Pengertian Sistem Sosial Sistem Sosial Budaya Indonesia

24 1. Pertemuan Ke 3 2. Pokok Bahasan : Sistem Sosial 3. Materi Perkulian : SISTEM SOSIAL

2.1 Pengertian Sistem Sosial

Kehidupan sosial manusia selalu berada dalam suatu sistem tertentu, dan berada pada subsitem dari sitem yang lebih besar. Suatu sistem sosial dirumuskan sebagai suatu sistem dari unsur-unsur sosial atau seperti dikemukakan oleh Hugo F. Reading ―the system of social element‖. Parsons menyatakan bahwa sistem sosial merupakan sistem tindakan sosial, yaitu : Interaksi antar individu yang berlansung pada kodisi-kondisi tertentu yang memungkinkan utuk memperlakukan proses interaksi tersebut sebagai suatu sistem dan terhadapnya dapat diterapkan analisis teoritik yang sama seperti yang diterapkan terhadap jenis-jenis sistem lainnya di dalam disiplin ilmu yang lain Parson, Dalam terjemahan Adiwikarta, TT. Sistem Sosial, Landasan konseptual untuk Menganalisis Masyarakat, Rimdi Press. Bandung. Upaya memahami sistem sosial mengandung arti belajar mengetahui, memahami, menganalisis, mensintesis, dan mempertimbangkan keberadaan eksistensi dan perilaku organisasi dalam berbagai institusi sosial dari yang paling sederhana samapai kepada yang paling kompleks. Tidakan adalah : Suatu proses di dalam sistem interaksi ―pelaku dan situasi‖ yang mengandung makna motivasi bagi pelaku. Tindakan merupakan respon khusus terhadap rangsangan situasi tertentu dimana pelaku mengembangkan sistem ―harapan‖ berkenaan dengan obyek-obyek situasinya. Inilah ciri utama dari tindakan. Respon dan sistem harapan ini dibentuk oleh disposisi kebutuhan pelaku itu sendiri dan probabilitas kepuasan atau kerugian menurut berbagai alternatif tindakan yang di lakukan. Namun demikian dalam hal berinteraksi dengan obyek-obyek sosial, masih ada dimensi lain sebagian harapan dari seseorang pelaku tertentu ego terkandung dalam reaksi dari pelaku lain alter, terhadap tindakan pelaku pertama ego yakni terkandaung dalam reaksi pelaku lain alter yang dapat di antisipasi terlebih dahulu dan dengan demikian dapat mempengaruhi pilihihan tindakan dari pelaku pertama ego itu sendiri. Pada kedua tinkatan analisis tersebut berbagai unsur situasi memiliki makna khusus bagi seseorang pelaku sebagai simbol-simbol yang berguna untuk mengorganisasikan sistem harapannya. Selanjutnyua simbol-simbol tersebut memperoleh pengertian umum dan berfungsi sebagai media komunikasi diantara para pelaku, terutama pada saat terjadi interaksi sosial. Pada saat terbentuk sistem simbol yang dapat menjembatani komunikasi, maka kita dapat menyebutnya sebagai 25 permulaan dari suatru kebudayaan yang menjadi bagian dari sistem tindakan diantara para pelaku terkait. Pengorganisasian unsur-unsur tindakan pada hakekatnya merupakan fungsi dari hubungan si pelaku dengan situasinya dan dengan sejarahnya, hubungan tersebut dalam arti ―pengalaman‖. Sistem Sosial dalam Pengertian yang paling sederhana adalah interaksi di antara sejumlah pelaku dalam suatu situasi yang sekurang-kurangnya memiliki satu aspek fisik atau lingkungan dimana para pelaku memiliki motivasi kearah optimasi kepuasan, dan hubungan para pelaku dengan situasi tersebut termasuk hubungan mereka satu sama lain, dibatasi dan dijembatyani oleh sistem simbol yang terstruktur dan dianut bersama secara budaya. Atas dasar pengertian tersebut maka sistem sosial hanya merupakan salah satu dari tiga aspek penstrukturan sistem tindakan sosial yang sesungguhnya. Dua aspek lainnya adalah sistem kepribadian dari para pelaku perorangan dan sistem budaya yang terbentuk kedalam tindakan merekan. Masing- masing aspek ini harus dipandang sebagai satu fokus pengorganisasian unsur-unsur sitem tindakan yang tersendiri dalam arti bahwa masing-masing aspek tidak dapat direduksi secara teoritis ke dalam pengertian dari aspek lainnya. Masing-masing aspek sangat diperlukan bagi kedua aspek lainnya, dalam arti bahwa tanpa kepribadian dan kebudayaan tidak mungkin ada sistem sosial, tanpa sistem sosial dan sistem kepribadian tidak mungkin ada sistem budaya, dan begitu juga tidak akan ada sistem kepribadian tanpa sistem budaya dan sistem sosial. Sistem ―disposisi kebutuhan‖ dari seorang pelaku pada dasarnya mengandung dua aspek yang utama yaitu aspek kepuasan dan aspek orientasi. 1. Aspek kepuasan berkaitan dengan ―isi‖ dari pertukarannya dengan dunia obyek, yakni apa yang dia perolah dari interaksinya dengan dunia obyek tersebut, dan berapa harga dan kerugian yang harus dibayarnya. 