144
merangsang dirinya dengan meminum minuman keras. Nurah adalah korban bunga riba yang dipungut dari orang miskin
6
. hasil wawancara dengan pelaku 23 Desember 2004.
Selain Nurah juga terjadi pada Yad bukan nama sebenarnya, Yad, seorang bapak beranak tiga berusia 29 tahun, bekerja sebagai sales dari suatu produk. Istri
yad bekerja sebagai buruh pabrik. Keluarga Yad, berasal dari Desa yang mengadu nasib di kota. Ketika Yad, kesulitan untuk membayar kontrakan dia memberanikan
meminjam riba kepada seseorang yang suka meminjamkan uang. Pada mulanya keluarga Yad, dapat mengangsur cicilan dengan lancar, namun ketika anaknya jatuh
sakit, yad dengan terpaksa meminjam kembali riba dan karena menunggu anak yang sakit ia di jarang masuk kerja dan berakhir di PHK putus hubungan kerja.
Akibatnya cicilan dan bunganya tidak mampu dibayarnya. Ketika anaknya sembuh yang berusaha menjadi tukan ojeg, dengan meminjam motor sewaan pada orang
yang membungakan uang tersebut. Akhirnya ia nekad menggadaikan motor pinjamannya tersebut untuk keperluan menutup pinjaman uangnya. Akibat dari
perbuatannya itu Yad dipukuli temannya sendiri yang menjadi kepercayaan orang yang meminjamkan uang
7
wawancara dengan pelaku pada tanggal 5 November 2004.
Dua kasus tersebut merupakan dua diantara kasus lainnya, yang seyogianya mendapat perhatian MUI untuk mensosialisakan norma-norma agama kesetiap
lapisan masyarakat. Riba juga telah berkembang pada masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani sebagaiman kasus yang terdapat di Desa Pakubeureum dan desa-
desa lainnya, dengan bunga yang mencapai lebih dari 30 per empat puluh hari. Dengan pola pinjaman sebagai berikut. Apabila seseorang meminjam uang Rp.
100.000,00 seratus ribu rupiah untuk dibayar selama empat puluh hari, dengan cara mencicilnya setiap hari. Dari pinjaman seratus ribu itu diterima sembilan puluh ribu
rupiah dengan potongan administrasi dan tabungan, sementara mereka yang meminjam diharuskan membayar sebesar Rp. 120.000,00 selama empat puluh hari.
Hal ini sangat merugikan masyarakat dan menghambat kemajuan perekonomiannya
8
. Ketiga kasus tersebut membuktikan perlunya perhatian MUI untuk menyampaikan fatwanya. Sebabnya di masyarakat berkembang anggapan bahwa pinjam meminjam
dengan memberikan bunga pinjaman merupakan hal biasa.
14.10 Melalui Kurikulum Pendidikan Sekolah
6
Hasil wawancara penulis dengan pelaku pada tanggal 23 Desember 2004
7
Hasil Wawancara penulis dengan pelaku pada tanggal 5 November 2004.
8
Hasil wawancara penulis dengan Ras dan Sun Petani Desa Pakubeureum pada tanggal 6 Agustus 2005
145
Pada sisi lain terutama bagi pemilik modal capital, riba mempunyai sisi positif yaitu sebagai capital building, namun berakhir dengan kerendahan moral.
Sebagaimana Soewardi, memandang bahwa: ―faham Jhon Calvin yakni ―pre- destinasi Calvinis”, merupakan lecutan bagi bangkitnya pedagang-pedagang kecil
bourgeois yang bersifat puritan, yang akhirnya menguasai dunia‖
9
. Selanjutnya kebangkitan tersebut oleh Soewardi disebut ―nerving‖ yakni dengan faham baru itu
para pedagang kecil berani menerobos aturan-aturan atau norma-norma kemasyarakatan, agama, dan perundang-undangan negara yang dianggap
menghalangi kemajuan. Pada periode itulah Raja Henry VIII memutuskan berpisah dengan gereja Katolik Roma, dan pada tahun 1545 riba resmi dibolehkan di Inggris
asalkan tidak lebih dari 10 persen. Pada tahun 1571 Ratu Elizabeth I kembali membolehkan riba. Dan dibebaskannya praktik riba itu terus berlangsung hingga
sekarang Dalam, Republika Online Jum‘at, 12 Oktober 2001. Berkembangnya riba di Ingris dan negara-negara barat lainnya telah
menjadi muatan pembelajaran dibidang ekonomi yang kemudian disusun berbagai macam buku ekonomi yang bermuatan riba dan menjadi muatan kurikulum disetiap
sekolah melalui pelajaran ekonomi perbankan di Indonesia. Hal tersebut dapat dipahami bahwa peran cendikiawan yang dibangun oleh ilmu barat sekuler IBS
telah berhasil menyimpangkan ajaran agama yang melarang riba sebagaimana tercantum dalam Kitab Injil :
Dan jika kamu meminjamkan sesuatu kepada orang karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu?
