3
Tindakan sosial merupakan bagian dari perilaku sosial, yakni perilaku yang terjadi di dalam situasi social berkaitan dengan bagaimana orang berpikir,
merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain. Karena itu tindakan sosial dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan atau emosi.
1.1 Tindakan Sosial Tingkat Mikro Individu
a. Hakikat Individu
Descartes melihat manusia sebagai a two-separate yet interacting entity: body badan, jasad, tubuh dan mind akal, fikiran, ingatan. Kemudian Wundt
mencoba membagi mind akal, fikiran, ingatan itu kedalam particles of sensations, feeling and images. Kemudian, Meyer, Dunbar, Coghill, Bernard, Smut dan lainnya
mengkaji ulang temuan itu dan menegaskan bahwa mind and body itu merupakan suatu entitas utuh dan tak terpisahkan. Mereka berpendapat bahwa manusia
merupakan a unified and organized whole of mind and body. Pemilahan mind and body itu baru bermakna ketika aspek-aspeknya dikaitkan secara bertautan, utuh dan
sempurna Hall Lincdzey, 1981, Saraka, 2001 Menurut Almaraghi, manusia dilengkap dengan adanya lima hidayah yang diberikan
Allah SWT kepada manusia: instink al-Ilhami, Garizh, indera al-Hawasi, akal- budi al-Aqli, agama al-Adyani, dan at-Taufiqi. Hidayah akal-budi lebih tinggi
tingkatannya dari hidayah insting dan hidayah indera pada hewan lain. Dengan demikian, akal-budilah yang membedakan manusia dengan hewan.
Kelebihan lainnya adalah manusia juga memiliki hidayah agama adyani dan at-taufiqi. Semuanya itu merupakan kelengkapan dari Ruh yang langsung
ditiupkan Allah, sementara makhluk lain tidak. Hocking menambahkan bahwa manusia merupakan makhluk senang ketawa, bertanya, memiliki kesadaran, moral,
perasaan, dan kemampuan berfikir dan menghayal secara menyuluruh yang tidak dimiliki makhluk hewan lain.
b. Tindakan
Tindakan seseorang tida terjadi hanya dengan satu unsur, tetapi dibangun melalui beberapa unsur body dan mind. Atau fisik dan psikhis. Unsur psikhis lebih
dominan dari pada unsur fisik. Oleh karena itu kajian tentang individu atau tingkat mikro lebih ditekankan pada unsur psikologis yakni unsur-unsur psikhis. Unsur
psikhis misalnya pengetahuan, perasaan, sikap dalam aktualisasinya memerlukan atau berhubungan dengan unsur fisik. Misalnya pengetahuan berhubungan dengan
mind atau akal, dan akal berhubungan dengan otak, pancaindra, dan benda atau obyek yang diketahui. Untuk dapat mengetahui objek juga membutuhkan sinar, sinar
dengan matahari atau sumber cahanya lainnya misalnya lampu listrik. Listrik
4
berhubungan dengan energi. Energi berhubungan dengan sumber energi dan lain
sebagainya.
Energi dan makanan yang dikonsumsinya dan memprosesnya untuk tujuan- tujuan tertentu, misalnya : sirkulasi, aktivitas otot, persepsi, berpikir dan mengingat.
Energi yang memberi kekuatan orang bernafas atau mencerna makanan seperti energi yang memberi kekuatan berpikir dan mengingat. Energi harus dibatasi dari
sisi pekerjaan yang dioperasikan, misalnya : jika pekerjaan itu melibatkan kegiatan psikologis seperti berpikir, maka berpikir itu merupakan suatu bentuk energi-energi
psikis yang disebut akal. Energi dapat ditransformasi dari situasi ke situasi lain yang tidak pernah hilang dari total cosmic system. Energi psikis dapat ditransformasikan
ke dalam energi fisiologi atau sebaliknya. Titik temu antar energi dari tubuh dengan energi psikis adalah keinginan dan instingnya. Keinginan-keinginannya apabila
terpenuhi menghasilkan kekaguman Secara esensial, innate or selft-potentials dipakai untuk merepresentasi akal
aql, faqr, head atau brain, hati heart, mind, soul, spirit, panca indera dan anggota badan : tangan dan kaki dengan menggunakan panca indera untuk mendengar,
mengamati, membaca situasi, memfungsikan potensi akal-pikiran mind-nya, individu-individu dimungkinkan merespon lingkungannya secara proaktif, kritis,
kreatif dan konstruktif, dan hati untuk berzikir dan berikhtiar untuk memahami, menjiwai, dan menghayati masalahnya, maka keputusan dapat diambil, dan solusi
dapat ditemukan. Orang yang mendayagunakan potensinya selalu dibukakan jalan keluar untuk menunaikan fungsi kemanusiaannya.
As‘ari 1992 mengatakan bahwa kalbu qalb manusia merupakan bagian dari akal dipakaui untuk memahami dan memaknai tanda-tanda kebesaran Allah
baik yang tersurat dalam Al- Qur‘an maupun dalam sunnah Allah yang mengatur
seluruh kehidupan alam semesta. Pemahaman qalb ini bersifat spiritual dan memberi wawasan moralitas dan arah yang benar untuk mengembangkan pemikiran dan
perasaan seseorang. Kata diri dalam bahasa Arab berarti qalb, soul ruh, nafs nature dan aql intellect, reason.
