggalkan. Teknik bercocok tanam dengan berhuma masih tetap digunakan sampai saat ini. Teknik berhuma digunakan pada daerah-daerah yang kurang dengan sistem perairannya. Masa bercocok tanam manusia pra-aksara menghasilkan berbagai alat kehidupan. Alat-alat itu ada yang terbuat dari batu, tulang, dan kayu. Alat atau benda-benda yang terbuat dari batu pada masa bercocok tanam ini masuk dalam zaman mesolithikum zaman batu pertengahan dan neolithikum zaman batu muda. Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa bercocok tanam alat-alat yang dihasilkan sudah mengalami perkembangan. Jika pada masa berburu Gambar 2.7 Alat-alat dari tulang. Sumber: Lukisan Sejarah, Kehidupan Manusia Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia dan mengumpulkan makanan alat yang dibuat dari batu masih kasar maka pada masa bercocok tanam alat-alatnya sudah mulai halus. Berikut ini benda- benda yang dihasilkan pada masa bercocok tanam, antara lain sebagai berikut. a. Kjokkenmoddinger Salah satu bukti adanya kehidupan manusia pada pra-aksara adalah ditemukannya kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Denmark kjokken= dapur, modding= sampah, secara harpiah diartikan sampah-sampah dapur. kjokkenmoddinger banyak ditemukan di daerah tepi pantai. adanya kjokkenmoddinger menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah yang bertonggak. Ditemukannya kjokkenmoddinger menunjukan manusia pra-aksara hidupnya tergantung dari hasil- hasil laut, seperti siput dan kerang. cara memakan siput itu dengan dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isi bagian kepalanya. Kulit-kulit siput itu tidak dimakan dan dibuang.Kulit-kulit siput dan kerang yang dibuang itu menumpuk selama ratusan atau ribuan tahun dan menjadi bukit kerang. Bukit-bukit inilah yang dinamakan kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger banyak ditemukannya di sepanjang pantai Sumatera Timur Laut, antara Aceh, Langsa, dan Medan. Pada kjokkenmoddinger itu ditemukan juga kapak genggam pebble. 2 Abris Sous Rosche Abris sous rosche merupakan gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang. Gua tersebut berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada manusia pra-aksara dari hujan dan panas. Alat-alat yang juga ditemukan di Abris Sous Rosche di antaranya alat-alat dari batu berupa ujung panah dan lakes, batu-batu penggiling, kapak-kapak yang sudah diasah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dan alat- alat dari logam perunggu dan besi. Tulang belulang manusia pun ditemukan jenis Papua-Melanesoide dan binatang. Abris sous rosche banyak ditemukan di Gua Lawa dekat Sampung Ponorogo, Madiun, Bojonegoro, dan Lamoncong Sulawesi Selatan. Para peneliti yang mengadakan penelitian tentang hal ini, yaitu Stein Callenfels di Gua Lawa, van Heekeren di daerah Basuki, dan Fritz Sarasain dan Paul Sarasin di Lamoncong. Sumber: Lukisan Sejarah, Gambar 2.8 Abris Sous Rosche. Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII 3 Gerabah Gerabah berasal dari tanah liat yang dibakar. Cara pembuatannya sangat sederhana, yaitu tanah liat dibentuk dengan menggunakan tangan. Lama- lama cara pembuatan dengan tangan ini mengalami perkembangan. Tanah liat di simpan di atas meja yang menggunakan roda. Meja itu diputar untuk memperoleh bentuk yang lebih baik dan indah. Pada sisi gerabah itu mulai dihias dengan pola hias dan warna. Salah satu jenis hiasan pada gerabah ialah hiasan anyaman. Hiasan itu dibuat dengan menempelkan selembar anyaman atau tenunan pada gerabah yang masih basah. Setelah itu gerabah dijemur dan selanjutnya dibakar. 4 Kapak Persegi Alat ini terbuat dari batu api dan ada juga yang dibuat dari chalcedon yang berbentuk sebuah bidang segi panjang atau berbentuk trapesium. Pengertian kapak di sini bukan hanya benda kapak saja, tetapi jenis alat lainnya yang memiliki berbagai ukuran dan berbagai keperluan, yaitu ukuran yang besar bernama beliung atau pacul, dan ukuran yang kecil bernama tarah yang berfungsi untuk mengerjakan kayu. Alat-alat tersebut memiliki tangkai yang diikatkan. Kemungkinan pembuatan kapak persegi ini dibuat dalam suatu tempat tertentu, dari tempat itu kemudian dibawa ke tempat-tempat lain untuk diperjualbelikan. Hal itu dapat dibuktikan dengan kapak persegi yang ditemukan di tempat-tempat lain yang tidak banyak terdapat sumber