Struktur Organisasi Badan Pembina:

m. Perguruan Tinggi-Perguruan tinggi Objek Penelitian untuk Penyelesaian Tugas Akhir Skripsi dan Disertasi 1 Institut Pertanian Borobudur 2 Akademi Gizi Muhammad Huni Thamrin 3 Fakultas Sastra Arab Universitas Indonesia 4 Universitas Negeri Jakarta 5 Bina Sarana Informatika Jakarta 6 Universitas Islam Negri Jakarta Nahdlatul Wathan juga menjelajah bidang sosial kemasyarakatan dengan menjalin hubungan baik dengan beberapa perusahaan dan lembaga pemerintahan serta beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Semua itu dilakukan untuk menunjang kelangsungan pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan, dengan tujuan agar para siswa dan siswi yang bersekolah di Nahdlatul Wathan dapat diterima di perusahaan dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Mengenal Pendiri Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

1. Latar belakang keluarga

Tuan Guru Kyai Haji TGKH Muhammad Zainuddi Abdul Madjid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi‟ul Awal 1315 H, nama kecil beliau adalah Muhammad Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah menunaikan setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti nama beliau adalah ayah beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji Abdul Madjid. Nama itu diambil dari nam a seorang ulama‟ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlak dan kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syeikh Muhammad Zainuddin Serawak. 1 TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan antara Tuan Guru Haji Abdul Madjid dengan seorang wanita shalihah yang berasal dari desa Kelayu Lombok Timur, yang bernama Inaq Syam dan lebih dikenal dengan nama Hajjah Halimatus Sya‟diyah. Beliau memiliki saudara kandung sebanyak lima orang, diantaranya yaitu: Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah. Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Kerena itu, tidak mengherankan kalau ayah bundanya memberikan perhatian khusus dan meumpahkan kecintaan serta kasih sayang demikian besar kepada beliau. Ketiaka beliau melawat ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, ayah bundanya ikut mengantar ke tannah suci. Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama kali belajar di Masjidil Haram, bahkan ibundanya, Hajjah Halimatus Sya‟diyah ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai ibundanya yang tercinta itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu‟alla Makkah. 2 Silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara utuh dikarenakan dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang tua beliau mengalami kebakaran. Namun yang jelas beliau terlahir dari keturunan keluarga yang terpandang dan garis keturunan terpandang pula yaitu keturunan Selaparang. Selaparang adalah nama Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selama hayatnya telah menikah sebanyak tujuh kali. Dari ketujuh perembuan yang pernah 1 Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Nadzam Batu Ngompal Terjemah Tuhfatul Atfal, Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 1996, h. 9. 2 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004, h. 9-10. dinikahinya itu, ada yang mendapinginya sampai wafat, ada yang wafat terlebih dahulu semasih ia hidup dan ada yang diceraikannya setelah beberapa bulan menikah. Disamping itu, ketujuh perempuan yang telah dinikahinya itu, berasal dari berbagai pelosok daerah di Lombok, dan dari berbagai latar belakang. Ada yang berasal dari keluarga biasa, ada pula yang berlatar belakang bangsawan, seperti istrinya yang bernama Hajjah Baiq 3 Siti Zahriyah Makhtar, berasal dari desa Tanjung, Kecamatan Selong. Adapun nama-nama perempuan yang pernah dinikahi oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, adalah: Satu, Chasanah; Dua, Hajjah Siti Fatmah; Tiga, Hajjah Raihan; Empat, Hajjah Siti Jauhariyah; Lima, Hajjah Siti Rahmatullah; Enam, Hajjah Baiq Siti Zuhriyah Mukhtar; Tujuh, Hajjah Adniyah. 4 TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Sulit sekali memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul padahal beliau sendiri sangat mengiginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam. Dan pada akhirnya beliau dianugrahkan dua orang anak dari istri yang berbeda yaitu: a. Hajjah Siti Rauhun daru Ummi Jauhariyah b. Hajjah Siti Raihanun dari Ummi Rahmatullah Karena dengan hanya memiliki dua orang anak tersebut beliau kerap dipanggil dengan sebutan Abu Rauhun wa Raihanun.

2. Pendidikan

Perjalanan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam menuntut ilmu pengetahuan diawali dengan pendidikan yang di lakukan di dalam lingkungan keluarga, yakni dengan belajar mengaj yaitu membaca Al- Qur‟an dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh 3 Baiq adalah gelar kebangsawanan bagi perempuan yang secara stratifikasi social masyarakat Lombok berada satu tingkat di atas masyarakat umum, dan dua tingkat di bawah strata tertinggi, yakni Datu Bini dan Denda. Biasanya gelar Baiq ditujukan kepada mereka yang belum menikah. Setelah menikah gelar tersebut berubah menjadi Mamiq Bini. 4 Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan …, h. 125.