Tumbuh dan berkembangnya kesombongan, kerakusan, dan popularitas.

86 a. Kehancuran nilai tertinggi kemanusiaan Imanuel Kant, pernah memandang bahwa setiap manusia selalu mendambakan dan berjuang untuk mencapai ―Summum Bounum‖ yakni nilai tertinggi bagi kehidupannya. Nilai tertinggi bagi seorang muslim adalah memperoleh keridoan Allah SWT., sebagai penentu segalanya. Nilai itu menjadi pemandu gerak budaya yang di anut setiap kebudayaan dimana saja manusia berada dalam mewujudkan peradabannya. Nilai itu berada di luar proses sosial – budayanya ia menjadi acuan, karenanya kehidupan manusia memiliki ikatan tanggung jawab terhadap nilai itu. Hidup manusia tidak bebas menuruti hawa nafsunya, tetapi ada batas-batas tanggung jawab terhadap nilai kemanusian yang di anggap tinggi itu. Fungsi manusia dalam berupaya mencapai niliai tertinggi itu adalah beribadah yakni melakukan segala amal perbuatan sesuai dengan kehendak Allah, baik berupa perintah maupun larangan, yakni perintah untuk dilaksanakan dan larangan untuk dijauhi. Namun ternyata ikatan tanggung jawab ini telah sirna ditelan virus free dom, yang menanamkan kebebasan menurut kehendak untuk memuaskan hawa nafsu yang bersifat individualis. Nilai bukan tidak diakui keberadaannya, mereka sadar pentingnya nilai yang mengikat tetapi nilai itu dihasilkan oleh proses kebebasan itu sendiri. Bukan berada di luar proses dan berfungsi memandu berbagai aktivitas manusia, melainkan nilai tumbuh dan berkembang dari dalam proses itu sendiri. Tidak ada nilai yang lebih tinggi selain nilai yang dihasilkan oleh kebebasan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada nilai absolut atau nilai kekekalan keabadian. Akibatnya manusia dianggap penguasa tertinggi. Inilah atheisme. Maka hancurlah nilai tertinggi kemanusiaan.

b. Tumbuh dan berkembangnya kesombongan, kerakusan, dan popularitas.

Semua manusia menyadiri, ia tidak hidup dengan sendirinya, tidak mati dengan sendirinya. Manusia hidup dihidupkan, dan mati dimatikan, tetapi kenapa kekuasaan yang menghidupkan dan mematikan itu dilupakannya. Inilah penyakit yang tidak hanya melanda orang atheis, tetapi telah meracuni orang-orang yang beragama yang mendabakan kebebasan hidup dan gila akan kesenangan duniawi, yang bersifat meterial, ria ingin disanjung dipuji orang, dan kesombongan dengan mengutamakan gengsi. Penyakit melupakan kekuasaan tuhan dalam berbagai kehidupan telah menjalar kepada pemisahan agama dengan negara, dimana agama ditekan menjadi urusan pribadi, nilai agama tidak lagi mengatur kehidupan umat tetapi mengatur keyakinan indiviual dengan tuhannya. Inilah ganasnya virus pree dom dan pree value, kerena itu pula budaya mereka bersifat sekularisme. Namun kedasatan spiritual agama dalam kehdiupan tidak bisa mereka bendung, pengaruh keyakinan 87 beragama mempengaruhi kehidupan masyarakat demikian kuat, sehingga untuk menutupi kekeliruan visinya mereka mengkemas kemajuan dengan pengakuan terhadap ajaran agama, sebagaimana Weber dengan protestan etiknya telah mempengaruhi kapitalisme. Jika kaum agamawan itu berani dan mampu menunjukan kekuatan spiritual agama dalam berbagai kehidupan, tentunya ia akan merasa bahwa protestan etik yang di kemukakan Weber telah menyempitkan pengaruh agama bagi kehidupan manusia. Ini artinya ajaran agama telah tereleminasi menjadi sepuluh butir yang dipublikasikan sebagai protestan etik. Mereka meninggalkan agama dan beralih kepada ilmu pengetahuan yang seolah- olah telah menjadi ―agama baru‖. Dengan mendewakan ilmu pengetahuan mereka telah menumbuh kembangkan kesombongan kedua yakni menganggap ilmu pengetahuan mampu mengatasi segala persoalan hidup dan dapat membahagiakan umat manusia hanya dengan prisip-prinsip objektif, rational, empirik, dan analitik. Terlalu banyak bukti ketidak adilan di dunia ini yang tidak dapat diselesaikan persoalannya. Orang yang tidak bersalah mendapat hukuman berat, sementara yang jahat di sanjung, dilindungi, bahkan mendapat penghargaan. Keberhasil ilmu pengetahuan memang talah membuktikan hasil yang menggembirakan dengan ditandai oleh kemajuan peralatan hidup teknologi, dengan teknologi telah melipatgandakan kemajuan material, berupa barang-barang industri, kemakmuran ekonomi dapat ditumbuhkan dengan cepat, bahkan sampai mengalami over produksi. Persoalan tidak selesai dengan melimpahnya hasil produksi, tetapi dengan keberhasilan itu telah menumbuhkan persoalan baru yaitu kekurangan bahan baku dan kurangnya tempat pemasyaran. Apabila kebutuhan itu telah terpenuhi maka kebutuhan lainnya akan tumbuh lebih banyak dan lebih kuat lagi sehingga tidak terasa telah membentuk jiwa keserakahan yang dikemas dengan kemajuan dan ingin lebih maju artinya lebih serakah. Inilah sifat manusiawi merupakan sifat kesombongan ketiga. Kesombongan ini adalah merasa diri lebih besar, kuat sedang yang lain kecil dan harus tunduk dalam kebesaran dan kekuasaannya. Dengan kebesaran dan kekuasaannya itu menumbuhkan kehausan untuk disanjung, dipuji, dibesarkan dan di agungkan.

c. Kehancuran Peradaban