Perpektif Teori Struktural-Fungsional dalam Kehidupan Orang Dukuh

103 masyarakat lainnya yaitu sebagai masyarakat yang harus memlihara warisan suci yang berasal dari leluhurnya. Ketua adat biasanya di pegang oleh seorang ketua adat yang bertugas sebagai kuncen. Kuncen bertugas utamanya memlihara warisan leluhur dan memandu para pejiarah untuk menjiarahi makam keramat.

g. Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung Dukuh Dalam

Kehidupan sosial orang Dukuh Dalam tidak tertutup sebagai orang terpencil lainnya. Sekalipun kehidupan mereka relatif terbuka menerima pengaruh dari luar namun untuk menerima inovasi yang dianggap bertentangan dengan adat mereka sulit untuk menerimanya. Meskipun banyak diantara mereka hidup di kota namun apabila mereka berada dikampungnya mereka setia mempertahankan adat yang mereke yakini dan jika adat itu dilanggar mereka yakini akan mendatangkan malapetaka karena itu inovasi bagi masyarakat kampung Dukuh dapat dikatakan gagal. Misalnya, inovasi dalam bidang penerangan, mereka menolak karena takut mendapat hukuman leluhur. Keyakinan mereka pernah terbukti dengan menceritakan pada masa lalu, dikatakannya belum lama ada orang dukuh luar yang memiliki hajat dia mencoba melanggar pantangan dengan menyalakan lampu patromak ternyata setelah dua hari selesai acaranya orang itu meninggal dunia, meskipun orang itu berada di luar dukuh dalam. Berdasarkan kejadian itu mereka takut melanggar aturan-aturan adat. Inovasi penerangan sampai tahun 1996 masih mengalami kegagalan. Martodirdjo 1991 : 46 menyatakan, bahwa : ―berbagai gerakan dan aktivitas nyata bisa saja telah berubah banyak dalam kurun waktu yang berbeda, tteapi bentuk umum struktur sosial atau pola jaringan antar anggota masyarakat yang bersangkutan tidak otomatis ikut berubah dalam tingkat kuantitas dan kualitas yang sama‖. Dalam menghadapi masalah-masalah yang datang dari luar orang Dukuh Dalam cenderung melaksanakan musyawarah yang biasanya dilakukan di Mesjid, baik secara formal tanpa di undang datang untuk musyawarah. Pola hubungan antara pemimpin musyawarah dengan para anggota pada dasarnya didasari oleh sikap kekeluargaan. Adapun prakarsa untuk mengadakan musyawarah umumnya datang dari petua kampung, baik dari kuncen maupun dari ketua Rukun Tetangga. maupun pemimpin formal, para anggota umumnya mengikuti dan mengiakan saja.

