89
makanan diungkapkan oleh Mortimore dan Wallace 2001, bahwa kebersihan diri serta pendidikan dan pelatihan tentang higiene sangat penting karena derajat
kebersihan suatu usaha tergantung pada perilaku higiene yang ditunjukkan oleh penjamah makanan. Pelatihan mengenai higiene sanitasi makanan dibuktikan oleh
Muthmainnah 2012, dimana terjadi peningkatan pada seluruh aspek pengetahuan higiene sanitasi makanan dari segi kebersihan diri, peralatan, penyajian dan sarana
pada responden setelah diberi pelatihan dan pendampingan.
6.4 Sikap Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu, baik rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari
suatu objek. Meskipun sikap belum merupakan wujud tindakan, sikap merupakan faktor predisposisi seseorang untuk berperilaku Sarwono, 2003. Secara umum,
sebesar 94,3 responden menanggapi dengan baik pernyataan mengenai higiene sanitasi makanan. Berikut ini uraian mengenai sikap higiene sanitasi pada
pedagang makanan jajanan.
6.4.1 Sikap Terhadap Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
Hasil penelitian dari aspek sikap mengenai kebersihan diri pedagang makanan jajanan di Kelurahan Cipinang Besar Utara tahun 2014
diketahui
90
sebagian besar responden 80 memiliki sikap yang baik terhadap standar kebersihan diri. Saat proses wawancara mengenai sikap terhadap kebersihan
diri, ada seorang responden yang mengatakan bahwa boleh saja memiliki kuku yang panjang saat berjualan asalkan kukunya bersih meskipun saat
menjamah makanan tetap menggunakan alat. Responden tersebut terlihat memiliki kuku yang panjang. Ditemukan juga sebanyak 51,4 dari 35
responden yang bersikap positif terhadap boleh saja bersin atau batuk saat mengolah bahan makanan karena hal tersebut dianggap tidak dapat mencemari
makanan. Menurut Purnawijayanti 2001, mulut, hidung dan kulit mengandung banyak kuman yang dapat menimbulkan penyakit.
Dalam penelitian Muthmainnah 2012 pada sebaran responden berdasarkan sikap terhadap kebersihan diri dilihat dari 11 pertanyaan pada
sebaran berdasarkan daftar pertanyaan, 9 pertanyaan diantaranya mampu dijawab dengan baik oleh sebagian besar responden. Di sisi lain, terdapat 50
responden yang menanggapi secara positif terhadap pernyataan mengenai kepemilikan kuku panjang. Terlihat dari kondisi dimana responden tersebut
memiliki kuku yang panjang sehingga responden menganggap hal itu diperbolehkan. Penyebaran informasi mengenai pentingnya menjaga
kebersihan diri sangat diperlukan, terutama dalam bentuk penyuluhan secara lisan atau melalui media.
Hampir serupa dengan penelitian Wahyuni 2005, sebanyak 86,05 responden penelitian memiliki tingkat sikap terhadap kebersihan diri yang
sedang skor 4-7,5 dari 10. Dalam hal kebersihan kuku, sebagian besar
91
responden tidak setuju jika memiliki kuku panjang. Mereka menganggap kuku yang panjang akan menyulitkan pekerjaan. Sedangkan sisanya yang setuju
dengan kebolehan berkuku panjang, menganggap kuku panjang tidak mencemari makanan selama kebersihannya terjaga.
6.4.2 Sikap Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan