Guru Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Di Nahdlatul Wathan di Jakarta, dari awal keberadaannya para guru yang mengajar di dalamnya adalah alumnus Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan pancor NTB. Maka dapat di katakana bahwa para guru yang mengajar pada awal keberadaan Nahdlatul Wathan Jakarta tersebut adalah murid Maulana Syeikh dan secara otomatis memiliki bekal perjuangan yang dimiliki Maulana Syeikh pula. Dalam hal ini terdapat keterlibatan Maulana Syeikh langsung dalam menerapkan pendidikan dan pengajaran kepada para guru yang mengajar di Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat para guru tersebut sedang mengenyam pendidikan di Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang terus meningkat di Nahdlatul Wathan Jakarta, para gurupun semakin bertambah di setiap lembaga pendidikan. Disinilah terdapat fariasi, karena para guru yang datang setelahnya adalah para guru professional lulusan kampus-kampus terkemuka di Indonesia. Akan tetapi para guru tersebut langsung beradaptasi dengan lingkungan Nahdlatul Wathan, karena nuansa yang ditanamkan semenjak awal berdirinya di Jakarta tak akan pudar, sebagai bekal yang di wariskan Maulana Syeikh kepada para muridnya ketika masih menjadi santri dahulu.

3. Murid

Murid berarti orang yang sedang berguru, datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa ilmu pengetahuan. Seorang murid adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan. Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar- mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah muridanak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaankarakteristik murid. Selain guru, murid pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri. Adapun tugas tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi. Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan murid, bukan saja karena ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaannya yang salah. Adalah menjadi tugas murid untuk belajar baik yang menghindari atau mengubah cara-cara yang salah itu agar tercapai hasil belajar yang maksimal. Untuk mengantisipasi kebiasaan-kebiasaan yang akan di timbulkan oleh peserta didik, maka Nahdlatul Wathan telah menerapkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam lingkungannya. Semua ini dilakukan dikarenakan Nahdlatul Wathan terdapat dalam lingkungan Pondok pesantren. Dan semua murid disetiap lembaga yang bersekolah di Nahdlatul Wathan diharuskan untuk mengikuti peratuuran yang di buat oleh yayasan. Seperti berdo’a sebelum masuk sekolah atau setelah pulang sekolah ha rus menggunakan do’a yang di ajarkan oleh Maulana Syeikh, dan shalat zuhur berjama’ah di sebelum pulang sekolah dan harus menggunakan do’a yang telah di ajarkan Maulana Syeikh dan yang di gunakan oleh semua Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Organisasi Nahdlatul Wathan.

4. Kurikulum

Secara umum lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Nahdlatul Wathan Jakarta menggunakan kurikulum yang telah di terapkan oleh pemerintah baik dari Depatremen Pendidikan Nasional atau dari Departemen Pendidikan Agama. Namun disisi lain Nahdlatul Wathan juga menerapkan kurikulum sendiri yang mampu berkolaborasi dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Nahdlatul Wathan memiliki sebuah kurikulum sebagai pedoman pengembangan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ke-NW-an dibuat semenjak akhir tahun 2009 yang lalu, dengan lahirnya Dokumen Kurikulum Ke- NW-an yang kini sudah beredar di tengah masyarakat. Dengan proses penggalian dan pengembangan yang panjang dan berliku, keberadaan Kurikulum tersebut setidaknya telah menorehkan sejarah baru dalam perkembangan Nadlatul Wathan. Kurikulum dalam konteks ini adalah dokumen yang berisi sistematika kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dari pelajaran Ke-NW-an secara umum dan khusus yang dirinci dalam satuan tingkatan belajar dan diletakkan dalam kerangka sistem kurikulum nasional yang berlaku saat ini.

5. Metode Pembelajaran a. Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta Sarat dengan Nasihat

Mutiara TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta memang mengandung apa yang pernah di ajarkan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid terutama sekali dalam pembelajaran itu ialah tradisi-tradisi pendidikan yang ada di Pancor Lombok Timur di abadikan di Jakarta. Terutama sekali dalam penerimaan siswa baru, apabila di Pancor Lombok Timur tradisi semacam ini hanya ada di Ma’had saja. Namun kita akan coba untuk dilestarikan di Jakarta, tradisi ini dalam istilah bahas a sasak biasa disebut “Penyerahan Mayong Sebungkul” 22 yaitu penyerahan seorang siswa baru dari wali murid kepada seorang guru untuk di didik selama empat tahun. Di Jakarta tradisi ini dikemas sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun ajaran baru selalu mengadakan penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru tersebut diserahkan oleh para wali murid mereka masing-masing pada yayasan kemudian yayasan akan menyerahkan siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga pendidikan yang bersangkutan seperti TK, SD, SMP, dan SMA. Pada waktu 22 Istilah khas dalam bahasa sasak yang di gunakan Nahdlatul Wathan dalam serah terima murid baru oleh wali murid pada Yayasan pada tahun ajaran baru.