h. Perpektif Teori Struktural-Fungsional dalam Kehidupan Orang Dukuh

Dalam kaitannya dengan masyarakat kampung Dukuh Dalam, sekalipun jumlah anggota masyarakatnya kurang dari 200 dua ratus orang, mereka mempunyai struktur yang jelas dalam suatu kesatuan masyarakat yang utuh dengan ikatan norma-norma tradisi yang di wariskan oleh leluhur mereka. Sehingga perubahan yang terjadi dari sebagain atau suatu unsur yang bersifat struktural dari 104 kehidupan masyarakat akan mempengaruhi stabilitas struktur yang ada. Sehingga upaya inovasi penerangan yang dilakukan terhadap orang Dukuh Dalam tidak bisa diterima. Hal itu disebabkan norma tradisi berfungsi dengan kuat pada masyarakat Dukuh Dalam. Mereka yakin akan ada malapetaka bila larangan itu dilanggarnya. Mengenai kepemimpinan sekalipun mereka menggunakan struktur sosial dalam sistem pemerintahan Indonesia namun struktur kepemimpinan informal secara adat tetap berfungsi dan dipertahankan adanya. Disini terlihat adanya akulturasi kepemimpinan antara kepemimpinan ala struktur pemerintah dengan kepemimpinan adat setempat. Norma-norma yang diterapakan dalam tradisi kehidupan sehari-hari benar-benar difungsikan dengan sebaik-baiknya karena takut ancaman bahaya dari tradisi yang diyakini menimpanya, seperti pengguna listrik, menonton TV, mendengar Radio, bahkan main gitar bagi anak muda orang kampung Dukuh Dalam merupakan aktivitas yang disukai, mereka melakukan aktivitas tersebut diluar daerahnya, misalnya di Dukuh Luar atau di kota-kota tempat mereka mencari nafkah, atau di daerah-daerah lainnya di luar kampung Dukuh Dalam dan tidak menimbulkan malapetaka serta tidak melanggar norma adat asal tidak di daerah kampungnya. Pemeliharaan nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap sakral mewarnai kehidupan orang Dukuh Dalam, meskipun tidak menolak inovasi tetapi mereka tidak dapat mendistorsi norma-norma yang ada. konflik interest antara mengikuti perkembangan jaman dengan kebutuhan-kebutuhan perubahan di suatu sisi, dan keteguhan terhadap fungsi tradisi di sisi lain, dapat di integrasikan oleh kewajiban untuk mempertahankan tradisi. Apalagi dengan selalu diyakini bahwa melanggar adat sama dengan melawan leluhur yang akan mengakibatkan datangnya malapetaka. Lain halnya dengan desa Veractruz di Mexico sekalipun pada awalnya mereka menolak inovasi namun setelah terdapat penyesuaian maka inovasi itu diterima. Di Veractruz tidak ada ikatan sanksi untuk mempertahankan adat atau kebiasaan masyarakat sehingga perubahan dengan sendirinya dapat terjadi. Sebagai ilustrasi kasus Veractruz itu adalah sebagai berikut : Selama beberapa tahun Departement Kesehatan Mexico mengadakan usaha pengutamaan kebersihan lingkungan di daerah pedesaan. Proyek ini termasuk sistem pemberian air minum di desa, kakus bersih, air mancur dengan air hangat di lokasi bak air tempat mencuci, agar tidak perlu lagi merepotkan wanita desa untuk mencuci pakaian di sungai dimana mereka mencuci dalam kondisi yang tidak nyaman dengan air yang dingin. Insinyur petugas dari kementrian merancang dan membangun kombinasi tempat mandi dan unit bak cuci dalam lingkungan yang kecil di Veractruz. Untuk menghemat bahan dan tempat dia mengikut sertakan ahli teknik dengan menempatkan sebaris bak mandi di balik dinding bangunan yang dilengkapi dengan pancuran. Sangat mengejutkan wanita desa jangankan berterima kasih, mereka tidak 105 menerima, alat baru yang sangat baik itu, malah mereka mencacinya mereka mengatakan ―Hai, Insinyur, Kenapa kamu menyiksa kami?‖. Melihat sikap wanita desa itu tim inovasi keheranan, lalu bertanya bagaimana bisa dia menyiksa anda. Wanita desa itu menjawab ketika kami kecil jika berbuat nakal di sekolah para guru menyuruh kami berdiri menghadap dinding, dan karena itu dengan bak cuci yang baru ini telah memaksa kami untuk menghadap dinding bangunannya. Karena wanita desa itu enggan menggunakan tempat baru itu, maka Insinyur itu mengubah rancangan menjadi tempat cuci panjang yang berpasangan dan berhadapan dengan sudut yang tepat dari bagian belakang tempat cuci semula. Dengan kontruksi yang baru para wanita dapat saling berhadapan satu sama lain melewati bak, sehingga rancangan itu mendorong untuk berinteraksi sosial di antara mereka melalui rancangan baru ini wanita desa merasa cocok dan gembira menerima inovasi dan perubahan baru itu. diceritakan oleh Hector Garcia Mazanedo. Tujuan perubahan kultur yang terarah ada 2, yaitu perubahan lingkungan fisik nature dan perubahan perilaku manusia culture. Dalam contoh di awal, rencana dan kontruksi tempat mandi dan bak cuci