Penurut Citra Tokoh Utama Perempuan Dongeng ”Schneeweißchen und

Hal yang menunjukkan bahwa Putih Salju dan Mawar Merah adalah seorang yang penyabar tidah hanya itu saja. Untuk yang kedua kalinya mereka bertemu dengan kurcaci tersebut di sungai saat mereka mencari seekor ikan. Disana mereka melihat lagi ujung janggut si kurcaci tersangkut tali pancing dan seekor ikan besar berusaha menariknya dari dalam air. Kemudian mereka tetap menolong kurcaci itu meskipun pada hari sebelumnya mereka telah dimaki-maki dan si kurcaci tidak mengucapkan rasa terima kasih pun pada mereka.. Berikut kutipan dibawah ini. Es blieb nichts übrig, als das Scherchen hervorzuholen und den Bart abzuschneiden, wobei ein kleiner Teil desselben verlorenging. Als der Zwerg das sah, schrie er sie an: Ist das Manier, ihr Lorche, einem das Gesicht zu schänden? Nicht genug, dass ihr mir den Bart unten abgestutzt habt, jetzt schneidet ihr mir den besten Teil davon ab: ich darf mich vor den Meinigen gar nicht sehen lassen. Dass ihr laufen müsstet und die Schuhsohlen verloren hättet Dann holte er einen Sack Perlen, der im Schilfe lag, und ohne ein Wort weiter zu sagen, schleppte er ihn fort und verschwand hinter einem Stein. Data 16, S 441 Brüder Grimm Tidak ada yang dapat dilakukan lagi kecuali mengeluarkan gunting dan memotong sebagian kecil janggut itu. Ketika kurcaci melihatnya, ia berteriak pada mereka:“Apakah menurut kalian sopan, hai, jamur payung, menodai wajah seseorang seperti itu? Tidakkah cukup kalian telah memotong ujung janggutku?Sekarang kau memotong bagian yang terbaik. Aku tak dapat membiarkan diriku terlihat seperti ini. Aku harap kau nanti berubah menjadi sol sepatu“. Ia lalu mengambil sekantung mutiara yang terletak di rerumputan dan tanpa berkata apa-apa ia menarik kantung itu dan menghilang di balik batu. Seperti yang terlihat pada kutipan di atas, si kurcaci kembali memaki-maki Putih Salju dan Mawar Merah dan menyalahkan hal yang sebelumnya pada saat hari yang sebelumnya mereka memotong ujung janggut si kurcaci, dan kembali harus memotong janggutnya lagi untuk menyelamatkan si kurcaci dari tali pancing. Si kurcaci yang pemarah dan tidak tahu rasa terima kasih itu meninggalkan mereka tanpa mengucapkan rasa terima kasih kembali. Putih Salju dan Mawar Merah tidak membalas makian si kurcaci. Dari situlah citraan psikis mereka adalah sebagai orang yang sangat penyabar. Kemudian pada pertemuan yang ketiga kalinya, Putih Salju menolong kurcaci saat akan dibawa oleh seekor burung elang ketika mereka akan melakukan perjalanan ke kota. Putih Salju dan Mawar Merah menarik dengan keras baju si kurcaci yang akan dibawa oleh burung elang sehingga baju si kurcaci robek. Si kurcaci pun kembali memaki-maki mereka. Als der Zwerg sich von dem ersten Schrecken erholt hatte, schrie er mit einer kreischenden Stimme: Konntet ihr nicht säuberlicher mit mir umgehen? Gerissen habt ihr an meinem dünnen Röckchen, dass es überall zerfetzt und durchlöchert ist, unbeholfenes und läppisches Gesindel, das ihr seid Dann nahm er einen Sack mit Edelsteinen und schlüpfte wieder unter den Felsen in seine Höhle. Die Mädchen waren an seinen Undank schon gewöhnt, setzten ihren Weg fort und verrichteten ihr Geschäft in der Stadt. Data 17, S 442 Brüder Grimm Begitu kurcaci itu reda dari perasaan takutnya, ia berteriak dengan suaranya yang menjerit itu:“Kalian kan bisa menyelamatkan aku dengan lebih hati-hati Kalian menarik jaket coklatku begitu kuat sehingga robek dan penuh lubang. Dasar kalian makhluk ceroboh dan bajingan“ Ia lalu mengambil kantung yang penuh dengan batu permata, ia menyelinap ke balik batu itu menuju ke lubangnya. Kedua gadis itu yang telah terbiasa dengan sikap kurcaci yang tidak tahu diri itu meneruskan perjalanan dan urusan mereka di kota. Dari kutipan diatas dikatakan bahwa Putih Salju dan Mawar Merah telah terbiasa dengan sikap kurcaci yang tidak tahu diri. Bagi setiap orang, menjadi penyabar tidaklah mudah karena harus menahan segala amarah. Namun hal tersebut berbeda dengan Putih Salju dan Mawar Merah yang dapat menahan amarah mereka pada si kurcaci. Putih Salju dan Mawar Merah telah mengalami tiga pertemuan dengan kurcaci dan dari semua pertemuan itu, si kurcaci tidak pernah mengucapkan sama sekali rasa terima kasih pada mereka. Namun Putih Salju dan Mawar Merah tetap menolong si kurcaci dengan ikhlas walaupun mereka telah banyak dimaki-maki dengan kata kasar oleh si kurcaci tersebut.

