Tindakan Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan

103

6.5.4 Tindakan Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan

di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 Hasil skoring pada tindakan mengenai sarana pada tindakan terhadap sarana, diketahui sebagian besar pedagang makanan jajanan memiliki kondisi sarana berjualan yang buruk 54,3. Berdasarkan distribusi frekuensi tindakan higiene sanitasi terhadap sarana berjualan, ditemukan dua syarat sarana berjualan yang tidak terpenuhi, yaitu tidak adanya tempat air bersih 62,9 serta tidak tersedianya tempat cuci alat, tangan dan bahan makanan sebanyak 57,1. Tidak tersedianya tempat mencuci menyebabkan sebagian besar pedagang makanan jajanan tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menangani makanan. Meskipun ada sarana air bersih yang tersedia pada sarana berjualan seperti kios, letaknya agak berjauhan dengan tempat menyimpan dan menangani makanan sehingga kemungkinan besar pedagang makanan jajanan merasa malas untuk mencuci tangannya terlebih dahulu. Di sisi lain, ditemukan adanya pedagang makanan jajanan yang terdapat tempat penyimpanan air berupa ember. Air yang dibawa pada mulanya bersih tetapi lama-kelamaan menjadi keruh dikarenakan cara mencuci tangan yang salah, yaitu sekedar menceburkan tangan ke wadah air. Kotoran yang melekat di tangan berpindah kedalam air sehingga berpotensi besar mengontaminasi peralatan lainnya apabila digunakan untuk mencuci. Serupa dengan penelitian Wibawa 2006, sebagian besar kantin Sekolah Dasar di Kabupaten Tangerang tidak memenuhi syarat air bersih 75,5 dan 104 kuantitasnya belum mencukupi. Kurangnya air bersih secara kuantitas dikarenakan penyediaan air tidak menggunakan sistem perpipaan akibat tidak tersedianya sumber air bersih. Air yang terlalu sedikit dan sumber air yang sulit dijangkau mengakibatkan kebersihan perorangan yang buruk sehingga berisiko menularkan penyakit infeksi. Muthmainnah 2012 dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari tiga persyaratan tindakan higiene sanitasi pada peralatan, dua diantaranya seperti menggunakan air bersih serta menjaga kebersihan ruangan dapat dipenuhi responden. Sedangkan syarat mengenai penyediaan tempat sampah yang memadai tidak dapat dipenuhi sebagian besar responden karena faktor keterbatasan ekonomi. Air sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pengolahan makanan. Air sangat berperan dalam setiap proses pengolahan. Saat tahap persiapan pegolahan makanan, air digunakan untuk merendam dan mencuci bahan mentah, serta untuk mencuci tangan pengolah makanan. Tahap selanjutnya air digunakan untuk memasak. Di akhir proses pengolahan makanan, air berguna untuk membersihkan peralatan, ruangan maupun orang yang mengolah makanan. Oleh karena itu air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar layak digunakan Purnawijayanti, 2001. Selain itu, sebesar 28,6 memiliki konstuksi sarana penjaja makanan yang sulit dibersihkan. Pada kios, ada beberapa hal yang menyebabkan kios tersebut sulit dibersihkan, antara lain: luas kios yang sempit dijejali berbagai macam makanan ringan yang masih dikemas didalam kardus serta ditumpuk di bawah 105 meja, penggunaan meja kayu yang permukaannya tidak rata serta ditemukannya barang-barang bekas yang tidak ada hubungannya dengan penyajian makanan di bawah meja tersebut, seperti tumpukan kayu dan alas kaki yang berdebu. Kardus berisi makanan ringan yang ditumpuk dibawah meja sangat menyulitkan seseorang untuk membersihkan area tersebut karena mempersempit ruang gerak. Meja kayu yang permukaannya tidak rata membuat proses pembersihan lebih sulit karena kotoran dapat menempel di sela-sela kayu tersebut. Barang-barang rongsokan berupa tumpukan kayu serta alas kaki yang berdebu dapat mencemari makanan yang sedang dimasak diatas meja tersebut. Pada sarana berjualan berupa gerobak, adanya celah-celah diantara kaca dan kayu serta permukaan kayu yang terlihat berpori besar menyebabkan menumpuknya kotoran dan sulit dibersihkan. Bagian tempat penyimpanan peralatan yang berada di sisi bawah bagian dalam gerobak seringkali menjadi bagian yang terlupakan untuk dibersihkan karena gelap dan penggunanya lebih fokus pada pembersihan peralatannya saja. Dari penelitian Susanna dan Hartono 2003, Kebersihan pada gerobak dinilai kurang daripada kios. Semua gerobak yang diteliti lebih banyak mengandung angka kuman yang tinggi 100 kolonimL di bagian tempat penyimpanan piring dibandingkan tempat penyimpanan piring pada kios. Sebagian pedagang makanan jajanan 37,1 ditemukan tidak tersedia tempat sampah pada sarana tempat berjualan. Pada umunya pedagang yang tidak terdapat tempat sampah adalah pedagang yang memiliki bahan-bahan 106 mentah yang siap dimasak tanpa perlu membuka kulit luar atau kemasannya. Bahan-bahan mentah tersebut ditempatkan di wadah khusus dan baru dibuka jika isinya akan dimasak. Namun ada juga pedagang makanan jajanan yang langsung membuang sisa makanan ke saluran air saat mencuci peralatan. Ketiadaan tempat sampah tersebut diduga karena responden merasa sampah yang dihasilkan hanya berupa remah-remah sisa proses memasak makanan yang dapat dibuang begitu saja saat gerobak sedang dilap sehingga tempat sampah tidak dibutuhkan. Sebesar 48,6 pedagang makanan jajanan tidak menjajakan makanannya dalam kedaan terlindung dari pencemaran. Hal ini berkaitan dengan poin sebelumnya mengenai penyajian yaitu tertutup atau tidaknya pembungkus yang digunakan serta sarana berjualan yang mampu menutup makanan yang disajikan. Meskipun gambaran tindakan pedagang makanan jajanan secara umum adalah buruk. Tindakan terhadap: kebersihan diri, peralatan dan penyajian masih bisa dinilai baik, kecuali tindakan terhadap sarana yang digunakan. Hal ini dimungkinkan karena pengetahuan dan sikap yang secara umum adalah baik. Di sisi lain, gambaran sikap yang secara umum baik, dan gambaran sikap yang sangat positif terhadap pernyataan “mencuci tangan menggunakan sabun harus dilakukan oleh pengolah makanan sebelum memasak” 94,3 ternyata belum sepenuhnya diwujudkan, terlihat dari banyaknya pedagang makanan jajanan yang tidak mencuci tangannya sebelum menangani makanan 97,1. Dikarenakan 107 adanya pengetahuan yang baik dan sikap positif yang bertentangan dengan tindakan, perlu diadakan pengawasan secara berkala oleh dinas kesehatan instansi setempat. 108

