Tidak Tahu Rasa Berterima Kasih

Braut nach der, die sie bei sich hätte und da unten im Hof stände und wer sie wäre? Data 58, S 266 Brüder Grimm Sekarang si pelayan menunggangi Falada dan pengantin wanita yang asli menunggangi kuda jelek. Dan mereka tetap bertukar sampai akhirnya tiba di istana kerajaan. Terdapat penyambutan yang meriah saat kedatangan mereka, sang pangeran menyambut dan menggendong si pelayan turun dari kuda, mengira bahwa ia adalah pengantin wanitanya. Mereka menaiki tangga namun pengantin wanita yang asli harus tetap menunggu di bawah. Sang raja tua melihatnya dari jendela dan melihat sang Putri asli di halaman istana, betapa polos, lembut, dan cantiknya dia sebagai pelayan. Ia pergi menuju kamar istana dan bertanya kepada calon pengantin, wanita siapa yang telah dibawanya yang berdiri di halaman dan siapakah dia? Dari kutipan diatas, yang terlihat sombong adalah si pelayan jahat karena berpura-pura menyamar sebagai Putri. Sikap ini tidak patut kita tiru. Sang putri yang telah diperdaya oleh si pelayan jahat, tetap menunjukkan muka polos dan lembut sehingga mengundang perhatian ayah Sang pangeran. Ia tetap bersikap rendah hati walaupun keadaan telah mengubahnya. Sikap ini patut kita tiru, karena rendah hati pada dasarnya bermakna kesadaran dan keterbatasan kemampuan diri, dan menjauhkan segala diri dari keangkuhan.

b. Ketakutan

Dalam dongeng “Die Gänsemagd“ ini juga terdapat rasa takut yang dialami oleh Sang putri. Sikap takut adalah sikap yang wajar dimiliki oleh setiap manusia. Mereka merasa nyawa mereka terancam atau mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan sehingga membuat hati mereka menjadi takut. Sang putri juga mengalami hal ini ketika ia telah berada dalam kekuasaan si pelayan jahat yang harus memaksanya untuk bertukar posisi. Si pelayan jahat ingin menjadi Putri dan memakai gaun bagus, sedangkan Sang putri asli harus menjadi pelayan dan memakai gaun yang usang. Als sie nun wieder auf ihr Pferd steigen wollte, das da hiess Falada, sagte die Kammerfrau: Auf Falada gehöre ich, und auf meinen Gaul gehörst du; und das musste sie sich gefallen lassen. Dann befahl ihr die Kammerfrau mit harten Worten, die königlichen Kleider auszuziehen und ihre schlechten anzulegen, und endlich musste sie sich unter freiem Himmel verschwören, dass sie am königlichen Hof keinem Menschen etwas davon sprechen wollte; und wenn sie diesen Eid nicht abgelegt hätte, wäre sie auf der Stelle umgebracht worden. Aber Falada sah das alles an und nahms wohl in acht. Data 59, S 266 Brüder Grimm Ketika sang putri akan menunggangi kudanya yang bernama Falada, si pelayan berkata:“Aku akan menaiki Falada dan kau akan menaiki kuda tuaku .“ Dan ia harus meninggalkannya. Si pelayan memerintahnya dengan kata-kata kasar dan menyuruhnya melepaskan gaun kebansawanannya dan memakai gaun pelayang yang sudah usang. Ia mengancam akan membunuh sang Putri jika ia memberitahu seseorang apa yang telah terjadi. Dan jika ia tidak menurutinya, si pelayan akan mencelakainya. Tetapi Falada melihat semua kejadian itu dan mengingat di pikirannya dengan baik. Si pelayan jahat berani memerintah Sang putri dengan sombongnya. Sang putri pun menjadi ketakutan karena ia diancam akan dibunuh oleh si pelayan jahat jika memberitahukannya kepada orang lain. Sang putri pun terpaksa harus mematuhi perintah si pelayan jahat. Kutipan dibawah ini juga mencerminkan rasa takut yang dimiliki Sang putri asli ketika ia dipanggil oleh Sang raja untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Ia tidak ingin identitasnya terungkap karena ia diancam akan dibunuh oleh si pelayan jahat. Oleh karena itu lebih baik ia menutup mulutnya untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada Raja. Darauf ging er unbemerkt zurück, und als abends die Gänsemagd heimkam, rief er sie beiseite und fragte, warum sie dem allem so täte. Das darf ich Euch nicht sagen und darf auch keinem Menschen mein Leid klagen, denn so hab ich mich unter freiem Himmel verschworen, weil ich sonst um mein Leben gekommen wäre. Data 60, S 269 Brüder Grimm Malam harinya saat gadis angsa itu pulang, ia memanggilnya dan bertanya, mengapa ia melakukan semua hal itu. “Aku tidak dapat