1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra Sanskerta: shastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta „Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari
kata dasar „Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan „Tra’ yang berarti “alat”
atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Menurut Esten 1978: 9, sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia.
Masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia kemanusiaan. Kemudian dalam teori sastra modern
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu prosa, lirik, dan drama. Dalam sastra modern, pengarang pada umumnya memiliki kecenderungan melanggar segala macam
konvensi mula yang ada sehingga batas antara sastra dan bukan sastra, puisi dan fiksi, sering kali dikaburkan. Begitu juga batas antara kategori dan jenis sastra
pada umumnya seringkali dirombak dalam upayanya mencapai kebaruan. Karya sastra yang termasuk dalam prosa adalah roman, novel, cerita pendek, fabel atau
cerita hewan, anekdot, dan lain-lain. Dongeng sendiri termasuk dalam cerita rakyat lisan.
Menurut Danandjaja 1984 cerita rakyat lisan terdiri atas mite, legenda, dan dongeng. Soedarsono 1986: 48 mengemukakan bahwa cerita rakyat atau
yang disebut dalam istilah bahasa inggris folktale, adalah sangat inklusif. Secara
singkat dikatakan bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari mulut ke mulut adalah cerita rakyat. Dongeng termasuk
dalam cerita rakyat. Dongeng adalah cerita yang benar-benar tidak terjadi. Menurut Ensiklopedi Indonesia, dongeng memiliki pengertian cerita singkat
tentang hal-hal aneh dan tidak masuk akal, berbagai keajaiban dan kesaktian yang
biasanya mengisahkan dewa, raja, pangeran, dan putri.
Dongeng merupakan cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Dongeng menceritakan tentang keajaiban-keajaiban yang berisi pesan moral dan tidak dapat
dicerna menggunakan logika, karena biasanya memiliki kalimat pembukaan dan penutup yang bersifat klise Danandjaja, 1994: 84. Dongeng dalam sastra Jerman
yang terkenal salah satunya adalah yang merupakan kumpulan dari Kinder- Und Hausmärchen: Brüder Grimm
yang terdiri dari 550 halaman. Kumpulan dongeng dari Brüder Grimm ini terkenal hingga seluruh benua Eropa, bahkan dunia.
Brüder Grimm atau Grimm Bersaudara, Jacob dan Wilhelm Grimm, adalah
akademisi Jerman yang terkenal karena mempublikasikan kumpulan cerita rakyat dan dongeng, dan untuk karya mereka di bidang bahasa linguistik. Mereka
sangat terkenal karena menceritakan ulang kisah-kisah dan dongeng dari daratan Eropa seperti Rotkäppchen atau gadis berkerudung merah, Rapunzel, Cinderella,
Hänsel und Gretel , dan banyak kisah-kisah lainnya.
Dongeng “Schneeweißchen
und Rosenrot“
dan “Die
Gänsemagd“ merupakan kumpulan dongeng dari Jerman yang dipublikasikan sekaligus dikumpulkan oleh Grimm bersaudara Brüder Grimm. Grimm
Bersaudara, Grimm 1785-1863 lahir pada 4 Januari 1785 dan Wilhelm Karl
Grimm 1786-1859 lahir pada 24 Februari 1786, kedua-duanya lahir di Hanau, salah satu kota di Jerman. Keduanya mengambil kuliah hukum di University of
Marburg. Pada tahun 1808, Jacob diberi gelar Court Librarian to the King of Westphalia
dan tahun 1816 bekerja di perpustakaan di Kassel salah satu kota di Jerman, dimana Wilhelm juga bekerja. Mereka tetap tinggal di sana hingga 1830,
sampai mereka mendapatkan posisi yang lebih baik di Universitas Göttingen. Grimm bersaudara bukanlah pengarang dari dongeng tersebut. Mereka hanya
mengumpulkan dongeng-dongeng tersebut yang kemudian dituturkan secara lisan hingga mendunia. Hingga saat ini tidak ada yang tahu siapa orang yang
menemukan, mengarang, dan menceritakan dongeng tersebut pertama kali. Grimm bersaudara hidup di zaman romantik. Di zaman tersebut tidak hanya
Grimm bersaudara tetapi banyak penyair mulai menulis sendiri kisah dongengnya. Di zaman romantik merupakan zaman keemasan bagi sebuah dongeng. Dongeng-
dongeng yang dikumpulkan oleh Grimm bersaudara pada 1800-an ini menggambarkan kehidupan keras dan kejam di Eropa pada saat itu. Beberapa
kisahnya lucu, penuh semangat, cinta, dan mengajarkan kebaikan. Namun, dongeng-dongeng yang lain begitu sinis, berisi pembalasan dendam, ketamakan
serta kejahatan. Luasnya jangkauan dongeng-dongeng ini membentuk bagian penting dalam memahami dunia. Jacob Grimm kemudian wafat pada tanggal 20
September 1863 di Berlin. Wilhelm Grimm wafat pada tanggal 16 Desember 1859 di Berlin.
