Komitmen Pemilik Perusahaan Abstrak Makalah Terbaik

informasi kualitatif dengan cara wawancara mendalam in-depth interview kebeberapa perusahaan terpilih. Data sekunder juga dikumpulkan dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, asosiasi industri dan Kadin. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 7 perusahaan sektor makanan dan minuman, 9 perusahaan TPT, dan 6 perusahaan sektor garmen yang sudah teridentifikasi kesiapan ekspornya. Kesiapan ekspor ini dapat dilihat dari dua indikator yaitu kesiapan produk dan kesiapan organisasional. Selanjutnya, tingkat kesiapan ditentukan dalam rentang ukuran mulai dari tingkatan rendah 0-49, menengah 50-79, dan tinggi 81-100. Secara ringkas, tingkat kesiapan ekspor perusahaan dari tiga sektor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. sumber daya perusahaan, serta 6 pengalaman dan pelatihan internasional Dilihat dari hasil pengukuran tingkat kesiapan ekspor perusahaan, mayoritas perusahaan berada pada tingkat kesiapan yang menengah, bahkan beberapa perusahaan memiliki tingkat kesiapan yang sangat rendah. Keberagaman hasil ini bisa dijelaskan lebih lanjut dengan menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ekspornya yang disebut dengan dimensi internasionalisasi. Berdasarkan landasan teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, enamdimensi yang bisa menjelaskan kesiapan ekspor perusahaan diantaranya: 1 kemampuan bersaing di pasar domestik, 2 motivasi menuju pasar internasional, 3 komitmen pemilik perusahaan, 4 standar produk untuk pasar luar negeri, 5 kemampuan, pengetahuan, dan. Gambar 3. Dimensi kesiapan ekspor di tiga sector Hasil penilaian berdasarkan dimensi kesiapan ekspor ini bisa dipetakan seperti pada gambar 3. Perusahaan yang berasal dari sektor makanan dan minuman memiliki skor yang cenderung tinggi untuk dimensi 1 kemampuan bersaing di pasar domestik, 5 kemampuan, pengetahuan, dan sumber daya perusahaan, dan 6 pengalaman dan pelatihan internasional. Sementara itu, perusahaan yang berasal dari sektor tekstil dan produk tekstil memiliki skor yang cenderung 78 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 tinggi untuk dimensi 1 dan 5. Sedangkan perusahaan yang berasal dari sektor pakaian jadi hanya memiliki skor yang tinggi untuk dimensi 5. Sektor makanan dan minuman memiliki peluang kesiapan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua sektor lainnya dilihat dari jumlah dimensi yang memiliki skor menengah-tinggi. Namun tingginya peluang tersebut belum mengindikasikan adanya motivasi yang tinggi menuju pasar internasional. Sementara itu, perusahaan dari sektor tekstil dan produk tekstil sudah memiliki kemampuan bersaing di pasar domestik. Setelah mampu bersaing di pasar domestik, perusahaan dari sektor tekstil dan produk tekstil lalu memperluas pasarnya ke luar negeri dengan menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang lebih baik daripada produk yang dijual di pasar dalam negeri. Hal ini tentu saja bersesuaian dengan hasil penilaian bahwa perusahaan tekstil dan produk tekstil memiliki kemampuan, pengetahuan, dan sumber daya perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli dari luar negeri yang menginginkan produk dengan kualitas yang lebih baik dari pada produk yang dijual di pasar dalam negeri. Selanjutnya, perusahaan sektor pakaian jadi memiliki skor tinggi hanya untuk dimensi kemampuan, pengetahuan, dan sumber daya perusahaan. Perusahaan sektor pakaian jadi tidak menjual produknya ke pasar dalam negeri karena hanya memenuhi pesanan dari luarnegeri. Hasil temuan penelitian ini mengindikasikan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan ekspor perusahaan berteknologi rendah. Faktor pertama, kemampuan bersaing di pasar domestik memberikan kemudahan untuk membuka pasar di luar negeri karena kualitas produknya sudah teruji di pasar. Faktor kedua, keterampilan, pengetahuan, dan sumber daya yang tinggi pada perusahaan memberikan keuntungan untuk memperkuat kapasitas perusahaan dalam melakukan transaksi internasional. Faktor ketiga, pengalaman perusahaan dan karyawan yang terlatih di tingkat internasional yang memudahkan perusahaan untuk membuka jaringan dan strategi pasar luar negeri. Untuk menghadapi AEC 2015, pemangku kepentingan dalam hal ini KADIN berharap adanya keterlibatan integratif dalam pembuatan kebijakan pemerintah Indonesia seperti yang sudah dilakukan negara-negara ASEAN lain, di antaranya Singapura, Malaysia, dan Thailand. Selain itu, Indonesia masih harus berbenah karena sektor swasta masih jauh berada di luar lingkaran pengambilan keputusan oleh negara. Industri dalam negeri juga perlu serius mempersiapkan diri menghadapi AEC akhir 2015 terutama setelah kita melihat hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dalam melakukan aktivitas ekspor sebagai sebuah indikator kemampuan bersaing di pasar global yang masih belum cukup dikatakan siap. Dari 22 perusahaan sektor unggulan yang tergolong memiliki daya saing cukup tinggi CSIS, 2013, hanya satu perusahaan sektor makanan dan minuman yang memiliki tingkat kesiapan ekspor yang tinggi, dimana faktor utama yang mendorong tingkat kesiapan ini adalah kemampuan bersaing di pasar domestik yang cukup tinggi dan perusahaan menguasai pangsa pasar yang cukup dominan dibanding pesaing produk sejenisnya. Perusahaan ini memiliki aktivitas inovasi yang juga cukup tinggi meskipun bersifat inkremental, tapi dilakukan secara berkelanjutan dan dilakukan sesuai dengan tren permintaan konsumen dan perkembangan global dari pasar ekspornya. Selain itu, perusahaan mendapatkan dukungan komitmen dari pemilik dan manajemen mengalokasikan secara khusus pengembangan produk baik dalam bentuk unit riset maupun keterlibatan dalam pelatihan atau pameran internasional. Perusahaan yang terkategori memiliki tingkat kesiapan rendah utamanya adalah perusahaan garmen dan sebagian perusahaan tekstil yang memiliki karakteristik ekspor 100 untuk memenuhi pesanan pembeli dari luar negeri dengan spesifikasi produk yang sudah ditentukan. Kemungkinan perusahaan untuk melakukan inovasi sangat kecil karena terbatas pada desain produk yang sudah dipersyaratkan sebelumnya. Sehingga tingkat kesiapan produknya tergolong pada level yang rendah. 79 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016