4. Aspek Sosial Schneeweißchen und Rosenrot Putih Salju dan Mawar Merah

Citra perempuan dalam aspek sosial yang penulis temukan pada dongeng “Schneeweißchen und Rosenrot“, terdapat dua aspek sosial yang dominan yakni di dalam keluarga dan di dalam masyarakat. Di dalam keluarga meliputi sebagai saudara dan sebagai anak. Sedangkan di dalam masyarakat yaitu sebagai sesama manusia yang dimana Putih Salju dan Mawar Merah menolong orang lain

a. Di Dalam Keluarga

1 Sebagai Saudara Putih Salju dan Mawar Merah adalah dua bersaudara yang tinggal bersama ibu mereka di sebuah pondok yang sepi. Sebagai saudara, mereka sangat akur dan menyayangi satu sama lain. Membantu ibu mereka dan saling membagi tugas. Kalimat yang menunjukkan bahwa mereka adalah saudara kakak beradik didalam keluarga adalah. Die beiden Kinder hatten einander so lieb, dass sie sich immer an den Händen fassten, so oft sie zusammen ausgingen; und wenn Schneeweißchen sagte:“Wir wollen uns nicht verlassen,“so antwortete Rosenrot,“Solange wir leben, nicht.“ Data 18, S 438 Brüder Grimm Kedua anak itu saling menyayangi satu sama lain dan mereka selalu berpegangan tangan jika mereka keluar bersama. Putih Salju berkata,“Kami tidak akan terpisahkan,“Mawar Merah menjawab,“Tidak akan pernah, selama kami masih hidup.“ Mereka berkata bahwa mereka tidak akan pernah terpisahkan. Dari itulah kalimat yang menyatakan bahwa mereka saudara kandung yang saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. 2 Sebagai Anak Putih Salju dan Mawar Merah merupakan anak dari seorang janda miskin. Berikut kalimat dibawah ini bahwa mereka adalah seorang anak dari janda miskin tersebut. Abends, wenn die Flocken fielen, sagte die Mutter:“Geh, Schneeweißchen, und schieb den Riegel vor,“ und dann setzten sie sich an den Herd, und die Mutter nahm die Brille und las aus einem grossen Buche vor und die beiden Mädchen hörten zu, sassen und spannen. Data 19, S 439 Brüder Grimm Pada malam hari, ketika kepingan salju mulai turun, sang ibu berkata:“Pergilah, Putih Salju, dan kunci pintunya“. Dan kemudian mereka duduk di sekitar perapian dan sang ibu mengambil kacamatanya, dan membacakan dari sebuah buku besar. Mereka mendengarkan sambil duduk dan memintal benang. Sang ibu menyuruh Putih Salju dan mengunci pintu. Setelah itu mereka duduk bersama-sama di dekat perapian karena pada malam itu turun salju. Mereka hanya tinggal bertiga dan kebersamaan mereka sangat erat sekali sebagai anak. Sang ibu membacakan sebuah cerita dari buku besar dan mereka mendengarkan sambil memintal benang. Kemudian kutipan lainnya sebagai berikut. Eines Abends, als sie so vertraulich beisammensassen, klopfte jemand an die Türe, als wollte er eingelassen sein. Die Mutter sprach: Geschwind, Rosenrot, mach auf, es wird ein Wanderer sein, der Obdach sucht. Rosenrot ging und schob den Riegel weg und dachte, es wäre ein armer Mann, aber der war es nicht, es war ein Bär, der seinen dicken schwarzen Kopf zur Türe hereinstreckte. Data 20, S 439 Brüder Grimm Pada suatu malam, ketika mereka sedang duduk dengan nyaman bersama- sama, seseorang mengetuk pintu seakan-akan ingin masuk. Sang ibu berkata:“Cepat buka pintunya, Mawar Merah, pasti itu seorang