Fokus Masalah Tujuan Penelitian

pengalaman tokoh yang jenaka, sedangkan dongeng memiliki unsur pendidikan ketika dongeng tersebut mengenalkan dan mengajarkan kepada anak mengenai berbagai nilai luhur, pengalaman spiritual, petualangan intelektual, dan masalah- masalah sosial di masyarakat Handajani, 2008: 14. Hartoko dan Rahmanto 1998: 34 membagi dongeng menjadi dua jenis, yaitu: 1 Dongeng rakyat, yaitu dongeng yang disampaikan turun-temurun secara lisan. Pengarangnya tidak dikenal, khayalan, tidak ada catatan mengenai tempat dan waktu, serta biasanya diakhiri dengan “happy ending“. 2 Dongeng kebudayaan, yaitu dongeng yang ditulis oleh seorang pengarang yang berbudaya untuk kalangan berbudaya pula. Dongeng jenis ini bersumber pada daya imajinasi satu pengarang saja. Endraswara 2003: 151 menyebutkan bahwa dongeng sebagai sastra lisan mempunyai ciri-ciri sebagai: 1 Lahir dari masyarakat yang polos, belum melek huruf, dan bersifat tradisional, 2 Menggambarkan budaya milik kolektif tertentu, yang tak jelas siapa penciptanya, 3 Lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka dan pesan mendidik, 4 Sering melukiskan tradisi kolektif tertentu. Dongeng adalah salah satu bentuk prosa lama. Selain dongeng, bentuk prosa lama yang lain adalah 1 Penglipur lara, 2 Hikayat, 3 Sejarah, 4 Epos, dan 5 Kitab-kitab. Biasanya isinya mengenai hal-hal yang fantastis dan berpusat pada raja-raja. Dongeng adalah cerita khayal yang tidak masuk akal. Cerita dalam dongeng tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi. Dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia, baik yang berasal dari tradisi lisan maupun yang sejak semula diciptakan secara tertulis. Dari sudut pandang inilah, dapat dipandang sebagai cerita fantasi, cerita yang mengikuti daya fantasi walau terkesan aneh-aneh, walau secara logika sebenarnya tidak dapat diterima. Karena dongeng berisi cerita yang tidak benar- benar terjadi itu, kemudian berkembang makna dongeng secara metaforis: berita atau sesuatu yang lain yang dikatakan orang yang tidak memiliki kebenaran faktual dianggap sebagai dongeng belaka atau sebagai cerita fiktif. Dongeng sebagai salah satu cerita fantasi dan dilihat dari segi panjang cerita biasanya relatif pendek. Nurgiyantoro 2005: 20 menggolongkan dongeng menjadi klasik dan modern. Dongeng klasik merupakan dongeng yang telah muncul sejak zaman dahulu yang telah mewaris secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Dongeng modern adalah cerita dongeng yang sengaja ditulis untuk maksud bercerita dan agar tulisan itu dibaca oleh orang lain. Dengan kata lain, dongeng modern sengaja ditulis sebagai salah satu bentuk karya sastra, maka secara jelas ditunjukkan pengarang, penerbit, dan tahun. Dalam kesusastraan modern, istilah dongeng dapat didefinisikan sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal Nurgiyantoro, 2005: 198. Dapat disimpulkan bahwa dongeng hanyalah cerita fiksi yang tidak sesuai kenyataan seperti dalam dunia nyata. Dongeng menurut Von Willpert 1969: 463 adalah cerita rekaan yang berupa prosa narasi yang menghibur, cerita yang fantastis dan berupa kejadian-kejadian yang luar biasa, tidak terikat oleh waktu maupun tempat. “Märchen kürzere volkläufig unterhaltende Prozaerzählung von Phantastisch wunderbaren begebenheiten und Zuständen aus freier Erfindung ohne zeitlich- räumliche Festlegung.“