Daftar Tabel Guru dan Karyawan SMA

Jumlah 41 18 59 Tabel di atas menggambarkan jumlah peserta didik yang berada di SMA Nahdlatul Wathan Jakarta dari kelas X sanpai dengan kelas XII. Kelas X berjumlah 16 peserta didik, terdiri dari 11 peserta didik laki-laki dan 5 peserta didik perempuan. Kelas XI berjumlah 24 peserta didik, terdiri dari 17 peserta didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Kelas XII berjumlah 19 peserta didik, terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 6 peserta didik perempuan. Jumlah keseluruhan peserta didik di SMA Nahdlatul Wathan Jakarta adalah 59 terdiri dari 41 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan.

B. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Menurut Drs. Kamaluddin M.SQ, yang merupakan salah seorang pakar pendidikan Indonesia saat ini. Kandidat doktor UIN dan konsultan beberapa sekolah unggulan di Depok, Serpong, Bekasi dan Aceh mengatakan syarat penyelenggaraan lembaga pendidikan harus memiliki beberapa rukun diantaranya: Satu adanya saranadan prasarana, dua adanya guru, tiga adanya murid, empat adanya kurikulum, lima adanya uang. Tapi uang bukan segalanya, artinya tidak punya uang lalu tidak punya program, tapi mestinya apabila programnya bagus uang akan menunjang. 16 Nahdlatul Wathan Jakarta sebagai sarana lembaga pendidikan harus memenuhi syarat-syarat yang menunjangnya. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid adakah peranan beliau terhadap keberadaan Nahdlatul Wathan di Jakarta dan apakah terdapat kontribusi yang di berikan oleh beliau dalam berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan di dalamnya. Berikut penulis akan mencoba mengulas mengenai permasalahan tersebut.

1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu alat dan barang yang memfasilitasi memberikan kemudahan dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Secara 16 Lihat Tabloid Sinar Lima Edisi 8, h: 19. umum sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Mengenai sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta, tidak luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Karena tanah adalah salah satu sarana terpenting dalam pembangunan. Tanpa adanya tanah, atau lebih khusus tanah milik sendiri yang tidak membebani di masa yang akan datang dalam menunjang perkembangan proses pendirian dan pengadaan lembaga- lembaga pendidikan yang bernaung di bawah bendera Nahdlatul Wathan. Dalam hal pembelian tanah ini KH Muhammad Suhaidi sebagai pimpinan Yayasan Nahdlatul Wathan di Jakarta selalu mengimformasikan kepada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, apabila ada penduduk lokal yang ingin menjual tanahnya. TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dalam hal ini sangat mendukung atas apa yang di lakukan oleh KH Muhammad Suhaidi tersebut. Terbukti dengan apabila KH Muhammad Suhaidi menghadap pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok, dalam membahas pembelian atau pembebasan tanah di Jakarta beliau sangat antusias dengan memberikannya uang sejumlah yang di butuhkan. Seperti sejarah Nahdlatul Wathan Jakarta yang di tuliskan pada bab sebelumnya, bahwa Nahdlatul Wathan ini diawali dengan majlis taklim dan pengajian anak-anak. Dua hal ini kemudian berkembang dan memaksa KH Muhammad Suaidi untuk memperluas wilayahnya dengan cara membeli tanah di sekitar tempat pengajian dan majlis taklim tersebut. Dalam hal ini para jama’ah dan para wali murid berinisiatif untuk membelikan tanah sebagai wadah untuk pengajian dan majlis taklim. Para jama’ah dan para wali muridpun mengumpulkan dana untuk pembelian tanah tersebut, tanah itu berukuran 257 M. 17 Uang yang dikumpulkan para jama’ah dan wali murid tersebut belum cukup untuk melunasi tanah tersebut sehingga KH Muhammad Suhaidi pulang ke Lombok untuk memberi informasi pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau 17 Dokumen Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta tahun 1997.