Tidak berubah tidak ampibi Walaupun dijanji ranjang dan kursi
31
Silahkan bertanya kepada warga NW dan Pulau Lombok yang lahir pada tahun 60-an dan 70-an bahkan mereka yang berusia sekolah ditahun 80-an. Pada
tahun 80-an lembaga pendidikan pemerintah tingkat SLTP baru hanya ada pada tingkat kecamatan, itu pun jumlahnya baru hanya satu buah. Sementara lembaga
pendidikan Nahdlatul Wathan dalam bentuk Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan sudah berdiri di beberapa desa pada wilayah satu kecamatan. Hal ini tidak
terlepas dari komitmen dan motivasi yang diberikan oleh Ayahanda Al- Maghfurlah Maulana Syaikh kepada para abituren dan pencinta Nahdlatul Wathan
sebagaimana termaktub dalam Wasiat Renungan Masa yang berbunyi: Buka madrasah desa dan dasan
Agar tersebar ajaran Tuhan Ikatan Pelajar, PG aktifkan
Himmah, Pemuda terus tonjolkan.
Nahdlatul Wathan pusakamu sendiri Dilahirkan Tuhan di Lombok ini
Ciptaan Sasak Selaparang asli Wajib dibela sampai akhirati
Pelita NTB bertambah terangnya Karena NW lahir padanya
Berpartisipasi dengan megahnya Membela Agama, Nusa dan Bangsa
Kalau anakda memang setia Tentulah seturut dan bersedia
Menegakkan NW ciptaan ayahda Bersama menolak iblis yang nyata
Nahdlatul Wathan ciptaan ayahda Ku amanatkan kepada anakda
Dipelihara dan terus dibina dan dikembangkan di Nusantara
Asas NW jangan diubah Sepanjang masa sepanjang sanah
Sunnah Jamaah dalam aqidah Mazhab Syafi’i dalam syari’ah
Wajiblah `nakda banyak bersyukur Atas NW mu nan maju teratur
Menyebarkan ilmu dan amal mabrur
31
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat …, h. 34.
Secara terang, secara jujur
32
3. Memperjuangkan Visinya dengan Kesabaran dan Penuh Syukur
Sabar dan syukur dalam menjalani hidup disebutkan oleh Ibnu Abbas sahabat Nabi sebagai pilar utama kebahagiaan hidup seorang muslim. Hal yang sama
tampak betul dilakoni Maulana Syekh dalam perjuangan membangun pendidikan, sosial, dan dakwah hingga mencapai hasil yang optimal. Semua kita tahu
bagaimana suka duka sang tokoh dalam meletakkan fondasi NW di Lombok NTB. Tantangan bak batu cadas bertubi-tubi siap menggelincirkan langkahnya tidak saja
datang dari masyarakat kebanyakan karena keawamannya, tetapi juga tokoh-tokoh masyarakat yang takut kehilangan pengaruh, bahkan kaum penjajah kolonial yang
selalu curiga pada gerakan-gerakannya. Seberapa besar tantangan itu dirasakannya, pada tahun 1963 ia menyatakan:
”Hanya mati saja yang belum pernah kualami dengan datokmu ayahanda Al Marhum Haji Abdul Madjid dan ibumu Almarhumah Hajjah Fatmah Mahmud
sewaktu kami membangunmelahirkan Madrasah NWDI dan NBDI” Ungkapan tersebut menggambarkan betapa luar biasanya cobaan yang datang
dan pergi dalam memperjuangkan Madrasah NWDI dan NBDI. Manun kini kedua madrasah tersebut telah menjadi induk dari pendidikan di Pulau Lombok
dan induk dari Madrasah di pulau Lombok pantas bila kedua Madrasah tersebut beliau namakan dengan Dwi Tunggal Pantang Tanggal.
32
Siti Raihanun, “Sambutan Ketua Umum PBNW”, dalam Tasyakkuran Penamatan Santri Podok Pesantren Munirul Arifin NW Praya Tahun Pelajaran 20092010, Ahad, 16 Mei
2010.
94
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari kajian penelitian ini, kiranya dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
Pertama, Lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta mayoritas bersifat umum namun bernuansa Islami dari tingkat bawah sampai
tingkat atas dari TK sampai SMA. Tujuannya adalah untuk mencetak generasi Islam yang beriman dan bertaqwa sebagaimana selogan Nahdlatul Wathan , yakni:
Pokoknya NW, Pokok NW Iman dan Taqwa. Dalam perjalanannya Nahdlatul Wathan di Jakarta juga senantiasa menggunakan ciri khas Nahdlatul Wathan
sebagaimana induknya di Lombok, seperti sholawat Nahdlatain, do’a nurul hayat
dan do’a-do’a lannya. Kedua, Sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta, tidak
luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Bahkan hamper 70 tanah
tempat lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta menggunakan uang dari Maulana Syeikh. Namun dalam proses pembangunan dan
pengembangan pendidikannya TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid ikut campur tangan, namun beliau tetap mengontrol perkembangan pendidikannya.
Artinya jiwa dan semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan Nahdlatul Wathan di Jakarta sangat besar.
Ketiga, Para guru yang mengajar di Nahdlatul Wathan Jakarta adalah alumnus Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan pancor NTB. Maka
dapat di katakana bahwa para guru yang mengajar tersebut adalah murid Maulana Syeikh dan secara otomatis memiliki bekal perjuangan yang dimiliki Maulana
Syeikh pula. Dalam hal ini terdapat keterlibatan Maulana Syeikh langsung dalam menerapkan pendidikan dan pengajaran kepada para guru yang mengajar di
Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat para guru tersebut sedang mengenyam pendidikan di Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan. Namun seiring
berjalannya waktu para gurupun semakin bertambah di setiap lembaga pendidikan, sehingga terdapat fariasi, karena para guru yang datang setelahnya
adalah para guru professional lulusan kampus-kampus terkemuka di Indonesia. Akan tetapi para guru tersebut langsung beradaptasi dengan lingkungan Nahdlatul
Wathan, karena nuansa yang ditanamkan semenjak awal berdirinya di Jakarta tak akan pudar, sebagai bekal yang di wariskan Maulana Syeikh kepada para
muridnya ketika masih menjadi santri dahulu. Keempat, Menerapkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam bagi para
siswa dan siswi. Semua ini dilakukan dikarenakan Nahdlatul Wathan berada dalam lingkungan Pondok pesantren. Dan semua murid disetiap lembaga yang
bersekolah di Nahdlatul Wathan diharuskan untuk mengikuti peraturan yang di buat. Seperti berdo’a sebelum masuk sekolah atau setelah pulang sekolah harus
menggunakan do’a yang di ajarkan oleh Maulana Syeikh, dan shalat zuhur berjama’ah di sebelum pulang sekolah dan harus menggunakan do’a yang telah di
ajarkan Maulana Syeikh dan yang di gunakan oleh semua Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Organisasi Nahdlatul Wathan.
Kelima, Nahdlatul Wathan memiliki kurikulum sebagai pedoman pengembangan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ke-NW-an.
Kurikulum dalam konteks ini adalah dokumen yang berisi sistematika kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dari pelajaran Ke-NW-an secara