Murid Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Agama. Namun disisi lain Nahdlatul Wathan juga menerapkan kurikulum sendiri yang mampu berkolaborasi dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Nahdlatul Wathan memiliki sebuah kurikulum sebagai pedoman pengembangan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ke-NW-an dibuat semenjak akhir tahun 2009 yang lalu, dengan lahirnya Dokumen Kurikulum Ke- NW-an yang kini sudah beredar di tengah masyarakat. Dengan proses penggalian dan pengembangan yang panjang dan berliku, keberadaan Kurikulum tersebut setidaknya telah menorehkan sejarah baru dalam perkembangan Nadlatul Wathan. Kurikulum dalam konteks ini adalah dokumen yang berisi sistematika kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dari pelajaran Ke-NW-an secara umum dan khusus yang dirinci dalam satuan tingkatan belajar dan diletakkan dalam kerangka sistem kurikulum nasional yang berlaku saat ini.

5. Metode Pembelajaran a. Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta Sarat dengan Nasihat

Mutiara TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta memang mengandung apa yang pernah di ajarkan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid terutama sekali dalam pembelajaran itu ialah tradisi-tradisi pendidikan yang ada di Pancor Lombok Timur di abadikan di Jakarta. Terutama sekali dalam penerimaan siswa baru, apabila di Pancor Lombok Timur tradisi semacam ini hanya ada di Ma’had saja. Namun kita akan coba untuk dilestarikan di Jakarta, tradisi ini dalam istilah bahas a sasak biasa disebut “Penyerahan Mayong Sebungkul” 22 yaitu penyerahan seorang siswa baru dari wali murid kepada seorang guru untuk di didik selama empat tahun. Di Jakarta tradisi ini dikemas sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun ajaran baru selalu mengadakan penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru tersebut diserahkan oleh para wali murid mereka masing-masing pada yayasan kemudian yayasan akan menyerahkan siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga pendidikan yang bersangkutan seperti TK, SD, SMP, dan SMA. Pada waktu 22 Istilah khas dalam bahasa sasak yang di gunakan Nahdlatul Wathan dalam serah terima murid baru oleh wali murid pada Yayasan pada tahun ajaran baru. penyerahan siswa baru di tahun ajaran baru tersebut biasanya semua siswa, pengurus dan para guru dikumpulkan untuk menyaksikan penyerahan tersebut. Penyerahan dari seorang wali murid pada pengurus yayasan dan guru-guru dengan hati yang ikhlas serta mempercayakan anaknya agar dididik sehingga mendapatkan ilmu yang barokah dan bermannfaat bagi agama Nusa dan Bangsa. Selain itu, tradisi-tradisi yang di lestarikan di Jakarta ialah tradisi lumrah yang biasanya ada di setiap Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan baik di Lombok sebagai pusat Nahdlatul Wathan ataupun di luar Lombok. Diantaranya ialah membac a Hizib, Sholawat Nahdlatain, do’a Nurul Hayat, do’a Pusaka, dan lain sebagainya. Hizib di baca setiap malam jum’at bagi santri yang berada di pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dimulai setelah shalat magrib sampai kurang lebih pukul 21.00 WIT. Bagi siswa dan siswi lembaga pendidikan membacanya pada seriap hari Jum’at pagi biasanya dimulai dari pukul 7.00 sampai dengan pukul 09.00 WIT. Shalawat Nahdlatain dan do’a Nurul Hayat, asmaul husna dan do’a-do’a lainnya biasanya dibaca pada awal memulai pelajaran di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, baik TK, SD, SMP dan SMA, biasanya siswa dan siswi tersebut berbaris di depan halaman lembaga pendidikan masing-masing dan membacanya dengan bersama- sama. Do’a Pusaka biasanya dibaca oleh siswa dan siswi pada akhir pembelajaran yang berlangsung di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, biasanya membacanya di setiap kelas masing-masing dengan bersama-sama dan diawasi pleh guru yang mengajar di jam terakhir. Tradisi-tradisi semacam ini ditanamkan dengan tujuan agar nilai-nilai perjuangan yang ada pada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap tertanam dan terpelihara. Baik bagi santri yang berada di Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta maupun bagi para pelajar yang belajar di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta.

b. Metode Pembelajaran yang Diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta

Metode yang diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah baik TK, SD, SMP dan SMA. Akan tetapi selain dari kurikulum yang berasal dari pemerintah, Nahdlatul Wathan