didapatkan dari kata, frasa atau kalimat dari suatu prosa. Wiyatmi 2009: 68 menyebutkan bahwa pencitraan adalah gambaran-gambaran angan dalam karya
sastra yang ditimbulkan melalui kata-kata seperti disebutkan di atas, bahwa tokoh harus memiliki dimensi fisiologis, sosiologis dan psikologis. Piliang 2002: 23
menyebutkan bahwa citraan mencakup penampilan fisik, ide, gagasan atau konsep mental.
Nurgiyantoro 1995: 304 berpendapat bahwa citraan merupakan suatu gambaran berbagai pengalaman indera yang diungkapkan lewat kata-kata,
gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan melalui kata-kata. Sebagai sebuah terminologis filosofis, istilah citraan mempunyai pengertian yang
sangat luas, yang mencakup aspek fisik tampilan appearance, ide, serta gagasan atau konsep mental mental image di balik tampilan tersebut Piliang, 2004: 368.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Altenbernd yang terpapar dalam buku Sugihastuti 2000: 43 mengenai citraan yaitu gambar-gambar angan atau
pikiran, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Citra perempuan kemudian dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Citra Diri Perempuan dalam Aspek Fisik
Menurut Sadli via Sugihastuti, 2000: 84-85, pada usia tertentu anak perempuan juga membuat berbagai keputusan karena karakteristik sekundernya
sebagai ciri fisik. Tergantung dari apa yang menjadi ketentuan mengenai wanita, maka ia harus memutuskan apa yang akan dilakukan karena ia mengalami siklus
haid atau karena buah dadanya mulai membesar. Tanda-tanda fisik yang mengantarkan anak perempuan menjadi wanita dewasa ini mempengaruhi pula
perilaku yang dianggap pantas baginya sebagai wanita dewasa. Sehubungan dengan karakteristik sekunder itu, wanita juga harus mengambil keputusan yang
tidak terlepas dari keinginannya sebagai wanita dewasa dan yang dianggap pantas baginya.
2. Citra Diri Perempuan dalam Aspek Psikis
Melalui pencitraan perempuan secara psikis, bisa dilihat bagaimana rasa emosi yang dimiliki Perempuan tersebut, rasa penerimaan terhadap hal-hal
disekitar, cinta kasih yang dimiliki dan yang diberikan terhadap sesama atau orang lain, serta bagaimana menjaga potensinya untuk dapat eksis dalam sebuah
komunitas.timbal balik antara citra fisik dan psikis perempuan dalam novel tidak dapat dipisahkan satu sama lain Sugihastuti, 2000: 95.
Dalam aspek psikis, citra perempuan tidak terlepas dari unsur feminitas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yung melalui Sugihastuti 2000: 91 bahwa
prinsip feminitas sebagai sesuatu yang merupakan kecenderungan yang ada dalam diri wanita. Prinsip-prinsip itu antara lain menyangkut ciri relatedness, receptivity,
cinta kasih, mengasuh berbagai potensi hidup, orientasi komunal, dan memelihara hubungan interpersonal.
3. Citra Diri Perempuan dalam Aspek Sosial
Citra sosial perempuan merupakan perwujudan dari citra Perempuan
dalam keluarga serta citranya dalam masyarakat. Seperti yang diungkapkan Sugihastuti 2000 citra sosial ini memiliki hubungan dengan norma-norma dan
sistem nilai yang berlaku dimasyarakat, tempat di mana perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia. Menurut Sugihastuti