Tabel Jumlah Siswa SMA 2011-2012

umum sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Mengenai sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta, tidak luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Karena tanah adalah salah satu sarana terpenting dalam pembangunan. Tanpa adanya tanah, atau lebih khusus tanah milik sendiri yang tidak membebani di masa yang akan datang dalam menunjang perkembangan proses pendirian dan pengadaan lembaga- lembaga pendidikan yang bernaung di bawah bendera Nahdlatul Wathan. Dalam hal pembelian tanah ini KH Muhammad Suhaidi sebagai pimpinan Yayasan Nahdlatul Wathan di Jakarta selalu mengimformasikan kepada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, apabila ada penduduk lokal yang ingin menjual tanahnya. TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dalam hal ini sangat mendukung atas apa yang di lakukan oleh KH Muhammad Suhaidi tersebut. Terbukti dengan apabila KH Muhammad Suhaidi menghadap pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok, dalam membahas pembelian atau pembebasan tanah di Jakarta beliau sangat antusias dengan memberikannya uang sejumlah yang di butuhkan. Seperti sejarah Nahdlatul Wathan Jakarta yang di tuliskan pada bab sebelumnya, bahwa Nahdlatul Wathan ini diawali dengan majlis taklim dan pengajian anak-anak. Dua hal ini kemudian berkembang dan memaksa KH Muhammad Suaidi untuk memperluas wilayahnya dengan cara membeli tanah di sekitar tempat pengajian dan majlis taklim tersebut. Dalam hal ini para jama’ah dan para wali murid berinisiatif untuk membelikan tanah sebagai wadah untuk pengajian dan majlis taklim. Para jama’ah dan para wali muridpun mengumpulkan dana untuk pembelian tanah tersebut, tanah itu berukuran 257 M. 17 Uang yang dikumpulkan para jama’ah dan wali murid tersebut belum cukup untuk melunasi tanah tersebut sehingga KH Muhammad Suhaidi pulang ke Lombok untuk memberi informasi pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau 17 Dokumen Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta tahun 1997. berkata “Jama’ah di Jakarta ingin membeli tanah tapi dananya tidak mencukupi” kemudian TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid memberikan uang pada KH Muhammad Suhaidi sejumlah kekurangan dari dana yang di kumpulkan oleh para Jama’ah dan wali murid tersebut. Setelah tanah di beli, saat itulah kemudian terbitlah struktur Surat Keputusan SK majlis taklim perwakilan majlis taklim dari Lombok. SK majlis taklim Nahdlatul Wathan untuk Jakarta diterbitkan oleh PBNW Pusat di Lombok. Namun SK tersebut dinilai kurang kuat sehingga para pengurus bermusyawarah agar di tingkatkan menjadi pengurus perwakilah Nahdlatul Wathan di Jakarta. Pada waktu itu KH Muhammad Suhaidi menemukan kendala di PBNW Pusat, karena pada waktu itu umur KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz lainnya masih terhitung muda, mereka berpendapat bahwa Jakarta adalah Ibukota Negara dan perwakilan Jakarta sejajar dengan PB, sehingga PBNW Pusat sangat berat mengeluarkan SK perwakilan NW Jakarta. Namun setelah KH Muhammad Suhaidi mendiskusikannya dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliaupun langsung mengambil alih dan mengatakan pada PBNW Pusat “Buatkan SK, tidak apa-apa terbitkan saja, seolah-olah beliau mengatakan tidak apa-apa terbitkan saja SK walaupun mereka masih anak- anak.” 18 KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz di Jakarta diberikan kebebasan asalkan bermanfaat dan dapat memperkenalkan Nahdlatil Wathan. Dalam proses pembangunan dan pengembangan pendidikan di Jakarta TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pernah menanyakan apa yang kamu dirikan, namun yang sering beliau tanyakan adalah berapa jumlah tanahmu sekarang. Dan beliau juga sering mengontrol perkembangan pendidikan di Jakarta dengan bertanya, pelajaran apa saja yang di ajarkan di sana. Artinya jiwa dan semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan Nahdlatul Wathan di Jakarta sangat besar. Beliaupun bercita-cita untuk menjadikan Jakarta sebagai 18 Wawancara dengan Muhammad Suhaidi, Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta, Jakarta: 07 Juni 2011.