Hunt, mengatakan bahwa otak manusia yang sehat memiliki kemampuan menyimpan 100 trilliun bits of informations, atau lebih dari
500 kali dari jumlah informasi yang ada dalam Encyclopedia Britanica. Sejak itu, berubah diketahui kemampuan otak menyimpan informasi.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa hati yang disebut heart, qolb merupakan esensi kepribadian manusia. Hati merupakan titik sentral yang
mempengaruhi seluruh aspek kepribadian manusia dan sebagai suatu entitas yang ada pada diri manusia dan mengendalikan seluruh fungsi organis dan psikisnya
Akbar, 2000 dan Sihab, 1996. Rakhmat menjelaskan bahwa qalb dari kata qalaba yang berarti membalik berpotensi untuk berbolak-balik: di suatu saat, ia
mau menerima dan di saat lain, ia menolak. Hati bisa menimbulkan perasaan sedih
5
sakit lalu menangis dan tersinggung dan lainnya. Hati itu memang tidak konsisten kecuali yang memperoleh bimbingan cahaya Illahi. Al-Ghazali mengenalkan makna
hati : lathifah, rabbaniyah ruhaniyah atau sesuatu yang lembut dan Tuhan. Lathifah itulah yang membuat kita mengetahui atau merasakan sesuatu. Hati adalah bagian
dari ruhani yang kerjanya memahami sesuatu disebut qalb Akbar, 2000 dan Sihab, 1996
Manusia secara total memiliki kemampuan menggunakan akal-fikiran head, hati heart, memfungsikan pancaindera dan menggerakkan anggota badan,
tangan dan kakinya hands untuk mengatasi masalah hidup dan kehidupannya. Aktualisasi segenap potensi dalam mengatasi masalah kehidupan, memiliki
kemiripan dengan model fraxis reflection – action – reflection Freire, 1974; model
DT: fikir, dzikir dan ikhtiar Akbar, 2000. Dalam mengatasi masalah, orang Islam lebih banyak berfikir, berdzikir dan
berikhtiar. Berdoa kepada Allah dan merealisasikan dalam kerja, lebih banyak menyebut Asmaul Husna. Dengan banyak mengingat dan, merenung, memikirkan
dan memohon ampunan kepada Allah semoga diberi petunjuk dan jalan keluarnya, mereka berusaha dan bekerja. Keberakalan manusia dimungkinkan berkembang jika
ada keterpaduan antara fikir dan dzikir. Fikir bekerja untuk memahami alam dan manusia: memahami proses penciptaannya, prinsip-prinsip kebenaran yang ada di
dalamnya serta ukuran kodratnya. Dimensi dzikir dengan kalbu dipakai untuk memaknai tanda-tanda kebesaran Allah baik yang tersurat maupun yang tersirat di
alam semesta. Dzikir memberi arah yang benar bagi pengembangan pemikiran dan wawasan moralitas. Musa al-Asy
‘Arie menggambarkan kaitan fikir, dzikir dan
ikhtiar untuk aktualitas ibadah sesuai fungsi diciptakannya.
Disisi lain Sigmund Freud menyatakan bahwa manusia itu memliki tiga ―instansi‖ psikhis yang menentukan kepribadiannya yaitu : 1 Id, 2 Ego, dan 3
Super Ego. Pertama, Id yang paling dominan dalam mendorong manusia berperilaku
adalah libido atau dorongan sexual. Id dimaksudkan sebagai lapisan psikhis yang paling dasar merupakan naluri bawaan seksual dan agresif dan keinginan-
keinginan, karena itu yang berkuasa adalah kesenangan yang tidak mengenal waktu dan tidak mengenal hukum-hukum logika.
Kedua, Ego adalah hasil deferensiasi dari Id karena kontak dengan dunia luar. Ego merupakan kekuatan mengimplementasikan Id, dalam melaksanakan
aktivitanya ego menyerupai gunung es di tengah lautan, ujung atasnya hanya sedikit kelihatan. Ujung atas puncaknya itu yang disebut kesadaran, lapisan di tengah
yang tergenang air laut tidak kelihatan disebut lapisan ambang sadar, dan bagian paling bawah dan paling besar dan yang di anologikan berada di dasar lautan disebut
bawah sadar. Lapisan bawah sadar ini merupakan memori tempat menyimpan data-
6
data yang diimput melalui panca indra. Data-data yang tersimpan dalam memori bawah sadar ini akan dipanggil dan muncul ke lapisan alam sadar apabila mendapat
rangsangan yang sama atau hampir sama. Sehingga ego dapat melaksanakan aktivitasnya secara sadar. Namun yang paling sering terjadi ego melakukan
aktivitasnya melalui alam ambang sadar yang belum tersaring melalui super ego, sehingga sering mengakibatkan penyesalan.
Ketiga, Super Ego sebagai moral arm of personality merupakan representasi internal dari nilai-nilai dan cita-cita suatu masyarakat menekankan pada
nilai-nilai ideal dari pada nilai real dan kepada perpection daripada pleasure. Ia adalah intansi yang mengembangkan hasil interaksi dengan dunia luar internalisasi
atau pembatinan dari norma-norma atau nilai-nilai yang diakuinya. Sehingga merupakan pancaran kekuatan dari dalam kepeduliannya lebih menyoroti right or
wrong-nya suatu tindakan, mengevaluasi apakah suatu tindakan yang dilakukan seuai atau tidak dengan kaidah-kaidah atau norma-norma moral. Super-Ego sebagai
internalized moral arbiter of conduct tumbuh dan berkembang untuk merespon ganjaran dan hukuman, yakni memperoleh ganjaran dan mencegah hukuman.
c. Individualisme