Larangan Riba Pada Umat Nasrani

138 akan menggunakan uangnya untuk membuat uang. Menurutnya pula, agama tidak perlu repot-repot mencampuri urusan yang berhubungan dengan bunga.

14.6 Larangan Riba Pada Umat Nasrani

Larangan riba tidak hanya dalam Al- Qur‘an, tetapi terdapat pula di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Karena itu, para pendeta Nasrani pada awal abad I-XII menyerukan dihapusnya praktik itu, mereka meminta agar bunga dikembalikan kepada pemiliknya. Bunga dalam pandangan mereka adalah bentuk yang diminta sebagai imbalan yang melebihi jumlah barang yang dipinjamkan di awal. Termasuk di sini harga barang yang tinggi untuk penjualan kredit, juga termasuk bunga terselubung. Robert of Courcon 1152-1218, William A 1160- 1220, St Raymond of Pennatore 1180-1278, St Bonaventure 1221-1274, dan Thomas Aquinas 1225-1274. Para cendekiawan Kristen itu memilah bunga menjadi dua Interst dan Usury. Dalam, Republika Online Jum‘at, 12 Oktober 2001. Adapun yang menyebut bunga sebagai usury itu berasal dari kata Latin usura yang berarti menggunakan use sesuatu. Dalam konteks ini menggunakan modal, sehingga usury adalah harga dari menggunakan uang. Sedang yang menyebut interest berasal dari akar kata bahasa Latin interio yang berarti untuk kehilangan to be lost, juga dapat dikatakan bahwa interest berasal dari bahasa Latin interesse yang bermakna datang di tengah to come in between yaitu kompensasi kerugian yang muncul di tengah transaksi bila si peminjam tidak mengembalikan sesuai waktu. Justru bunga pinjaman yang dilakukan perbangkan ataupun rentenir menetapkan bunga dalam kurun waktu tertentu, apabila tidak mengembalaikan tidak sesuai ketentuan waktu pengembalian dikenakan denda keterlambantan, maka terjadi pengambilan imbalan ganda yaitu bunga yang telah di tetapkan dan denda. Dari sinilah penyimpangan ajaran agama muncul, karena bunga dipandang sebagai kompensasi kehilangan atau kerugian. Pelaku yang membungakan pinjaman mulai mendapatkan angin ketika muncul para reformis seperti Martin Luther 1483-1536, Zwingli 1454-1531, Bucer 1491-1551, dan John Calvin 1509-1564. Mereka berpendapat bunga itu dosa kalau memberatkan, mereka juga merekomendasikan untuk tidak mengambil bunga dari orang miskin. Dengan begitu secara implisit bunga tidak berdosa bila dikenakan dengan cara yang tak memberatkan. Juga, bila bunga dipungut dari orang kaya. Soewardi 2001 : 143 memandang bahwa: ―fahan Jhon Calvin yakni ―pre- destinasi Calvinis”, merupakan lecutan bagi bangkitnya pedagang-pedagang kecil bourgeois yang bersifat puritan, yang akhirnya menguasai dunia‖. Selanjutnya kebangkitan tersebut oleh Soewardi disebut ―nerving‖ yakni dengan faham baru itu 139 para pedagang kecil berani menerobos aturan aturan atau norma-norma kemasyarakatan, agama, dan perundang-undangan Negara yang menghalangi kemajuan. Pada periode itulah Raja Henry VIII memutuskan berpisah dengan gereja Katolik Roma, dan pada tahun 1545 riba resmi dibolehkan di Inggris asalkan tidak lebih dari 10 persen. Pada tahun 1571 Ratu Elizabeth I kembali membolehkan riba. Dan dibebaskannya praktik riba itu terus berlangsung hingga sekarang Dalam, Republika Online Jum‘at, 12 Oktober 2001. Dari urian tersebut dapat dilihat bahwa peran cendikiawan yang dibangun oleh ilmu barat sekuler IBS telah berhasil menyimpangkan ajaran agama yang melarang riba sebagaimana tercantum dalam Kitab Injil : Lukas 6:34-35. Di dalam ajaran Nasrani di atas jelas riba dilarang, namun kini umat Nasrani tidak merasa berdosa lagi melakukan praktek itu. Bahkan menurut Seowardi, bahwa orang-orang Eropa mulai meninggalkan ajaran Nasrani yang berupa dikhotomi antara Tuhan dan Harta.

14.7 Alasan Pelarangan Riba