b. Hadits
Hadits atau sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah yang patut dijadikan contoh, karena Rasulullah
merupakan manusia pilihan Allah dan beliau merupakan suri tauladan bagi umat manusia. Perkataan adalah setiap kata yang di ucapkan Nabi
Muhammad SAW. Perbuatan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
sosialnya ataupun dalam ibadahnya. Pengakuan adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang di ketahui oleh Nabi Muhammad SAW, akan
tetapi beliau bembiarkannya tampa menegurnya. Sunnah merupakan sarana kedua setelah Al-
Qur‟an. Sebagaimana al- Qur‟an, Sunnah juga berisikan tentang Aqidah dan Syari‟ah. Sunnah berisi
petunjuk pedoman untuk kemaslahan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim
yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Aqram
ibn Abi Al-Aqram, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-
daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.
15
Karena sebab itulah sunnah dijadikan sember atau landasan kedua dalam dalam membentuk pribadi muslim yang bertakwa. Sunnah berupaya
menjelaskan dengan lebih jelas dan terperinci perintah-perintah Allah dalam firmanNya yaitu Al-
Qur‟an, seperti tata cara shalat, wudu dan lain sebagainya. Hal ini untuk mempermudah umat muslim untuk menjalankan
ibadahnya kepada Allah SWT. c.
Ijtihad Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟ah Islam untuk mendapatkan atau menentukan suatu hukum syari‟at Islam dalam hal-hal yang ternyata
15
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam …, h. 21.
belum di tegaskan hukumnya oleh al- Qurr‟an dan al-Sunnah. Ijtihad dalam
hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-
Qur‟an dan al-Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh
para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi al- Qu‟an dan al-Sunnah
tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukim Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah SAW
wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.
16
Begitu pula dalam dunia pendidikan, seiring berkembangnya zaman yang semakin maju, terlihat pula kemajuan yang sangat signifikan baik
dalam materi isi, kurikulun dan sistemnya. Oleh karena itu diperlukan ijtihad untuk memastikan kebenaran kurikulun dan sisten yang digunakan
dalam pendidikan sehingga tidak keluar dari jalur keislaman yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Secara garis besar ruang lingkup pendidikan islam terdiri dari bidang akidah, ibadah dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat memahami dan menunjang serta
mendukung ke tiga bidang pokok di atas sehingga dalam pelaksanaan pendidikan tidak terdapat penyimpangan antara bidang yang satu dengan bidang yang lain
dalam penerapannya. Menurut Zuhairini ajaran pokok Islam melituti masalah keimanan akidah, k
eislaman syari‟ah, dan masalah akhlak, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Akidah adalah bersifat I’tiqad batin yang mengajarkan keesaan Allah
SWT. Esa sabagai Tuhan yang mencipta dan mengatur seluruh alam raya ini.
b. Syari‟ah adalah hal-hal yang berhubungan dengan amal lahir dalam rangka
mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusian dengan sesama manusia dan
16
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam …, h. 21.
manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya serta mengatur hidup dan kehidupan manusia di dunia.
c. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amalan di atas mengajarkan tentang bergaul manusia dalam kehidupan.
17
Adapun beberapa pendapat ulama tentang ruang lingkup pendidikan agama Islam yang diberikan terhadap anak didik ialah:
a. Umar bin Khattab, seorang anak hendaknya diajarkan berenang, berkuda,
dan lain-lain. Semua ini diajarkan setelah anak mengetahui prinsip-prinsip agama Islam, menghafal al-
Qur‟an dan mempelajari sunnah. Umar dalam dalam hal ini lebih mengedepankan pendidikan yang
mengarah pada melatih kemandirian seorang anak agar dapat menjalankan kehidupan dengan benar sesuai dengan aturan agama dan memiliki suatu
keahlian. b.
Ibnu Sina mengemukakan bahwa pendidikan anak sebaiknya dimulai dengan mempelajari al-
Qur‟an kemudian di ajarkan syair-syair pendek yang berisi tentang kesopanan setelah anak selesai menghafal al-
Qur‟an dan mengerti tata bahasa Arab di samping di beri petunjuk dan bimbingan
agar mereka dapat mengamalkan ilmunya sesuai bakat kesediaannya. Penggambaran pendidikan yang di kemukakan oleh Ibnu sina tersebut
merupakan motivasi yang terarah. Sebab suber hukum ajaran agama Islam adalah al-
Qur‟an yang menggunakan bahasa Arab. Sehingga anak hasur di ajarkan tata bahasa arab sehingga mampu memahami makna yang
terkandung dalam al- Qur‟an.
c. Abu Thawan berpendapat, setelah anak tersebut hafal al-Qur‟an hendaknya
anak tersebut di ajarkan menulis, berhitung dan berenang.
18
Abu Thawan dalam pendapatnya lebih simpel dan terarah. Yang ia kemukakan seakan menggabungkan antara pendapat Umar dan Ibnu Sina,
17
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, Cet VIII, h. 11.
18
Armai Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam Dasar dan Menengah, Jakarta: Ciputat Press, 2000, Cet. 1, h. 19.
yaitu seorang anak harus memiliki keahlian tertentu dalam hidup. Disamping itu seorang anak harus mulai belajar menulis dan mempelajari
al- Qur‟an yang merupakan sumber hukum utama agama Islam.
4. Tujuan Pendidikan Islam
Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah, maka pendidikan Islam serata dengan pengembangan nalar dan
penataan prilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada
Allah SWT dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara social.
Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan tidak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan bertujuan
untuk memelihara kehidupan manusia. Tujuan hidup ini menurutnya tercermin dalam ayat 162 surat al-
An‟am yang berbunyi:
”Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. QS al-An‟am: 162
19
Dari ayat di atas di jelaskan bahwa hidup kita didunia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk beribadah kepada Allah sang pencipta. Dan ingatlah satu saat
nanti kita akan mati. Jadi dapat di katakan bahwa tujuan hidup dan tujuan pendidikan islam adalah tujuan akhid dari hidup yaitu mencari ridho Allah dengan
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Mengenai hal ini dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa kapatuhan terhadap
allah itu adalah yang utama. Karena ada ganjaran disetiap keingkaran yang kita lakukan, bila dalam hidup kita terdapat penyimpangan dan tidak taat pada Allah.
Dalam ayat al- Qur‟an yaitu surat al-Naml ayat 40 yang mengatakan:
19
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1968, Cet. 1, h. 33.