204
1. Penerapan SNI 2. Reliabilitas yang diakui
konsumen. 3. Kemampuan memenuhi
harapan pasar di luar negeri 4. Menjadi sentra mebeul rotan
terbesar di Indonesia. 5. Keragaman produk yang
ditawarkan
Meningkatkan volume penjualan dengan memperhatikan standar
mutu, dan reliabilitas dari konsumen.
S 1, 2 ; O1, 2,3,5
Menggunakan sarana pemasaran untuk menunjukan keragaman
produk yang dimiliki. S 5 ; O 4 5
Menjaga mutu produk, reliabilitas produk dan terus
meningkatkan pemahaman terhadap keinginan konsumen.
S1,2,3 ; T 1,34
Mengatasi masalah pencemaran lingkungan.
S4; T 5 KELEMAHAN
WEAKNESS Strategi WO Divestmen
Investment Pemanfaatan peluang dengan cara
mengatasi kelemahan yang ada.
Strategi WT Damage Control mengendalikan kerugian
Meminimalkan kelemahhan serta menghindari ancaman
1. Tidak menerapkan modularitas. 2. Sebagian besar tidak mampu
mengaplikasikan penggunakan komputer.
3. Teknologi pembuatan rotan yang tertinggal.
4. Ketidakmampuan mengelola modal.
5. Pendidikan yang dimiliki SDM masih rendah dan tidak sesuai.
Mempelajari arsitektur produk untuk menciptakan
modularitas. W1 ; O 2, 3,5, 6
Memperbaharui teknologi yang tepat guna untuk
meningkatkan kualitas produk. W 1, 2 ; O 25
Meningkatkan pengelolaan modal untuk meningkatkan
skala usaha. W2 ; O 1,2,3 5
Meningkatkan kualitas SDM yang mampu menggunakan
teknologi tertinggi. W 2,3,5; O 2 6
Mempelajari modularitas agar mampu mengoptimalkan bahan
baku, dan menciptakan keragaman produk.
W1;T 1 2
Meningkatkan pengelolaan modal untuk meningkatkan investasi
pada teknologi. W4;T 4
Peningkatkan kualitas SDM yang mampu memanfaatkan teknologi
terkini. W5 T4
Tabel 3. Matrik Eksternal O-T Dan Internal S-W
Matriks SWOT data kualitatif dari industri rotan tersebut kemudian dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan Analisis SWOT seperti ditunjukan Tabel 3. Pemberian skor
dan bobot didasarkan kepada tinggi rendahnya kontribusi faktor-faktor terhadap keberadaan industri rotan.
4 0.2
0.8 4
0.1 0.4
4 0.1
0.4 4
0.01 0.04
4 0.1
0.4 4
0.01 0.04
2.08 Skor
Bobot Total
4 0.1
0.4 3
0.08 0.24
2 0.05
0.1 4
0.2 0.8
4 0.05
0.2
1.74 1
0.34 Skor
Bobot Total
3 0.1
0.3 4
0.1 0.4
4 0.2
0.8 3
0.05 0.15
4 0.05
0.2
1.85 Skor
Bobot Total
4 0.15
0.6 3
0.05 0.15
Peluang Skor
Bobot Total
1. Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar di dunia. 2. Peraturan pemerintah pusat yang mendukung perekembangan
industri rotan. 3. Kebijakan pemerintah terkait KIID.
4. Bantuan pemerintah dalam promosi di luar negeri. 5. Pangsa pasar di benua Asia, Amerika, Eropa dan Australia.
6. Peningkatan keterampilan yang diberikan BLK
Total Peluang Ancaman
1. Produk Cina dengan harga yang jauh lebih murah. 2. Bahan baku yang terletak di daerah lain.
3. Belum dilindungi oleh Hak Kekayaan Inteletual. 4. Teknologi pesaing yang lebih baik.
5. Sentra produksi menyatu dengan perumahan masyarakat
Total Ancaman Sumbu Y adalah Selisih Total Peluang dan Ancaman
Kekuatan
1. Penerapan SNI 2. Reliabilitas yang diakui konsumen.
3. Kemampuan memenuhi harapan pasar di luar negeri 4. Menjadi sentra mebeul rotan terbesar di Indonesia.
5. Keragaman produk yang ditawarkan
Total kekuatan Kelemahan
1. Tidak menerapkan modularitas. 2. Sebagian besar tidak mampu mengaplikasikan penggunakan
komputer.
Skor Bobot
Total
Skor Bobot
Total
Skor Bobot
Total
205
3 0.1
0.3 3
0.15 0.45
4 0.05
0.2
1.7 1
0.15
3. Teknologi pembuatan rotan yang tertinggal. 4. Ketidakmampuan mengelola modal.
5. Pendidikan yang dimiliki SDM masih rendah dan tidak sesuai.
Total Kekuatan Sumbu X adalah Selisih Total Kekuatan dan Kelemahan
Dari sisi peluang faktor yang diyakini memberikan pengaruh paling besar adalah keberadaan Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar, keberadaan bahan baku utama tersebut
merupakan peluang untuk terus mengembangkan dan meningkatkan daya saing rotan di Kabupaten Cirebon. Faktor ancaman yang terbesar bagi industri rotan di Kabupaten Cirebon
adalah teknologi pesaing yang lebih tinggi, dengan teknologi yang dimiliki tersebut akan mempengaruhi kemampuan untuk pengembangan serta peningkatan daya saing di masa
depan. Faktor yang paling menentukan kekuatan dari industri rotan adalah kemampuan untuk memenuhi harapan pasar luar negeri khususnya negara tujuan ekspor. Faktor yang
dianggap paling menentukan terkait kelemahan yang harus segera diatasi adalah ketidakmampuan untuk mengelola modularitas dalam kegiatan produksi, sehingga kurang
mampu meningkatkan efesiensi penggunaan bahan baku.
Gambar 5 Matrik Grand Pengembangan dan Daya Saing Rotan
Melalui penentuan sumbu Y dari sisi ekternal dan sumbu X dari sisi internal maka diperoleh hasil untuk menerapkan strategi
Comparative Advantage dalam pengembangan dan peningkatan daya saing industri rotan di Indonesia. Dengan kata lain industri rotan dapat
dikembangkan dan ditingkatkan menjadi lebih baik dengan kekuatan dan peluang yang dimiliki. Keberadaan Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar di dunia merupakan suatu
peluang terbesar untuk melakukan pengembangan dan peningkatan daya saing. Apalagi selama ini cukup terbukti bahwa produk yang ditawarkan oleh industri rotan cukup diminati
oleh konsumen rotan di dalam dan luar negeri. Adapun kelemahan yang harus segera dibenahi adalah kemampuan pemanfaatan teknologi terkini dan membuat modularitas yang
mampu memenuhi permintaan pasar sekaligus menjaga penggunaan bahan baku secara optimal. Selain itu pelaksanaan Balai Latihan Kerja BLK di wilayah Cirebon harus
berkesinambungan dan disesuaikan dengan kebutuhan dari masyarakat industri di Cirebon.
3 Pengembangan dan Daya Saing Industri Batik Cirebon.
3.1 Aspek Kebijakan dan Peraturan Terkait Industri Batik
Keberadaan industri Batik Indonesia pada dasarnya didukung oleh keberadaan kebijakan pemerintah baik di tingkat pusat, maupun daerah maupun pengakuan dari masyarakat
internasional, diantaranya: