Kerajaan Cirebon Kerajaan Makasar Goa dan Tallo

Perkembangan Islam di Indonesia Kerajaan Makasar mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Hasanuddin 1654-1660. Ia berhasil membangun Makasar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Hasanuddin berani melawan Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makasar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. Keberaniannya melawan Belanda, ia dijuluki “Ayam Jantan dari Timur” oleh orang-orang Belanda sendiri. Dalam perang ini, Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai Makasar. Makasar terpaksa menandatangi Perjanjian Bongaya 1667 yang isinya sesuai dengan keinginan Belanda. Dengan perjanjian tersebut, 1. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah- rempah di Makasar; 2. Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makasar; 3. Makasar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makasar; 4. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone. Peta 9.6 Peta kekuasaan Kerajaan Goa-Tallo. Sumber: Atlas Sejarah dan Dunia, 2003

g. Kerajaan Banjar

kerajaan Demak berhasil membantu mengembalikan Pangeran Tumenggung Samudra sebagai Raja Banjar. Oleh sebab itulah, Raja Banjar tersebut masuk Islam dan mendapat gelar Sultan Suryanullah. Perkembangan agama Islam meluas hampir ke seluruh Kalimantan setelah Raja Banjar masuk Islam. Pengislaman di Kalimantan ini tidak lepas dari peranan Sultan Suryanullah dan para mubalig lainnya, seperti Datok Ri Bandang, Tuan Tunggang Parangan, dan Aji di Langgar berhasil mengembangkan Islam di Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII 00 Kalimantan Timur. Mubalig dari Jawa juga memiliki peranan dalam proses perkembangan Islam di daerah Sukadana, Kalimantan Barat. Selain mubalig dari Makasar dan Jawa, para pedagang Arab juga berperan dalam perkembangan Islam di Kalimantan.

h. Kerajaan Ternate dan Tidore

Islam masuk ke Maluku berkaitan erat kdengan kegiatan perdagangan. Para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana pada abad ke-15. Kemudian, muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha Maluku Empat Raja yaitu Kesultanan Ternate dipimpin Sultan Zainal Abidin,1486-1500, Kesultanan Tidore dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Berkat dakwah dari empat kerajaan tersebut, masyarakat muslimin di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera Maluku Utara adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian, dikuasai oleh Kesultanan Tidore. Sementara itu, wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah. Sedangkan kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore menimbulkan dua persekutuan dagang, yaitu : 1. Uli-Lima persekutuan lima bersaudara dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, kerajan

C. Masyarakat Pada Masa

Islam