311
2.6.7. Riau
Jenis industri kayu di Provinsi Riau tumbuh melebihi nasional, yaitu sebesar 1,12. Barang- barang dari kayu tidak termasuk furnitur, dan barang-barang anyaman juga merupakan
industri yang berorientasi ekspor. Pada triwulan II tahun 2011, secara nasional, jenis industri ini turun sebesar 3,93. Sedangkan Pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar
dan Sedang Triwulan II 2011 tumbuh sebesar 3,88 q-to-q terhadap Triwulan I 2011. Pertumbuhan ini dipengaruhi industri makanan dan minuman yang tumbuh 8,21 dan
industri kayu, barang-barang dari kayu tidak termasuk furnitur, dan barang-barang anyaman yang tumbuh 1,12 .
2.6.8. Sumatera Barat
Sumatera Barat mempunyai peluang untuk menarik investasi karena memiliki beberapa potensi sumberdaya alam yang belum optimal pemanfaatannya dan masih dapat
dikembangkan dalam bentuk usaha yang prospektif dan diminati oleh pasar baik dalam maupun luar negeri. Pembangunan ekonomi yang tangguh memerlukan perkembangan
ekonomi yang cepat, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi diperlukan peningkatan ekspor dan peningkatan investasi secara berkelanjutan.
2.6.9. Sumatera Selatan
Sumatera Selatan terdapat berbagai macam industri kecil kerajinan, antara lain: tenun songket, kasur lihab, rotan dan enceng gondok, ukiran kayu khas Palembang, lakerguci
dari kayu, serta makanan dan minuman seperti empek-empek, kerupuk, kemplang Palembang dan juice mengkudu. Sementara jumlah perusahaan yang telah diterbitkan
Surat Persetujuan Penanaman Modal pada periode 2000-2004 mencapai 33 perusahaan, terdiri dari 18 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dan 15 perusahaan
Penanaman Modal Asing PMA. Adapun peluang investasi yang ditawarkan dalam bidang perdagangan adalah pengembangan usaha dan pengadaan mesin-mesin pengering rotan,
pengering kayu, pembelah rotan, dan bak perendam rotan.
2.6.10. Sumatera Utara
Lima industri potensial yang dikembangkan di Sumatera Utara Sumut adalah kelapa sawit, karet, industri logam, olahan kopi dan teh, hasil laut dan industri permesinan.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 14,54 persen jika dibandingkan periode yang
sama tahun 2011 y-on-y dan demikian juga dengan angka Nasional naik yang sebesar 4,88 persen pada periode yang sama.
2.7. Prinsip-Prinsip Pengembangan KEK
Dalam pengembangan KEK harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. 1.
Azas Konsistensi Kebijakan; 2.
Azas Biaya Minimum Least Cost;
3. Azas Keadilan;
4. Azas Tertib Tata Ruang
5. Dukungan Pemerintah Daerah
Sedangkan kelengkapan data evaluasi yang diperlukan adalah. 1.
Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi 2.
Rencana Umum Tata Ruang RUTR KabupatenKota 3.
Gambar Rencana Tapak Tanah Induk Master Plan KEK 4.
Gambar Ukur sertifikasi atau gambar situasi : Batas koordinat Bentangan peruntukan lahan KEK
5. Photo topografi lahan peruntukan KEK Citra Satelit 1 : 25.000
6. ProvinsiKabupatenKota dalam Angka Statistik
7. Data Potensi Investasi produk unggulan ProvinsiKabupaten kota
8. Feasibility Study atau business plan mengenai rencana pengembangan kawasan industri
9. Rencana Bagian Wilayah Kota- Pembangunan Jalan baru
role sharing ProvinsiKabupten Kota
10. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL Kawasan industri
312
2.8. Sinkronisasi Regulasi Antar Pusat dan Daerah Terkait Kawasan Industri 2.8.1. PP No. 38 Tahun 2007
Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 Pasal 9 ayat 1: “MenteriKepala lembaga pemerintah non departemen menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria NSPK untuk
pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan”. Terdapat Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian sebanyak 17 tujuh belas Sub-Bidang, yaitu :
1.
Perizinan ———— Kawasan Industri 2.
Usaha Industri 3.
Fasilitas Usaha Industri 4.
Perlindungan Usaha Industri 5.
Perencanaan dan Program 6.
Pemasaran 7.
Teknologi 8.
Standarisasi 9.
Sumber Daya Manusia 10. Permodalan
11. Lingkungan Hidup 12. Kerjasama Industri
13. Kelembagaan 14. Sarana dan Prasarana
15. Informasi Industri 16. Pengawasan Industri
17. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
2.8.2. PP No. 38 Tahun 2007
Dalam menerapkan PP No. 38 Tahun 2007 terutama dala hal perijinan diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupatenkota Tabel 5.
Diharapkan tidak terjadi tumpang tindih, terutama regulasi di tingkat provinsi dan kabupaten kota dengan regulasi di tingkat provinsi.
Tabel 5 Kewenangan Perijinan
Sub Bidang
Sub-Sub Bidang
Pemerintah Pemerintahan
Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah
KabupatenKota
Perizinan 1. Penetapan kebijakan Izin
Usaha Industri IUI dan kawasan industri.
2. Penerbitan IUI bagi industri yang mengolah dan
menghasilkan bahan Beracun Berbahaya B3,
industri minuman beralkohol, industri
teknologi tinggi yang strategis, industri kertas
berharga, industri senjata dan amunisi.
3. Penerbitan izin usaha industri yang lokasinya lintas
provinsi.
4. Penerbitan izin kawasan industri yang lokasinya lintas
provinsi.berdasarkan Perpres Nomor 27 Tahun
2009 jo Permenperin Nomor 147M-INDPER102009
telah didelegasikan kepada BKPM
1. melaksanakan kebijakan-Perda
2. Penerbitan IUI skala inventaris di atas Rp. 10
milyar tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
3. Penerbitan rekomendasi IUI yang
diterbitkan oleh pemerintah.
4. Penerbitan izin kawasan industri yang
lokasinya lintas kabupaten kota.
1. melaksanakan kebijakan- Perda
2. Penerbitan tanda daftar industri dan IUI skala
inventaris sd Rp. 10 milyar tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
3. Penerbitan berita acara pemeriksaan dalam rangka
penerbitan IUI oleh pemerintah dan provinsi.
4. Penerbitan izin usaha kawasan industri yang
lokasinya di kabupaten kota.
Sumber: HKI 2003