Orang-orang dosa pun meminjamkan kepada orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tapi kasihilah musuhmu
dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan baik tidak mengharapkan balasan. Maka upahmu akan besar dan kamu akan
menjadi anak-anak Tuhan yang Maha Tinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak mau berterima kasih dan terhadap orang-
orang jahat Lukas6:34-35
10
Di dalam ajaran Nasrani di atas jelas riba dilarang, namun kini umat Nasrani tidak merasa berdosa lagi melakukan praktik itu. Bahkan menurut
Seowardi, bahwa orang-orang Eropa mulai meninggalkan ajaran Nasrani yang berupa dikhotomi antara Tuhan dan Harta. Para pelaku riba yang membenarkan
praktik riba baik melalui bunga bank konvensional mamupun rentenir secara individual lebih menghargai aturan Ratu Elizabert dari pada ketetapan hukum dari
Allah pencipta kehidupan semesta raya. Alangkan naifnya keadaan seperti itu. Sementara itu umat Islam yang dalam ajaran agamanya nyata-nyata riba
dirahamkan, bahkan bagi pengambil riba di ancam tidak akan bisa berdiri tegak,
9
Soewardi, Herman, Roda Berputar Dunia Bergulir, Bakti Mandiri, Bandung, 2001, hal. 43
10
Kitab Injil, Lukas 6 : 34-35
146
kecuali berdiri seperti orang kemasukan setan Q.S. Al-Baqarah [2] : 275, namun di Indonesia terpecah dalam menanggapi riba bank. Seperti yang telah dilansir dari
penelitian Bank Indonesia, 55 persen responden di Jawa kecuali DKI, mengatakan riba tidak bertentangan dengan agama alias halal. Hal ini menunjukan kurangnya
pengetahuan, dan pemahaman tentang riba sebagai akibat dari kurangnya sosialisasi. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Ketuhanan kepada Tuhan yang
Maha Esa sebagaimana filsafat hidupnya Pancasila dan kontitusi UUD 1945 terutama dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke tiga yang mengakui kemerdekaan
sebagai rahmat Allah. Namun dalam kehidupannya lebih banyak diwarnai oleh budaya Barat sekuler melalui modernisasi.
Nilai-nilai peradaban yang dibangun oleh ajaran Islam dan Nasrani yang sama- sama agama samawi menegaskan, riba tidak boleh dilakukan. Namun Pengalaman
Indonesia ketika mengalami krisis yang panjang, salah satunya adalah ketika Indonesia berada di puncak krisis 1997-1998, bunga telah menunjukkan
eksploitasinya yang luar biasa bagi kehidupan ekonomi bangsa. Sebagaimana analisis Mc. Kinsey Co., menyatakan bahwa : ―deposan mendapatkan bunga 60-
70 persen, sementara bank-bank yang baik maupun buruk mengalami kesulitan yang luar biasa, bahkan sebagian besar dari bank-bank tersebut bangkrut
11
Dalam, Republika Online Jum‘at, 12 Oktober 2001.
Dari pemahaman tentang riba di atas dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap praktek bunga. Baik yang dilakukan oleh rentenir atau bank konvensional.
Dan ternyata bahwa Bangsa Indonesia masih membuktikan sebagai bangsa yang berperadaban rendah berdasarkan kaidah riba yang bersumber dari nialai agama.
Sebagai reaksi terhadap sikap negatif tersebut maka upaya untuk meningkatkan peradaban terus berlanjut melalui upaya pertumbuhan dan perkembangan bank
syariah yang bebas riba. Atas dasar uraian tersebut disarankan untuk dapat mensosialisaikan
larangan riba melalui pelajaran agama di sekolah sejak di sekolah dasar, misalnya tentang makanan halal dan haram sampai Sekolah Menengah Atas tentang hukum
riba dalam Islam.
14.11 Memasyarakatkan Bank Syariah