19
sistem itu harus saling menyesuaikan diri dengan yang lainnya demi tercapainya tujuan.
6.1.2 Pencapaian Tujuan Goal Attainment
Sistem pencapaian tujuan menghususkan diri pada tujuan-tujuan yang mungkin pula terletak di luar sistem. Meskipun proses adaptasi berlangsung secara
normal, namun adaptasi tidak akan punya rujukkan apabila tidak diorientasikan kepada pencapaian tujuan. Adaptasi memerlukan arah yang jelas agar tidak
mengalami penghamburan atau pemborosan fasilitas. Semua upaya dari sistem bermuara pada pencapaian tujuan, sistem pencataian tujuan menghasilkan sumber-
sumber umum yang paling penting yakni kekuasaan. Kekuasaan menentukan arah- arah dari tujuan yang hendak di capai. Arah yang ingin di capai merupakan nilai-
nilai tertinggi dan diraskan penting keberadaannya. Setiap organisasi atau masyarakat senantiasa terdapat pemegang kekuasaan, dan memiliki tujuan
menskipun tidak tertulis, misalnya tujuan kelurga, hampir tidak terdapat keluarga yang menuliskan tujuannya, namun setiap keluarga memiliki keinginan yang hendak
cicapainya bahkan suku-suku termarginalkanpun memiliki pemegang kekuasaan dan memiliki tujuan atau harapan bahkan mereka lebih mempokuskan harapannya
kepada pemimpin mereka untuk mencapai tujuan bersama. Parsons memandang bahwa tindakan itu di arahkan pada tujuan-tujuan. Tujuan tersebut merupakan tujuan
bersama dari setiap unit dalam sistem itu. Fungsi segala aktivitas individu dan unit- unit lain di dalam sistem senantiasa memperjuangkan, menjungjung tinggi dan
merujuk kepada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tujuan tersebut.
6.1.3 Integrasi
Sistem integrasi menghususkan diri pada sistem sosial dan kultural. Integrasi, wahdah atau wahidah artinya ialah : ―suatu kesatuan yang utuh, tidak
20
terpecah-belah dan cerai- berai.‖Integrasi meliputi keutuhan dan kelengkapan
anggota-anggota yang membentuk suatu kesatuan dengan jalinan hubungan yang erat, harmonis dan mesra dalam kebersamaan antara anggota-anggota kesatuan itu.
Johnson 1990 : 130 menyatakan : ―Supaya system sosial itu berfungsi secara efektif sebagai suatu satuan harus ada paling kurang satutingkat solidaritas
di antara individu yang termasuk di dalamnya. Integrasi merupakan kebutuhan untuk menjamin ikatan emosional yang memadai, yang akan menghasilkan solidaritas dan
kerelaan untuk bekerja sama. Ikatan emosional kebersamaan kohesivenis akan memiliki daya magnetic yang kuat bila di ikat oleh agama.
Misalnya suatu keluarga yang integrated ialah keluarga yang anggota- anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya masih utuh lengkap dan jalinan
hubungan kejiwaan, ikatan kekeluargaan serta kegotong-royongan kehidupannya masih kuat, harmonis dan mesra. Apabila dalam keluarga itu, antara ayah, ibu dan
anak diikat oleh keyakinan agama yang kuat, maka keluarga tersebut akan solid, namun bila terjadi ketimpangan antara ayah dan ibu dalam intensitas keberagaannya
satu kuat dan yang satu lemah maka kohesivenesnyapun akan rendah dan mudah terjadi kehancuran rumah tangga. Apalagi bila sudah bercerai atau hubungannya
sudah renggang, anak-anaknya tidak terbina secara utuh dan tidak terkendalikan lagi, hidupnya selalu dalam perselisihan dan pertengkaran, maka keluarga yang
demikian itu adalah keluarga yang disintegrated disintegrasi, keutuhannya sudah retak dan terpecah menuju kehancurannya.
Integrasi bukanlah hanya sekedar berhimpunnya faktor-faktor atau anggota- anggota suatu kesatuan, tetapi bersatu-padunya anggota-anggota kesatuan itu yang
meleburkan diri dalam suatu susunan yang mempunyai jalinan hubungan yang erat, mesra dan harmonis sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat. Integrasi itu
ibarat sebuah bangunan rumah yang merupakan kesatuan yang tersusun dengan erat dan harmonis dari bahan-bahan kayu, batu, bata, semen, pasir, genting dan
21
sebagainya, yang kesemuanya mempadukan diri menjadi bangunan rumah tersebut. Dengan demikian maka berkumpulnya orang-orang tanpa ikatan dan jalinan
hubungan yang mempersatu-padukannya, belumlah dikatakan telah beritegrasi. Perkumpulan orang-orang itu barulah dapat dikatakan telah berintegrasi apabila
mempunyai ikatan yang erat dan jalinan hubungan yang mesra dengan rasa persaudaraan, persamaan, kasih-sayang, gotong-royong dan perasaan senasib dan
sepenanggungan, sehingga seolah-olah merupakan satu kesatuan tubuh atau organisme.
6.1.4 Pemeliharaan Pola Latent Pettern Maintenance