Pendidikan Masyarakat Kampung Dukuh Struktur Masyarakat Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung Dukuh Dalam

102 pantang untuk itu yaitu hari selasa, rabu dan sabtu. Orang Dukuh tidak kelihatan kolot karena mereka banyak yang mencari nafkah di kota besar seperti Jakarta dan di Bandung. Diluar kampungnya mereka menggunakan listrik menonton TV dan mendengarkan Radio tetapi jika pulang dirumahnya mereka tidak berani karena menurut ketua kampung pernah suatu waktu anak remaja yang baru pulang dari tempat bekerja di Jakarta pulang dengan membawa Radio secara diam-diam kerumahnya, ternyata setelah beberapa hari radio itu disimpannya hampir seluruh anggota keluarganya itu jatuh sakit namun tidak menyebabkan kematian. Setelah peristiwa itu mereka tidak berani melanggar larangan adat tersebut. Jika mereka ingin menonton TV atau mendengarkan Radio mereka harus pergi ke tetangganya yang ada di Dukuh Luar.

d. Mata Pencaharian

Orang kampung dukuh dalam bermata pencaharian beragam ada yang bertani di daerah sekitarnya dan ada juga yang berdagang di kota, seperti kota Garut, Bandung, Jakarta dan kota lainnya. Pertanian yang dikembangkan masyarakat kampung Dukuh Dalam adalah berladang karena daerahnya pedalaman dan dikelilingi hutan. Jenis tanaman yang biasa dikembangkan adalah padi dengan teknik berhuma, jagung, pisang, umbi-umbian. Selain itu ada pula yang berternak kambing atau domba. Dengan mata pencaharian tersebut masyarakat kampung Dukuh Dalam tergolong masayarakat miskin dengan hidup amat bersahaja.

e. Pendidikan Masyarakat Kampung Dukuh

Anak-anak orang Dukuh mengikuti pendidikan sebagaiaman anak-anak masyarakat lainnya, mereka mendapat pendidikan agama di masjid dan mengikuti pendidikan sekolah walaupun umumnya hanya sampai Sekolah Dasar, sedikit sekali yang mampu ke sekolah lanjutan dengan alasan ketidak mampuan dalam pembiayaannya. Mereka menyadari bahwa pendidikan itu penting dan mereka menjunjung tinggi ilmu, bahkan kehidupan mereka dianggap sebagai sumber ilmu Sebagaimana orang Islam lainnya mereka meyakini bahwa menuntut ilmu itu wajib menurut agama Islam yang mereka anut.

f. Struktur Masyarakat

Kampung Dukuh mempunyai struktur kepemimpinan formal dan informal. Kepemimpinan formal sebagaimana masyarakat lainnya secara administratif mereka mengakui berada dalam struktur pemerintahan desa, mereka merupakan bagian dari masyarakat desa Cikelet, mereka berada dalam satu rukun tangga, ketua kampung biasanya merangkap sebagai Ketua Rukun Tangga. Namun disisi lain secara adat mereka mengakui sebagai masyarakat yang memiliki adat yang berbeda dengan 103 masyarakat lainnya yaitu sebagai masyarakat yang harus memlihara warisan suci yang berasal dari leluhurnya. Ketua adat biasanya di pegang oleh seorang ketua adat yang bertugas sebagai kuncen. Kuncen bertugas utamanya memlihara warisan leluhur dan memandu para pejiarah untuk menjiarahi makam keramat.

g. Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung Dukuh Dalam

Kehidupan sosial orang Dukuh Dalam tidak tertutup sebagai orang terpencil lainnya. Sekalipun kehidupan mereka relatif terbuka menerima pengaruh dari luar namun untuk menerima inovasi yang dianggap bertentangan dengan adat mereka sulit untuk menerimanya. Meskipun banyak diantara mereka hidup di kota namun apabila mereka berada dikampungnya mereka setia mempertahankan adat yang mereke yakini dan jika adat itu dilanggar mereka yakini akan mendatangkan malapetaka karena itu inovasi bagi masyarakat kampung Dukuh dapat dikatakan gagal. Misalnya, inovasi dalam bidang penerangan, mereka menolak karena takut mendapat hukuman leluhur. Keyakinan mereka pernah terbukti dengan menceritakan pada masa lalu, dikatakannya belum lama ada orang dukuh luar yang memiliki hajat dia mencoba melanggar pantangan dengan menyalakan lampu patromak ternyata setelah dua hari selesai acaranya orang itu meninggal dunia, meskipun orang itu berada di luar dukuh dalam. Berdasarkan kejadian itu mereka takut melanggar aturan-aturan adat. Inovasi penerangan sampai tahun 1996 masih mengalami kegagalan. Martodirdjo 1991 : 46 menyatakan, bahwa : ―berbagai gerakan dan aktivitas nyata bisa saja telah berubah banyak dalam kurun waktu yang berbeda, tteapi bentuk umum struktur sosial atau pola jaringan antar anggota masyarakat yang bersangkutan tidak otomatis ikut berubah dalam tingkat kuantitas dan kualitas yang sama‖. Dalam menghadapi masalah-masalah yang datang dari luar orang Dukuh Dalam cenderung melaksanakan musyawarah yang biasanya dilakukan di Mesjid, baik secara formal tanpa di undang datang untuk musyawarah. Pola hubungan antara pemimpin musyawarah dengan para anggota pada dasarnya didasari oleh sikap kekeluargaan. Adapun prakarsa untuk mengadakan musyawarah umumnya datang dari petua kampung, baik dari kuncen maupun dari ketua Rukun Tetangga. maupun pemimpin formal, para anggota umumnya mengikuti dan mengiakan saja.

h. Perpektif Teori Struktural-Fungsional dalam Kehidupan Orang Dukuh