Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

C. Citra Perempuan

Citra menurut Alwi 2001: 289 ialah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi. Menurut Pradopo 2005: 80 citra adalah gambaran-gambaran dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Gambaran pikiran yang terdapat dalam citra merupakan efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata, saraf penglihatan, dan darah-darah otak yang berhubungan. Pencitraan atau citra perempuan adalah gambaran yang dimiliki setiap individu mengenai pribadi perempuan. Nurgiyantoro 2012: 304 menyebutkan bahwa penggunaan kata-kata dan ungkapan yang mampu membangkitkan tanggapan indera yang demikian dalam karya sastra disebut sebagai pencitraan. Abrams 1981: 78 dan Kenny 1966: 64 dalam dunia kesastraan dikenal dengan adanya istilah citra image dan pencitraan imagery yang keduanya menyaran pada adanya reproduksi mental. Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indera yang diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Pencitraan, dipihak lain, merupakan kumpulan citra, the collection of images, yang dipergunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indera yang dipergunakan dalam karya sastra, baik dengan deskripsi secara harfiah maupun secara kias. Citra juga bisa berfungsi sebagai deskripsi Wellek dan Warren, 1993: 237-238. Dalam hal ini, citra bisa berarti deskripsi dari kesan mental tokoh yang didapatkan dari kata, frasa atau kalimat dari suatu prosa. Wiyatmi 2009: 68 menyebutkan bahwa pencitraan adalah gambaran-gambaran angan dalam karya sastra yang ditimbulkan melalui kata-kata seperti disebutkan di atas, bahwa tokoh harus memiliki dimensi fisiologis, sosiologis dan psikologis. Piliang 2002: 23 menyebutkan bahwa citraan mencakup penampilan fisik, ide, gagasan atau konsep mental. Nurgiyantoro 1995: 304 berpendapat bahwa citraan merupakan suatu gambaran berbagai pengalaman indera yang diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan melalui kata-kata. Sebagai sebuah terminologis filosofis, istilah citraan mempunyai pengertian yang sangat luas, yang mencakup aspek fisik tampilan appearance, ide, serta gagasan atau konsep mental mental image di balik tampilan tersebut Piliang, 2004: 368. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Altenbernd yang terpapar dalam buku Sugihastuti 2000: 43 mengenai citraan yaitu gambar-gambar angan atau pikiran, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Citra perempuan kemudian dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Citra Diri Perempuan dalam Aspek Fisik

Menurut Sadli via Sugihastuti, 2000: 84-85, pada usia tertentu anak perempuan juga membuat berbagai keputusan karena karakteristik sekundernya sebagai ciri fisik. Tergantung dari apa yang menjadi ketentuan mengenai wanita, maka ia harus memutuskan apa yang akan dilakukan karena ia mengalami siklus haid atau karena buah dadanya mulai membesar. Tanda-tanda fisik yang mengantarkan anak perempuan menjadi wanita dewasa ini mempengaruhi pula