Uji Goodness-Fit Model Kesimpulan

219

3.5. Uji Kausalitas Gambar 1.1. Diagram Jalur Hasil Output PLS

0.6508 0.7892 0.6735 0.4849 0.4019 0.4652 0.8467 0.8392 0.7962 0.8173 0.8290 0.7971 Keungg Bersaing Akademisi Business Goverment Pertumbuhan Industri Kreatif Triple Helix 0.6835 0.415330 0.7044 0.5987 0.629523

3.4. PathAnalisis

Tabel 1.7. Uji Kausalitas Koefisien Path O T Statistics Keunggulan Bersaing X1 -Pertumbuhan 0.415330 1.183757 Industri Kreatif Y Triple Helix X2 -Pertumbuhan Industri Kreatif Y 0.629523 2.135126 Berdasarkan tabel 1.7. diatas menunjukkan bahwa: 1. Keunggulan bersaing X1 belum mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri kreatif Y dengan koefisien path sebesar 0.415330lebih kecil dari 0.50 dengan nilai T-Statistic = 1.183757 lebih kecil dari nilai Z á = 0,10 10 = 1,645 2. Triple Helix X2 mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri kreatif Ydengan koefisien path sebesar 0.629523 lebih besar dari 0.50, dengan nilai T-Statistic = 2.135126lebih besar dari nilai Z α = 0,10 10 = 1,645 Pembahasan Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Pertumbuhan Industri Kreatif Perkembangan perekonomian dunia banyak diwarnai oleh industri kreatif, kondisi tersebut membuat Pemerintah Provinsi Jawa Timur membentuk tim pengembangan ekonomi kreatif dengan mengoptimalkan potensi ekonomi lokal. “Potensi industri kreatif di Jawa Timur masih sangat besar, meski dalam beberapa sisi banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan adanya tim pengembangan ekonomi kreatif Pemprov tersebut, akan dipetakan daerah mana yang dinilai cocok untuk mengembangkan masing-masing sektor yang ada, industri kreatif akan lebih didorong menuju arah pemerataan, terutama dengan memacu sektor yang dirasa belum optimal. Selama ini industri kreatif lebih banyak didominasi oleh busana atau fashion, serta kerajinan tangan yang masuk dalam pasar barang seni. Adapun sub sektor lain seperti permainan interaktif, video, film, atau fotografi belum dioptimalkan secara maksimal, baik dari pelaku usaha maupun pemerintah. Industri kreatif subsektor industri fashion dan kerajinan, tercatat memberi kontribusi besar dalam Sumber : data diolah 220 Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB di Indonesia. Data dari Kementerian Perdagangan mencatat, industri fashion dan kerajinan menyumbang masing-masing 43 dan 25 dari total industri kreatif. Untuk di Jawa Timur Kontribusinya masih sangat kecil berkisar 5.Sejauh ini industri kreatif di Surabaya berkembang pesat, namun kontribusinya masih kecil untuk PDRB, berkisar 7 dari total PDRB Surabaya sebesar 176 triliun Ketua Kadin Surabaya, Jamhadi. Sejalan dengan uraian diatas, berdasarkan hasil uji kausalitas menunjukkan bahwa keunggulan bersaing belum mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri kreatif di Surabaya. Kondisi demikian menunjukkan bahwa industri kreatif di Surabaya belum mempunyai sesuatu yang lebih unggul baik dalam hal aspek: a.Valuable; b.Imitability; dan c.Durabilitas. Terkait aspek Valuable, industri kreatif di Surabaya belum mempunyai nilai hasil karya yang langka. Kelangkaan dalam industri kreatif di Surabaya merupakan unsur dasar keunggulan bersaing, namun hasil dari industri bersaing sering merupakan hasil yang banyak diproduksi oleh industri lain. Kelangkaan tersebut juga analog dengan indikator yang dipersyaratkan dalam industri kreatif yaitu kreatifitas. Karya industri kreatif di Surabaya yang langka dapat terwujud jika sumber daya manusia yang mengelola industri tersebut mempunyai kekayaan kreatifitas yang tinggi. Hal tersebut tercermin dalam faktor loading indikator keunggulan bersaing Valuable yang rendah yaitu sebesar sebesar 0.48493. Dalam hal Imitability, industri kreatif di Surabaya belum mempunyai nilai hasil karya yang sulit ditiru, namun sering hasil industri kreatif merupakan karya jiplakan tiruan karya sebelumnya walaupun sebenarnya bukan tiruan murni akan tetapi pengembangan dan perubahan dari sebelumnya. Hal tersebut tercermin dalam faktor loading indikator keunggulan bersaing Imitability yang rendah yaitu sebesar sebesar 0.40190. Adapun Durabilitas yang dimiliki industri kreatif di Surabaya belum mempunyai daya tahan perusahaan terhadap persaingan. Hal tersebut tercermin dalam faktor loading indikator keunggulan bersaing Durability yang rendah yaitu sebesar sebesar 0.46524. Daya tahan yang rendah yang dimiliki industri kreatif sebenarnya dapat dimaklumi dikarenakan industri kreatif di Indonesia memang masih dan sedang digalakkan oleh pemerintah. Sebagai langkah nyata dan komitmen pemerintah untuk mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia 2025, maka pemerintah telah melakukan kajian awal untuk memetakan kontribusi ekonomi dari industri kreatif yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif, yang ditindaklanjuti dengan pembuatan‚Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015. Penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Suendro 2011 yang menyatakan bahwa keunggulan bersaing dan inovasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel dependen kinerja industri batik di kota Pekalongan. Hal senada juga yang disampaikan Potter 1997 tentang pengaruh keunggulan bersaing terhadap kesuksesan produk, dinyatakan bahwa pengaruh keunggulan bersaing dapat mempengaruhi kinerja pertumbuhan industri, serta menumbuhkan prioritas membeli konsumen dan pembelian ulang konsumen.B e r d a s a r k a n hasil uraian tersebut maka dengan adanya keunggulan bersaing yang rendah maka belum dapat meningkatkan pertumbuhan industri kreatif di kota Surabaya. Dari uraian di atas nampak bahwa instrumen-instrumen dalam keunggulan bersaing yang dimiliki oleh industri kreatif di Surabaya belum maksimal, sehingga kondisi demikian belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri kreatif di Surabaya. Namun demikian menyadari Surabaya sebagai kota metropolis kedua setelah Jakarta sangat besar sekali potensi pertumbuhan industri kreatif ke arah masa depan. Memang dapat dimengerti Surabaya bukan merupakan “ Art Zone” Area Seni seperti Bandung, Yogyakarta, maupun Bali. Akan tetapi industri kreatif banyak ditunjang dengan kreatifitas, bakat maupun kemajuan IT, sehingga memungkinkan sekali Surabaya mempunyai kontribusi yang sangat besar sekali terhadap peningkatan PDRB Surabaya dan Jawa Timur yang dapat mendukung daya saing kota Surabaya. Pengaruh Triple Helix Terhadap Pertumbuhan Industri Kreatif Keterlibatan Kolaborasi ABG Akademisi, Business, dan Goverment di Surabaya cukup pesat. Hal tersebut sebagai contoh terlihat sebagaimana dikatakan oleh Wakil Rektor II Universitas Airlangga Prof Soetjipto, MS, Ph.D menegaskan bahwa sudah lama mengembangkan kerja sama “tiga pihak”