312
2.8. Sinkronisasi Regulasi Antar Pusat dan Daerah Terkait Kawasan Industri 2.8.1. PP No. 38 Tahun 2007
Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 Pasal 9 ayat 1: “MenteriKepala lembaga pemerintah non departemen menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria NSPK untuk
pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan”. Terdapat Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian sebanyak 17 tujuh belas Sub-Bidang, yaitu :
1.
Perizinan ———— Kawasan Industri 2.
Usaha Industri 3.
Fasilitas Usaha Industri 4.
Perlindungan Usaha Industri 5.
Perencanaan dan Program 6.
Pemasaran 7.
Teknologi 8.
Standarisasi 9.
Sumber Daya Manusia 10. Permodalan
11. Lingkungan Hidup 12. Kerjasama Industri
13. Kelembagaan 14. Sarana dan Prasarana
15. Informasi Industri 16. Pengawasan Industri
17. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
2.8.2. PP No. 38 Tahun 2007
Dalam menerapkan PP No. 38 Tahun 2007 terutama dala hal perijinan diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupatenkota Tabel 5.
Diharapkan tidak terjadi tumpang tindih, terutama regulasi di tingkat provinsi dan kabupaten kota dengan regulasi di tingkat provinsi.
Tabel 5 Kewenangan Perijinan
Sub Bidang
Sub-Sub Bidang
Pemerintah Pemerintahan
Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah
KabupatenKota
Perizinan 1. Penetapan kebijakan Izin
Usaha Industri IUI dan kawasan industri.
2. Penerbitan IUI bagi industri yang mengolah dan
menghasilkan bahan Beracun Berbahaya B3,
industri minuman beralkohol, industri
teknologi tinggi yang strategis, industri kertas
berharga, industri senjata dan amunisi.
3. Penerbitan izin usaha industri yang lokasinya lintas
provinsi.
4. Penerbitan izin kawasan industri yang lokasinya lintas
provinsi.berdasarkan Perpres Nomor 27 Tahun
2009 jo Permenperin Nomor 147M-INDPER102009
telah didelegasikan kepada BKPM
1. melaksanakan kebijakan-Perda
2. Penerbitan IUI skala inventaris di atas Rp. 10
milyar tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
3. Penerbitan rekomendasi IUI yang
diterbitkan oleh pemerintah.
4. Penerbitan izin kawasan industri yang
lokasinya lintas kabupaten kota.
1. melaksanakan kebijakan- Perda
2. Penerbitan tanda daftar industri dan IUI skala
inventaris sd Rp. 10 milyar tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
3. Penerbitan berita acara pemeriksaan dalam rangka
penerbitan IUI oleh pemerintah dan provinsi.
4. Penerbitan izin usaha kawasan industri yang
lokasinya di kabupaten kota.
Sumber: HKI 2003
313
2.8.3. PP No. 24 Tahun 2009
Menurut PP tersebut tujuan pembangunan Kawasan Industri: a.
Mengendalikan pemanfaatan ruang; b.
Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan; c.
Mempercepat pertumbuhan industri di daerah; d.
Meningkatkan daya saing industri; e.
Meningkatkan daya saing investasi; f.
Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait.
2.8.4. Permasalahan Pada Regulasi
Berkaitan dengan implementasi PP No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri maíz terdapat permasalahan yang berdampak negatif sehingga diperlukan solusi untuk
menegakkan regulasi tersebut Tabel 6. Sekali lagi diperlukan koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupatenkota.
Tabel 6 Permasalahan Penerapan PP No. 24 Tahun 2009
Keterangan Permasalahan
Dampak Solusi
Kewajiban industri Berlokasi di dalam
Kawasan Industri
Penetapan Kawasan Industri sebagai
Obyek Vital
Pelayanan Terpadu Masih banyak Pemda
yang tidak melaksanakan
Ketentuan tersebut
Masih belum maksimal tentang penanganan
gangguan Kamtibmas
Walaupun sudah ada PTSPBPPT unsur
perijinan masih belum sederhana
Industri tumbuh sporadis, tata ruang
lingkungan akan rusak
Iklim investasi kurang kondusif, turunnya
nilai produksi
Alur birokrasi rumit,belum
transparant mengenai waktu biaya
Perlu ketegasan dan sanksi untuk industri
dan pemberi izin
Perlu penegasan tentang Obyek Vital
yang didukung penuh oleh aparatur
keamanan
Sudah saatnya Membuat
PelayananTunggal One Stop Services di
KI
Tabel 7 Permasalahan Permenperin 352010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri Keterangan
Permasalahan Dampak
Solusi
Penetapan peruntukan lahan 70:30
untuk prasarana sarana
Muncul multi tafsir oleh Pemda bahwa
beberapa prasarana sarana
dianggap komersial Kontra produktif
terhadap regulasi dan merugikan pengelola
Kawasan Industri Perlu ketegasan
tentang uraianjenis prasarana dan sarana
Tabel 8 Permasalahan SK Meneg AgrariaKa. BPN No.21999 tentang Izin Lokasi Keterangan
Permasalahan Dampak
Solusi
Adanya pembatasan luas KI maksimum
400 hektar per Provinsi
Tidak sesuai dengan PP 242009 hanya
menyatakan luasan min KI 50 hektar tidak ada
batasan luas maksimum
Hambatan untuk membangun KI
kedepan yang memerlukan
luasan 500 – 1000 Ha SK tersebut perlu
disesuaikan dengan PP 242009
314
Peraturan lain yang dianggap menimbulkan permasalahan adalah Permenperin 352010 tentang Pedoman Teknis Kawasan dan SK Meneg AgrariaKa. BPN No.21999 tentang Izin
Lokasi lihat Tabel 7 dan Tabel 8. Kedua regulasi tersebut ke depan berdampak kontraproduktif terhadap pengembangan Kawasan Industri KI.
2.8.5. Perbandingan Insentif
Tabel 9 dan Tabel 10 menunjukkan bahwa masing-masing negara Thailand, Philipina, China, dan Malaysia berlomba-lomba memberikan insenti di kawasan induatrinya. Tujuan
pemberian insentif tersebut agar investor, khususnya investro asing, tertarik untuk mendirikan atau melakukan investasi di kawasan industri tersebut.
Tabel 9 Perbandingan Insentif Bagi Industri di Kawasan
Tabel 10 Infrastruktur di Kawasan yang Disediakan Pemerintah
Negara Jenis Insentif
K.I di Zona 1 : Pembebasan Pajak Pendapatan selama 3 Thn
K.I di Zona 2 : Pembebasan Pajak Pendapatan selama 7 Thn
K.I di Zona 3 : Pembebasan Pajak Pendapatan selama 8 Thn + 50 Reduksi Untuk 5 Tahun berikutnya
Fiscal Insentives antara lain Income Tax Holiday, Pembebasan Wharfage Dues and Export Tax, Duty, Impost and Fees. Pembebasan dari Taxes and
Duties on imported Spare part.
Non Fiscal Insentives meliputi: Exemption on payment of corporate Income Tax, Exemtion on the payment of value added Tax.
Pemilik perusahaan Asing mendapat pengurangan Income Tax 15.Perusahaan yang beroperasi untuk lebih dari 10 tahun akan mendapat pengurangan Total Income
Tax selama 2 tahun pertama perusahaan mendapat keuntungan, dan pengurangan 50 setelah 3 – 5 tahun mendapat keuntungan.Untuk perusahaan High Tech
mendapat pembebasan 100 pada 2 tahun pertama mendapat keuntungan dan sampai dengan 8 tahun mendapat pembebasan 50.
Thailand
Philipina China
Sumber: JETRO dan HKI
Negara Jenis Insentif
Water, Power, Liquefied Gas, Telecomunication, Sambungan ke Jalur Cepat Jalan, Letak Kawasan sangat strategis Shenzen : 30 Km ke Yan Port, 25 Km ke
She Kou Port, 30 Km ke Kwai Chung.Container Wharf Hongkong, 30 Km ke Shenzen Air Port.
Power, Telepone, Internet, Water Supply, jalan. Semua kelayakan infrastruktur telah disiapkan.