Dongeng ”Schneeweißchen und Rosenrot” menceritakan kedua gadis yang
bernama putih salju dan mawar merah yang tinggal bersama ibunya disebuah
pondok. Putih salju dan mawar merah memiliki karakter yang berbeda. Putih salju yang lebih pendiam dan lebih sering dirumah untuk membantu ibunya, sedangkan
mawar merah yang lebih aktif dengan suasana luar. Kedua saudara tersebut sama- sama saling menyayangi. Apapun yang dimiliki oleh satu orang harus dibagi
dengan yang lainnya. Sehingga pada suatu hari pondok mereka kedatangan seekor beruang yang ternyata beruang itu adalah seorang pangeran tampan yang terkena
kutukan dari para kurcaci jahat. Putih salju, Mawar merah, dan beruang tersebut menjadi sahabat yang baik karena tiap malam sang beruang selalu datang ke
pondok mereka dan Sang beruang selalu menceritakan tentang kurcaci jahat yang berada di hutan. Kemudian mereka pun mengalami sebuah kejadian menarik
lainnya. Dongeng
”Die Gänsemagd” menceritakan seorang putri raja yang akan menikah dengan seorang pangeran dari kerajaan tetangga. Sang Ratu kemudian
mempersiapkan segala hal untuk kepergian putrinya ke kerajaan calon suaminya tersebut. Ratu mengirimkan pelayan untuk menemani Putri dalam perjalanan.
Serta ratu memberikan serbet putih yang berisi tiga tetes darah dari jarinya sebagai jimat untuk melindungi sang putri. Namun dalam perjalanan muncul
berbagai banyak masalah yang ditimbulkan pelayan, ia membangkang terhadap semua perintah Putri sehingga akhirnya Putri kehilangan jimatnya dan si pelayan
menguasai sang putri yang akhirnya membuat mereka bertukar posisi. Cerita dalam dongeng banyak mengandung unsur-unsur fantasi yang tidak
ada di dalam dunia nyata, namun bahasa di dalamnya mudah dipahami dan diminati oleh berbagai macam kalangan. Dongeng juga banyak mengandung
pesan-pesan moral bagi para pembacanya. Pada saat sekarang ini, masalah moral masih banyak sekali mengalami penurunan. Dalam tayangan-tayangan media
elektronik misalnya, banyak sekali nilai moral buruk yang kemudian justru ditiru oleh sebagian besar kalangan. Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Anak-anak
terutama yang masih belum cukup umur juga ikut terseret dalam tayangan elektronik tersebut. Kemudian untuk mengatasi masalah tersebut, diharapkan
dongeng sebagai media dalam karya sastra yang sudah menjadi tradisi lisan dari masyarakat turun-temurun, diharapkan akan lebih menanamkan nilai moralnya
dan juga sebagai media bagi pendidikan khususnya para peserta didik akan lebih mudah memahami nilai-nilai moral yang disampaikan melalui alur ceritanya.
Begitu juga keindahan pada karya sastra khususnya dongeng yang dapat menyenangkan bagi para pembacanya karena bahasa yang mudah dipahami dan
dapat memberikan hiburan bagi para pembaca. Tokoh dalam dongeng juga khususnya akan selalu diingat oleh pembaca, baik itu tokoh protagonis maupun
antagonis. Setiap tokoh dan dongeng itu sendiri juga memiliki citraan tersendiri dan citra dari tokoh-tokoh tersebut memiliki hubungan nilai-nilai moral yang
saling berkaitan satu sama lain. Alasan peneliti memilih 2 dongeng oleh Brüder Grimm dari kumpulan
dongeng Kinder- Und Hausmärchen adalah karena peneliti ingin mengkaji tentang citra tokoh utama perempuan dan nilai moral yang terdapat dalam kedua
dongeng tersebut. Yakni citra dari Schneeweißchen Putih Salju dan Rosenrot Mawar Merah sebagai tokoh utama perempuan pada dongeng
”Schneeweßchen und Rosenrot
” dan citra dari tokoh utama dongeng ”Die Gänsemagd” yaitu Si