batu api. Kapak persegi banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Fungsi dari kapak persegi ini ada yang digunakan untuk bercocok tanam, pusaka pada upacara-upacara tertentu, dan alat penukaran karena uang belum dikenal. Sumber: Lukisan Sejarah, Gambar 2.9 Kapak persegi. Kehidupan Manusia Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia 5 Kapak Lonjong Kapak ini disebut kapak lonjong karena garis penampang memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong. Bentuk kapaknya sendiri bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan di ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ukurannya ada yang berukuran besar dan kecil. Ukuran yang besar disebut dengan walzeinbeil dan ukuran kecil disebut kleinbeil. Kebudayaan kapak lonjong disebut pula kebudayaan Neolitihikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua Irian. Selain di Papua, jenis kapak ini ditemukan pula di daerah lainnya yaitu di Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak. Berdasarkan tempat ditemukannya kapak lonjong ini, dapat disimpulkan bahwa penyebaran alat ini dari timur, yaitu dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa terus ke timur. 6 Perhiasan Manusia purba pada masa bercocok tanam sudah mengenal hiasan. Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan berasal dari bahan-bahan yang mudah dicari di sekitar tempat tinggalnya. Bagi yang tinggal di daerah pantai, mereka membuat hiasan yang berasal dari kulit kerang. Ada pula hiasan yang terbuat dari terrakota, yaitu tanah liat yang dibakar seperti membuat gerabah. Sedangkan hiasan yang dibuat dari bahan batu berupa gelang, kalung dan beliung. 7 Pakaian Manusia pada masa bercocok tanam diduga sudah mengenal pakaian. Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang. Bukti penemuan pakaian pada masa pra-aksara ditemukan di Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan beberapa tempat lainnya.

3. Masa Megalithikum

Selain alat-alat yang telah disebutkan di atas, masih terdapat benda-benda lainnya yang dihasilkan, khususnya benda yang ada kaitannya dengan kepercayaan manusia yang hidup pada masa zaman batu. Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam merupakan perkembangan dari zaman masa berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa sebelumnya, manusia purba sudah mengenal kepercayaan yaitu berupa adanya penguburan. Pada masa becocok tanam kepercayaan masyarakat ini dibuktikan dengan ditemukannya bangunan-bangunan Gambar 2.10 Kapak Lonjong. Sumber: Lukisan Sejarah, Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII batu besar atau disebut megalithikum. Bangunan megalithikum ini diperkirakan berlangsung sejak zaman bercocok tanam dan masa perundagian. Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalithikum antara lain sebagai berikut. a Menhir. Menhir berbentuk tiang atau tugu batu tunggal yang didirikan untuk menghormati roh nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia seperti di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan. b Dolmen. Dolmen adalah meja batu yang berkakikan menhir. Dolmen ini berfungsi sebagai tempat sesaji atau pemujaan kepada roh nenek moyang. Ada pula dolmen yang berfungsi sebagai peti mayat yang didalamnya terdapat tulang belulang manusia, dan ada yang disertai dengan benda-benda lainnya seperti periuk, gigi binatang, dan porselen. Benda-benda ini disertakan sebagai bekal bagi yang meninggal. c Sarkopagus atau keranda. Bentuknya seperti palung atau lesung, tetapi mempunyai tutup. Sarkopagus seperti juga dolmen yang berfungsi sebagai peti mayat, di dalamnya terdapat tulang belulang manusia bersama bekalnya. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali. d Kubur batu. Kubur batu berfungsi sebagai peti mayat, hanya beda bentuknya. Kubur batu dibuat dari lempengan batu yang disusun menjadi peti. Kubur batu antara lain ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat dan Gilimanuk, Bali. e Punden berundak-undak. Bangunan batu ini tersusun secara bertingkat-tingkat. Biasanya pada punden berundak-undak terdapat menhir. Fungsi bangunan ini sebagai tempat pemujaan. Punden berundak-undak antara lain ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan. Sumber: Lukisan Sejarah, Gambar 2.11 Menhir. Gambar 2.12 Punden berundag-undag. Sumber: www.pacitan.go.id