Penakut Citra Tokoh Utama Perempuan Dongeng “Die Gänsemagd“ Gadis Angsa

1 Sebagai Anak Sang putri adalah seorang anak perempuan dari Sang ratu, sedangkan ayah Sang putri telah lama meninggal. Sang ratu sebagai ibu sangat menyayangi Sang putri hingga mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan Sang putri. Berikut kutipannya dibawah ini. Als nun die Zeit kam, wo sie vermählt werden sollte und nun das Kind in das fremde Reich abreisen musste, packte ihr die Alte gar viel köstliches Gerät und Geschmeide ein, Gold und Silber, Becher und Kleinode, kurz alles, was nur zu einem königlichen Brautschatz gehörte, denn sie hatte ihr Kind von Herzen lieb. Data 38, S 269 Brüder Grimm Ketika telah dewasa, ia mempunyai janji untuk menikahkan dengan seorang anak raja. Seiring waktu berjalan, dimana ia harus menikahkan putrinya dan sang putri harus melakukan perjalanan ke kerajaan yang sangat jauh, ia mempersiapkan banyak benda mahal dan perhiasan, emas dan perak, alat minum dan barang perhiasan berharga, singkatnya segala benda yang menjadikannya tampil anggun sebagai pengantin wanita bangsawan karena ia sangat menyayangi anaknya Dalam kutipan diatas, tampak Sang putri sebagai anak begitu dimanjakan dengan segala sesuatu yang mewah. Bukan hal yang tak mungkin sebagai anak raja satu-satunya ia begitu disayangi oleh ibunya sendiri. Sang ratu mempersiapkan benda-benda mahal untuk pernikahannya agar menjadikan anaknya tampil anggun sebagai keluarga dari kalangan bangsawan. Auch gab sie ihr eine Kammerjungfer bei, welche mitreiten und die Braut in die Hände des Bräutigams überliefern sollte. Und jede bekam ein Pferd zur Reise, aber das Pferd der Königstochter hiess Falada und konnte sprechen. Wie nun die Abschiedsstunde da war, begab sich die alte Mutter in ihre Schlafkammer, nahm ein Messerlein und schnitt damit in ihre Finger, dass sie bluteten; darauf hielt sie ein weisses Läppchen unter und liess drei Tropfen Blut hineinfallen, gab sie der Tochter und sprach: Liebes Kind, verwahre sie wohl, sie werden dir unterwegs not tun. Data 39, S 265 Brüder Grimm Sang ratu juga menyediakan seorang pelayan untuk menemani dan membantunya di perjalanan dan menyerahkan sang putri ke tangan pengantin pria. Dan masing-masing mendapatkan seekor kuda yang akan mereka tunggangi selama perjalanan, tetapi kuda yang ditunggangi sang putri bernama Falada dan dapat berbicara. Ketika mendekati saat-saat perpisahan, sang ratu masuk kedalam kamar dan mengambil sebilah pisau dan mengiriskannya pada jarinya sendiri, serta menempatkan tiga tetes darahnya pada sebuah serbet putih dan memberikannya pada sang putri. Ia pun berkata pada sang putri:“Anakku tersayang, simpanlah serbet ini, semoga tidak terjadi apa- apa selama perjalanan.“ Tidak hanya menyiapkan benda-benda mahal, Sang ratu juga menyediakan pelayan untuk menemani Sang putri selama perjalanan jauh. Namun pada saat itu Sang putri dan Sang ratu belum mengetahui sifat jahat dari si pelayan. Sang ratu juga mempersiapkan kuda spesial yang dapat berbicara, bernama Falada. Sang ratu bahkan rela mengiris jarinya sendiri dan menempatkan tiga tetes darahnya dalam sebuah serbet putih untuk dijadikan pelindung Sang putri selama perjalanan. Tiga tetes darah itu juga dapat berbicara. Sebagai seorang anak, Sang putri adalah orang yang beruntung karena mempunyai seorang ibu yang baik dan begitu memanjakannya dengan benda-benda mewah.

C. Nilai Moral Dongeng “Schneeweißchen und Rosenrot“

Nilai moral merupakan salah satu bagian yang tidak pernah terlepas dalam setiap karya sastra. Nilai moral memberikan nasihat kepada pembaca dari pengarang, agar para pembaca mampu menemukan hal-hal yang pantas dan baik ditiru. Nilai moral juga terdapat nilai yang buruk, namun hal tersebut menjadi pembanding dari nilai moral yang baik. Tetapi tetap yang harus patut dicontoh adalah nilai moral yang baik. Nurgiyantoro 2010: 323 menyebutkan jenis ajaran moral dapat mencakup masalah yang boleh dikatakan, bersifat tidak terbatas. Moral dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan: 1 hubungan manusia dengan diri sendiri, 2 hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, 3 hubungan manusia dengan alam dan 4 persoalan manusia dengan Tuhannya. Berdasarkan analisis yang peneliti temukan, nilai moral yang terdapat dalam dongeng Schneeweißchen und Rosenrot terbagi dalam tiga macam nilai moral baik yaitu hubungan antara manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan lingkungan. Hubungan antara manusia dengan diri sendiri meliputi bertanggung jawab dalam pekerjaan rumah, bekerja keras dan ketakutan. Hubungan manusia dengan sesama meliputi kasih sayang dan kerukunan, kepatuhan, kepedulian dan tolong menolong. Hubungan manusia dengan lingkungan meliputi menyayangi binatang. Adapun nilai moral buruk seperti hubungan manusia dengan sesama yang meliputi berkata kasar, melemparkan kesalahan pada orang lain, tidak tahu rasa terima kasih, dan balas dendam.

1. Moral Baik Dalam Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri a.

Bertanggungjawab dalam Pekerjaan Rumah dan Bekerja Keras Nilai moral yang terdapat dalam dongeng ini adalah nilai moral yang meliputi hubungan manusia dengan diri sendiri, yaitu bertanggung jawab dalam pekerjaan rumah dan bekerja keras. Putih Salju dan Mawar Merah selalu menjalankan tanggung jawab mereka yang telah dibagi oleh keduanya. Sebagai manusia, kita juga harus selalu menjalankan tanggung jawab yang telah diberikan dan melakukannya dengan ikhlas. Bertanggungjawab adalah berkewajiban