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gambaran umum pedagang makanan jajanan meliputi: a. Pedagang makanan jajanan sebagian besar berjenis kelamin laki- laki 60 dibandingkan perempuan dari 35 responden. b. Kelompok umur 31-40 tahun menempati jumlah terbanyak, yaitu sebesar 34,3, sedangkan paling sedikit terdapat pada kelompok umur ≤ 20 tahun sebanyak 5,7. c. Jenis sarana berdagang yang banyak digunakan responden adalah gerobak 68,6 dibandingkan kios. d. Sebagian besar pedagang makanan jajanan 60 merupakan pemilik sarana berdagang yang digunakan. e. Sebanyak 74,3 merupakan responden yang telah bekerja sebagai pedagang makanan jajanan selama ≤ 10 tahun dan sebanyak 2,9 responden telah bekerja lebih dari 20 tahun. f. Tingkat pendidikan terbanyak dan tertinggi yang pernah ditempuh oleh pedagang makanan jajanan adalah SMA sederajat sebanyak 40, sedangkan pendidikan terendah adalah tidak sekolah 2,9.

Dokumen yang terkait

Higiene Sanitasi Dasar Serta Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penjual Terhadap Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Di Kecamatan Sidamanik Tahun 2015

6 109 161

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016

2 10 108

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI PENGOLAH MAKANAN Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Higiene Sanitasi Pengolah Makanan Di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.

0 4 13

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016

1 2 2

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 0 7

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 0 25

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016

1 2 2

Abstract Higiene Sanitasi Dasar Serta Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penjual Terhadap Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Di Kecamatan Sidamanik Tahun 2015

0 0 2

Reference Higiene Sanitasi Dasar Serta Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penjual Terhadap Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Di Kecamatan Sidamanik Tahun 2015

1 1 3