Tipe Individu dalam Jejearing Kerja

untuk memilih teknologi yang tepat untuk kepentingan masyarakat dan institusi. Teknologi ini berada di lingkungan manusia, termasuk sistem ekonomi, sosial, budaya dan politik serta interaksi antar mereka sehingga teknologi yang berbeda mempengaruhi sistem yang berbeda. Kapabilitas perusahaan diukur dari 9 dimensi kapabilitas teknologi. Masing-masing adalah: 1 Kemampuan mengenali peran teknologi dalam daya saing di lingkungan yang sangat kompetitif awareness; 2 Kemampuan memindai teknologi eksternal dan kecenderungan pertumbuhan dan daya saing search; 3 Membangun kompetensi inti atau kekuatan teknologi yang khas berbeda dari pesaingnya, keunggulan yang unik Core technological competence; 4 Mampu merumuskan strategi teknologi, menetapkan prioritas dan mengkomunikasikan dalam perusahaan technology strategy; 5 Menilai dan memilih teknologi yang tersedia Accesing Selecting Technology; 6 Mampu mengakuisisi teknologi, sehingga teknologi yang dipilih bermanfaat untuk meningkatkan daya saing technology acquisition ; 7 Mampu menerapkan dan mengembangkan teknologi yang mereka peroleh implementing and absorbing technology ; 8 Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi teknologi Learning; 9 Mengeksploitasi hubungan eksternal dan incentives di setiap kegiatan teknologi exploiting external lingkages incentives . Mengacu konsep kapabilitas teknologi seperti disebutkan diatas, baik dari Lall dan Khamseh maka kerangka analitik dari penelitian ini menmeliputi investasi, produksi, dan interaksi ekonomi. Hal mana sejalan dengan konsep Khamseh terkait kapabilitas teknologi di perusahaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Kerangka Analitik Kapabilitas Teknologi Kapabilitas Teknologi Konsep Lall Konsep Khamseh Investasi: • Investasi awal • Pelaksanaan proyek • AWARENESS Kemampuan mengenali peran teknologi instalasi PLTS dalam daya saing di lingkungan yang sangat kompetitif • SEARCH Kemampuan memindai teknologi instalasi PLTS eksternal dan kecenderungan pertumbuhan dan daya saing • ACCESING SELECTING TECHNOLOGY Menilai dan memilih teknologi peralatankomponen yang tersedia untuk kemudian mengintegrasikannya menjadi sistem PLTS. Produksi: • Pengembangan Proses produksi • Pengembangan produk • Peningkatan Sistem Produksi • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE Membangun kompetensi inti atau kekuatan teknologi sistem PLTS yang khas berbeda dari pesaingnya, keunggulan yang unik • LEARNING Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi teknologi, terutama untuk memperoleh teknologi baru dari sistem PLTS. • TECHNOLOGY STRATEGY Mampu merumuskan strategi teknologi, menetapkan prioritas pengembangan teknologi sistem PLTS dan mengkomunikasikan dalam perusahaan • TECHNOLOGY ACQUISITION Mampu mengakuisisi teknologi, sehingga teknologi yang dipilih bermanfaat untuk meningkatkan daya saing sistem PLTS • IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY Mampu menerapkan dan mengembangkan teknologi sistem PLTS yang mereka peroleh Ekonomi lingkage: • Hubungan dengan perusahaaninstitusi lain dan pemerintah • EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES INCENTIVES Mengeksploitasi hubungan eksternal, baik dengan pemasok maupun lembaga ilmiah dan incentives pada bisnis di setiap kegiatan teknologi 471 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 METODOLOGI Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau metode kualitatif exploratif dan unit analisisnya adalah industri PLTS. Nara sumber penelitian adalah manajemen dari perusahaan terpilih purposive sampling untuk memperoleh data primer terkait dengan investasi, produksi, dan interaksi ekonomi dengan kelembagaan lain maupun pemerintah. Hasil pengumpulan data indept interview di narasikan dan dikelompokkan sesuai dengan kerangka analitik agar dapat dianalis. Analisis data menggunakan teknik matriks dari industri terpilih sehingga dapat memberikan gambaran kapabilitas teknologi dari perusahaanindustri PLTS tersebut di Indonesia. Selanjutnya untuk mendukung analisis digunakan juga data sekunder dari hasil penelusuran data melalui kepustakaan seperti publikasi buku, jurnal nasional dan internasional, online journal, prosedings dan lainnya. HASIL dan PEMBAHASAN a. Pemanfaatan Energi Surya di Indonesia dan di Dunia Industri PLTS di Indonesia secara umum dibedakan menurut bidang usahanya Tabel 2, yaitu: 1 industri komponen dan perakitan, yaitu industri yang memproduksi komponen photovoltaic PV dan merakitnya menjadi modul PV dan industri komponen lainnya; 2 industri sistem PLTS, yaitu industri yang mengintegrasikan komponen menjadi sistem PLTS; 3 industri komponen, perakitan, dan sistem PLTS, yaitu industri yang memproduksi komponen PV, merakitnya dan mengintegrasikan menjadi sistem PLTS; dan 4 industri jasa, yaitu perusahaan dagang sistem PLTS. Sigit, dkk 2014 Tabel 2 Industri PLTS Menurut Bidang Usaha di Indonesia NO BIDANG USAHA INDUSTRI KEGIATAN PERUSAHAAN 1. Industri komponen dan perakitan memproduksi komponen dan perakitan photovoltaic PV Tergabung dalam APAMSI, Asosiasi pabrikan modul surya Nurrachman. 2013 yaitu : PT Len Industri Persero, PT Adyawinsa Electrical Power, PT Surya Utama Putra, PT Swadaya Prima Utama, PT Azet Surya Lestari, dan PT Wijaya Karya Intrade Energi. 2 Industri PLTS memproduksi sistem PLTS Diantaranya: PT. SEI, dan PT Len Industri, PT INTI 3 Industri Komponen, Perakitan, dan Sistem PLTS memproduksi komponen PV, merakitnya dan mengintegrasikan menjadi sistem PLTS Diantaranya: PT Len Industri dan PT SEI 4 Industri Jasa perusahaan dagang sistem PLTS Perusahaan dagang inportir diantaranya : PT. Sunergi Internusa Pratama, PT Royal PV. Dari tabel tersebut dapat ditunjukkan bahwa industri PLTS di Indonesia sudah tersedia, baik untuk produksi komponen maupun industri PLTS sehingga jika memerlukan pembangunan instalasi PLTS dapat terlayani. Industri PLTS ini berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan pasar energi listrik dari energi surya, oleh karena itu lambatnya perkembangan industri PLTS karena tuntutan atau peluang pasar PLTS saat ini masih relatif kecil. Pasar dominan dari industri PLTS adalah pemerintah yang menyediakan dana untuk pembangunan instalasi PLTS melaui kebijakan yang pelaksanaannya terkait dengan kebijakan PT Perusahaan Listrik Negara PLN. Pemanfaatan energi surya untuk energi listrik di Indonesia relatif kecil, tercatat pada tahun 2014 kapasitas terpasang energi listrik dari sistem PLTS baru mencapai 9,02 MW dari total kapasitas terpasang dari keseluruhan pembangkit listrik nasional di Indonesia sebesar 53.065,5 MW Kementerian ESDM. 2014. Adapun PLN sendiri mengelola instalasi PLTS dengan kapasitas total sebesar 8,96 MW, baik milik sendiri atau yang disewa. 472 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016