Power, water, telepone line, jalan, fasilitas standar industri. China
Malaysia Philipina
Vietnam
Sumber: JETRO dan HKI
Motivasi dibuatnya kawasan industri KI dan KEK tidak lain adalah sebagai instrumen kebijakan perdagangan internasional untuk mendorong ekspor non migas dan non tradisional. Harapan
yang ingin dicapai dari keberadaan KEK dan sejenisnya adalah untuk menciptakan lapangan kerja, memperbaiki pendapatan masyarakat, menarik devisa melalui ekspor non tradisional,
menarik investasi asing FDI, serta mendorong terjadinya transfer teknologi. Memang pada akhirnya tidak semua tujuan dapat tercapai, terutama untuk berperan mengurangi pengangguran
suatu negara. Kegagalan KEK dan sejenisnya juga dapat terjadi karena salah pilih lokasi, iklim investasi yang kurang menunjang, inefisiensi pengelolaan kawasan, birokrasi yang berlebihan
serta rendahnya produktivitas dan ketrampilan pekerja setempat. Dari pengalaman berbagai negara, KEK yang berhasil adalah KEK yang bisa mengoptimalkan keuntungan komparatif dan
keuntungan kompetitif secara bersama-sama. Keberhasilan KEK tidak hanya dilihat dari
315
meningkatnya ekspor dan jumlah lapangan kerja, tetapi juga pada makin banyaknya peralihan dari industri padat karya menjadi industri padat modal.
Tabel 10 menunjukkan berbagai fasilitas atau insentif yang diberikan oleh pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku. Sekali lagi tujuan pemberian insentif tersebut enarik investor
domestk dan asing untuk melakukan investasi di kawasan industri. Insentif yang diberikan seharusnya kompetitif atau mampu bersaing dengan insentif oleh negara lain, khususnya beberapa
negara tetangga. Jika insentif yang didukung oleh regulasi tersebut benar-benar mampu bersaing maka bukan impian jika investor asing akan memilih kawasan industri di Indonesia sebaga lokasi
investasinya.
2.9. Strategi Pertumbuhan Kawasan Ekonomi Khusus Melalui Kawasan Industri Eksisting
Melalui Kawasan Industri Industrial Estate yang ada sebagai salah satu jenis dari Kawasan Ekonomi Khusus dapat dioptimalkan sebagai pendorong pertumbuhan KEK, dengan
pertimbangan, antara lain: 1.
Keberadaan lokasi Kawasan Industri, sesuai dengan kriteria lokasi yang ditetapkan sebagai KEK : sesuai RTRW tidak berpotensi mengganggu Kawasan Lindung.
2. Kawasan Industri, telah memiliki dukungan infrastruktur dan fasilitas yang berkelas standar
internasional. Dengan demikian Pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang besar untuk penyediaan lahan dan pembangunan infrastruktur.
3. Kawasan Industri, memiliki master plan sehingga memiliki batas-batas yang jelas.
4. Kawasan Industri, pada umumnya terletak pada posisi yang strategis, mudah diakses dari
jalan tol dan pelabuhan sehingga dapat menunjang kelancaran arus perdagangan internasional.
yang menurut Standar Teknis KI
Tabel 10 Perbandingan Jenis-Jenis Insentif Kegiatan Industri
Kawasan Industri PP 242009
Kawasan Berikat UU 172006 PP 32
2009 Kawasan Ekonomi Khusus
UU 392009 Kawasan
Khusus
1. Tidak diwajibkan AMDAL, RKL
RPL; 2. Tidak diwajibkan
Izin Lokasi; 3. Tidak diwajibkan
Izin Gangguan HO; 1
4. Tidak diwajibkan pengesahan Site
Plan Kavling Industri;
5. Pengecualian PBB bagi Kavling
Bangunan yang tidak komersial. 2
1. Penangguhan Bea Masuk;
2. Pembebasan Cukai;
3. Tidak dipungut PPN, PPnBM dan
PPH Pasal 23; 1. Penangguhan Bea Masuk;
2. Pembebasan Cukai; 3. Tidak dipungut PPN, PPnBM;
4. Tidak dipungut PPh Impor; 5. Fasilitas PPh;
6. Fasilitas PBB; 7. Kemudahan untuk memperoleh
Hak Atas Tanah; Kemudahan lain, seperti :
a. Izin Usaha; b. Kegiatan Usaha;
c. Perindustrian; d. Perdagangan;
e. Kepelabuhan; f. Keimigrasian;
g. Keamanan. Ketenagakerjaan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
1. ....... ? 2. ....... ?