adalah suatu perubahan lingkungan nature, sedangkan pemakaian bak cuci, pancuran adalah perubahan perilaku Modifikasi lingkungan dalam arti desain dan kontruksi sering dianggapa sebagai jantung modernisasi dan pembangunan nasional. Dan dicapai tujuan-tujuan secara fisik yang melambangkan keberhasilan penyelesaian setiap proyek. Kendatipun demikian modifikasi lingkungan belum memadai bila tidak disertai dengan perubahan perilaku. Perubahan kultur yang besar diseluruh dunia telah diakui sebagai inti dari kenaikan standar hidup, karena memiliki kecenderungan kuat pada asumsi bahwa rancangan dan kontruksi yang bertemu dengan standar tertinggi dalam pekerjaan atau pekerjaan rumit dalam proyek sebagai tujuan utama dalam pembangunan. Kesuksesan modifikasi lingkungan melalui rancangan suara dan keahlian akan secara otomatis menyebabkan perubahan dalam kebiasaan perilaku. Dengan kata lain, jika manusia diperkenankan dengan perencana dan perancangan merasa sebagai jalan baik untuk melakukan sesuatu, mereka akan cepat sekali menerima inovasi perubahan. Sebaliknya jika inovasi itu dirasakan tidak akan membawa kebaikan dan keamanan hidupnya maka inovasi itu tidak akan membawa keberhasilan. Seperti yang terjadi pada masyarakat kampung Dukuh Dalam. Mereka membutuhkan penerangan, mereka membutuhkan hiburan, tetapi bila kebutuhannya dianggap akan menjadi ancaman keamanan hidupnya maka seolah-olah kebutuhan itu tidak dirasakan adanya. 106 Pengalaman menunjukkan bahwa tampak 2 alasan mengapa orang ketika dikenalkan dengan ―kemajuan‖ lingkungan atau kesempatan, tidak cepat mengambil manfaat dari inovasi itu. 1. Inovasi, dalam konteks komunikasi secara total, tidak secara nyata mendatangkan kemajuan. Hal ini lebih sesuai disebut ―Kemajuan-palsu‖, sejak biaya sosial dan biaya lainnya lebih besar dari keuntungannya. 2. Inovasi perubahan mungkin saja memnuhi standar kelayakan dengan perencanaan dan gambaran yang baik dalam kemajuan, tapi masyarakat yang menjadi objek tidak merasakan keuntungannya atau mereka enggan untuk mencobanya karena rintangan kultur budaya, sosial dan psikologi yang menghambat inovasi. Dari kasus orang Veractruz dan orang Dukuh dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial yang bersifat fungsional dengan tanpa membawa perubahan struktural perubahan budaya sulit untuk dapat menimbulkan perubahan secara besar dan menyebar terhadap berbagai elemen kehidupan baik secara kuantitas maupun kualitas. Orang-orang Dukuh ketika diluar daerahnya mengikuti kehidupan sebagaimana layaknya orang-orang lainnya di luar kampung Dukuh Dalam, namun ketika kembali ke daerah kampung Dukuh Dalam, mereka dapat mempertahankan keyakinannya terhadap adannya norma-norma yang harus dipelihara dan dilestarikan. Apakah kurun waktu dan bergantinya generasi akan merupakan pendorong atau bahkan pendobrak dari kekuatan keyakinan cultural kampung Dukuh Dalam, hal ini sangat tergantung kepada kemampuan para pemimpin dalam mensosialisasikan budayanya kepada generasi berikut. Inovasi pada masyarakat yang telah memiliki kultur yang dibangun secara turun temurun dan terutama bila diyakini sebagai suatu norma yang dapat mengakibatkan keuntungan dan kerugian hidupnya maka inovasi kecil kemungkinan untuk dapat membawa keberhasilan yang diharapkan. Dalam upaya-upaya pembagunan yang dilaksanakan pemerintah, birokrat, atau organisasi-organisasi, inovasi cenderung akan ditolah masyarakat penerima apabila mereka tidak merasakan pembangunan itu sebagai suatu keberuntungan dalam memajukan kultur yang mereka dukung. Oleh karena itu proyek-proyek pembangunan dapat di katakan tidak akan membawa keberhasilan bila tidak menyertakan penelitian antropologi yang mampu mengungkap nilai-nilai budaya yang mereka junjung tinggi. Dalam perkembangan antropologi terapan dapat dirasakan bahwa perkembangan antropologi tidak hanya di universitas tetapi dirasakan penting dalam upaya-upaya penerapan kebijakan pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan rataf hidup rakyatnya. 107 Masyarakat kampung Dukuh memiliki kesatuan sosial yang dianggap fundamental dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari budaya atau tradisi yang diwariskan leluhurnya dan mereka memegang teguh kultur tersebut. Masyarakat kampung Dukuh dapat disimpulkan bahwa kehidupan sosial mereka tidak tergolong terasing dan tidak kolot, tetapi mereka konsisten dengan struktur budaya yang telah dibangun secara turun temurun. 108 1. Pertemuan Ke 11 2. Pokok Bahasan : Sistem Sosial Ekonomi 3. Materi Perkuliahan : TRANSFORMASI SOSIO-BUDAYA EKONOMI

11.1 Peranan Pendidikan