2. Aspek Orientasi berkenaan dengan bagaimanakah hubungan dia dengan dunia obyek itu yakni bagaimanakah pola atau cara hubungan tersebut di organisasikan. Dengan Penekanan pada aspek hubungan kita dapat menyebut apek kepuasan sebagai orientasi ―kateksi‖ yang berarti kebermaknaan dari hubungan seseorang pelaku dengan obyek orientasinya bagi keseimbangan kepuasan-kerugian dirinya. Dipihak lain kategori orientasi yang paling mendasar adalah kategori ―kognitif‖ yang secara umum dapat dipandang sebagai ―batasan‖ tentang relevansi dari situasi bagi ―kepentinga-kepentinga‖ si pelaku. Orientasi semacam ini disebut oreintasi kognitif atau pemetaan kognitif menurut istilah Tolman. Kedua orientasi ini harus ada dalam setiap satuan sistem tindakan. Tindakan tidak berdiri sendiri tetapi selalu terorganisasi dalam sistem. Oleh sebab itu komponen integrasi sistem harus tetap dipertimbangkan meskipun dalam tingkatan sistem yang paling sederhana . 26 Integrasi di dalam sistem tindakan adalah suatu penata-urutan secara selektif diantara sejumlah kemungkinan orientasi. Didalam suatu situasi kebutuhan akan kepuasan itu mempunyai obyek-obyek alternatif. Pemetaan kognitif memuat- alternatif-alternatif pertimbangan atau penapsiran tentang makna dari obyek situasi. Didalam situsasi tersebut harus ada pemilihan diantara alternatif-alternatif yang tersusun urut secara bertingkat. Proses pemilihan bertingkat ini disebut evaluasi. Sebab itu aspek evaluasi harus selalu ada dalam setiap orientasi tindakan yang sesungguhnya. Komponen-komponen yang paling mendasar dari setiap sistem tindakan tersebut dapat di reduksi kepada sipelaku, perhatian kita dipokuskan kepada corak- corak kognisi, kateksi, dan evaluasi dari orientasinya. Berkenaan dengan situasi perhatian kita tujukan kepada perbedaan situasi menurut obyek dan golongan obyek. Untuk lebeih jelasnya mengenai sistem sosial perlu dipertegas kembali mengenai apakah sistem itu. Amirin menyatakan bahwa istilah sistem berasal dari bahasa Yunani ―systema‖ yang mempunyai arti sebagai berikut : 1. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian, 2. Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen- komponen secara teratur. Maka sistem dapat di rumuskan sebagai sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan a whole. Dikemukakan pula oleh Amirin bahwa dalam perkembangannya ternyata pengertian sistem serupa ini hanya merupakan salah satu pengertian saja, karena ternyata istilah ini dipergunakan untuk menunjuk pada banyak hal. Dengan mengutip Optner, yang menunjuk N. Jordan dalam bukunya “Some Thinking About System,” Amirin mengemukakan bahwa tidak kurang dari 15 macam pengertian sistem digunakan. Dari 15 penggunaan istilah sistem, Amirin mengambil enam contoh yang menurutnya agak dikenal di Indonesia. Sebagaimana dikutif Taneko 1994. Keenam pengertian sistem itu adalah sebagai berikut : a. Sistem yang digunakan untuk menunjuk suatu kumpulan atau himpunan benda-benda yang disatukan atau dipadukan oleh suatu bentuk yang saling berhubungan atau saling ketergantungan yang teratur, suatu himpunan bagian-bagian yang tergabung secara alamiah maupun oleh budi daya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat dan terpadu, suatu keseluruhan yang terorganisasikan, atau sesuatu yang organik, atau juga yang berfungsi, bekerja atau bergerak secara serentak bersama-sama, bahkan sering bergeraknya mengikuti suatu kontrol tertentu, bahkan sering bergeraknya mengikuti suatu kontrol tertentu. Sistem tata surya, eko sistem, merupakan contohnya. 27 b. Sistem yang digunakan untuk menyebut alat-alat atau organ tubuh secara keseluruhan yang secara khusus memberikan andil atau sumbangan terhadap berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit tetapi amat vital. Misalnya saja sistem syaraf. c. Sistem yang menunjuk sehimpunan gagasan ide yang tersusun, terorganisasikan, suatu himpunan gagasan, prinsip, doktrin, hukum dan sebagainya yang membentuk suatu kesatuan yang logik dan dikenal sebagai isi buah pikiran filsafat tertentu, agama, atau bentuk pemerintahan tertentu. Sistem teologi Agustinus, sistem pemerintahan demokratik, sistem masyarakat Islam, merupakan contoh-contohnya. d. Sistem yang dipergunakan untuk menunjuk suatu hipotesis atau suatu teori yang dilawankan dengan praktek. Kita kenal misalnya pendidikan sistematik. e. Sistem yang dipergunakan dalam arti metode atau tata cara. Misalnya saja sistem mengetik sepuluh jari, sistem modul dalam pengajaran, pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan sistem anak angkat, dan belajar dengan sistem jarak jauh. f. Sistem yang dipergunakan untuk menunjuk pengertian skema atau metode pengaturan organisasi atau susunan sesuatu, atau mode tata cara. Dapat juga dalam arti suatu bentuk atau pola pengaturan, pelaksanaan atau pemrosesan; dan juga dalam pengertian metode pengelompokkan, pengkodifikasian, dan sebagainya. Misalnya saja sistem pengelompokkan bahan pustaka menurut Dewey Dewey Decimal Clasification.

2.2 Ciri kusus sistem