3. ....... ?
Sumber: JETRO dan HKI Catatan:
1 SK Permendagri nomor 27 tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah. 2 SK Dirjen Pajak nomor 57 tahun 1994 tentang Penegasan Pembebasan PBB atas Fasilitas Umum dan Sarana Sosial
untuk Kawasan Industri dan Real Estate.
316
2.10.Strategi Pertumbuhan Kawasan Ekonomi Khusus Melalui Pola Kemitraan Swasta dan Pemantapan Insentif
Melalui Kemitraan Swasta dengan BUMNBUMD Industrial Estate yang ada dan Pemantapan
Insentif sebagai permodelan pengusahaan yang tepat untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dengan pertimbangan, antara lain:
1. Keberadaan peran swasta yang berpengalaman dan berkomitmen serta keterlibatan pada
penciptaan nilai tambah di semua lini aktifitas bisnis pada setiap pusat produksi dapat menyatukan ide,harapan,persepsi,kepentingan dan tujuan bersama sehingga arah,strategi
dan peran kelembagaan di daerah lebih efektif.
2. Insentif Fiskal dan Non Fiskal pada aspek pajak,kepabeanan, ketenagakerjaan menjadi daya
tarik sekaligus pemicu utama jika diberikan secara baik dan tepat waktu sehingga kemudahan ,pelayanan yang cepat serta transparansi pada gilirannya akan meningkatkan daya saing
Industri serta Indonesia memiliki predikat Negara Produsen .
2.11.Sumber Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah
1. Terbatasnya dana pemerintah yang bersumber dari APBD, APBN dan pinjaman dari lembaga
peminjaman non-profit. Hingga tahun 2025 dana pemerintah hanya sanggup membiayai sebesar Rp. 50 trilyun
2. Sedangkan hingga tahun 2025, pembangunan infrastruktur membutuhkan biaya sekitar Rp.
200 Trilyun. 3.
Sehingga ada gap sebesar Rp. 150 Trilyun yang dapat ditangkap oleh BUMDSwasta melalui bentuk pembiayaan non-konvensional seperti PPP, Obligasi dsb
2.12.Pola Kemitraan Strategis
Pola kemitraan strategis dalam pengembangan KI dapat dilakukan sebagai berikut. 1.
PT JIEP dan BUMD membentuk perusahaan joint venture
2. Dalam perusahaan
joint venture tersebut perlu didampingi oleh konsultan keuangan 3.
Mencari partner strategis untuk mengembangkan perusahaan joint venture
4. Setelah mendapat partnet strategis kemudian membentuk
holding KEK 5.
Dari holding KEK kemudian didirikan anak perusahaan
2.13.Kesamaan Kawasan Industri Kawasan Ekonomi Khusus
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa ada kesamaan zona-zona dalam Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus. Zona-zona termaksud adalah: 1 zona pengolahan ekspor, 2 zona
pergudangan, 3 zona industri, 4 zona pariwisata, 5 zona teknologi, 6 zona komersial perumahan, dan 7 zona energiekonomi lainnya. Dengan demikian di samping ada perbedaan,
maka KI dan KEK mempunyai kesamaan khususnya diantara zona-zona di kedua kawasan tersebut.
Tabel 11 Kesamaan Zona-Zona di KI KEK
No Kawasan Industri
Kawasan Ekonomi Khusus
1. Zona Pengolahan Ekspor
Zona Pengolahan Ekspor I-A Kawasan Berikat Gudang Berikat I-B
2. Zona Pergudangan
Standard Factory Zona Logistik II-A
Building II-B 3.
Zona Kavling Industri III-B Zona Industri III-A
4. Zona Perumahan IV-B
Zona Pariwisata IV-A 5.
Zona Rekreasi Olah Raga, Dll V-B Zone Energi V-A
6. Zona Komersial VI-B
Zona Pengembangan Teknologi VI-A 7.
Zona Blk Iptek Pendidikan VII-B Zona Ekonomi Lainnya VII-A
Sumber: HKI 2013