KESIMPULAN DAN DISKUSI Abstrak Makalah Terbaik
Gambar 5. Jumlah Mobilitas Mahasiswa Indonesia dan Malaysia
Gambaran Outflow SDM Iptek Indonesia
Mobilitas tenaga kerja Indonesia ke luar negeri atau disebut sebagai outflow
tenaga kerja dimulai secara resmi pada tahun 1905. Saat itu pasar terbanyak adalah sebagai
pekerja perkebunan dan ditempatkan di perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh
Belanda seperti Suriname, Kaledonia Subadi, 20101. Sampai saat ini pun, outflow tenaga
kerja Indonesia terjadi dan semakin banyak dengan 90 lebih tenaga kerja Indonesia
bekerja di sektor domestik. Negara tujuan kerja terlihat pada Gambar 4.1.2.1. Dalam
Gambar tersebut diketahui bahwa TKI telah menyebar hampir diseluruh Negara dunia.
Negara tujuan kerja yang paling banyak adalah di kawasan Asia Timur dan Tenggara
yaitu sekitar 69. Selanjutnya adalah Negara-negara timur tengah dengan
persentase sebesar 23.
1
Subadi. 2010. “ The Indonesian Workers in Malaysia
A Case Study: The Female Workers From Central Java With a Fenomenology Approach”. Forum
Geografi, Vol. 24, No. 2, Desember 2010: 155 - 172
69
23 1
3 1
1 2
Asia Timur dan Tenggara Asia Selatan dan Tengah
Timur Tengah Afrika
Amerika Utara dan Tengah Amerika Selatan
Eropa Barat Eropa Tengah dan Timur
Ocenia Karibia
1.000 2.000
3.000 4.000
5.000 6.000
7.000 8.000
9.000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 From Malaysia to
Indonesia From Indonesia to
Malaysia
Sumber: diolah dari Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, 2015 Gambar 4.1.2.1 Sebaran TKI berdasar Negara tujuan Kerja
540
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Walaupun lebih dari 90 TKI bekerja di sektor domestik, namun terdapat pula TKI
dengan pendidikan tinggi dan keahlian khusus SDM Iptek bekerja di luar negeri. Outflow
SDM Iptek tersebut terlihat pada Gambar 4.1.2.2. SDM Iptek Indonesia menyebar di
berbagai negara. Negara Terbanyak dikunjungi adalah Malaysia, dan Singapura.
Pada tahun 2012, bahkan negara Amerika Serikat merupakan negara tujuan yang paling
diminati oleh SDM Iptek Indonesia.
Sumber: diolah dari Puslitbangfo, BNP2TKI Gambar 4.1.2.2 Outflow SDM Iptek Indonesia, 2011-2012
Gambaran outflow SDM Iptek sesuai dengan klasifikasi ISCO terlihat pada Gambar 4.1.2.3.
Dalam Gambar tersebut diketahui bahwa SDM Iptek profesional Indonesia bekerja di
hampir seluruh negara tujuan. Tiga negara tujuan kerja SDM Iptek profesional adalah
Malaysia, Singapura, Saudi Arabia. Selanjutnya SDM Iptek Indonesia dengan
klasifikasi teknisi banyak bekerja di Amerika Serikat.
Sumber: diolah dari Puslitbangfo, BNP2TKI Gambar 4.1.2.3 Outflow SDM Iptek Indonesia, 2011-2012
887 973
1.046 721
478 589
363 243
173 151
1.055 1.286
924 607
957
343 301
239 283
236
Malaysia Singapura
Saudi Arabia United
Emirate Arab UEA
Amerika Serikat
Qatar Kuwait
Brunei Darussalam
Korea Selatan Jepang
245 421
79 90
171 41
9 46
56 38
612 644
188 684
295 205
280 162
212 174
198 221
690
150 141
97 12
31 15
24
Malaysia Singapura
Amerika Serikat
Saudi Arabia United Emirate Arab UEA
Qatar Kuwait
Brunei Darussalam
Korea Selatan Jepang
Manajer Profesional
Teknisi
541
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Berdasarkan gambaran di atas diketahui bahwa negara Malaysia dan
Singapura merupakan negara tujuan SDM Iptek Indonesia terbanyak. Karenanya,
penelitian ini mengkaji lebih mendalam tentang outflow SDM Ipek Indonesia di
negara tersebut. Pada dasarnya data dan informasi rinci tentang tenaga kerja asing baik
Singapura maupun Malaysia bukan merupakan domain publik. Publik hanya
mendapat informasi terbatas pada kualifikasi tenaga kerja asing yang didasarkan pada upah,
dan distribusi pekerjaan mereka. Karenanya data kualitatif menjadi hal yang penting dalam
kajian ini.
Data dan informasi diperoleh dari wawancara mendalam dengan peneliti yang
melakukan penelitian tentang mobilitas SDM Iptek, pejabat kedutaan besar Indonesia dan
SDM Iptek Indonesia di Negara Singapura dan Malaysia. Kajian ini menghasilkan
gambaran nyata tentang outflow SDM Iptek Indonesia.
Mobilitas SDM Iptek di Singapura dan Malaysia
Pada dasarnya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Singapura dan Malaysia tidak
selalu tercatat dengan baik terutama di institusi Indonesia seperti Imigrasi, kantor
kedutaan atau Kementerian ketenagakerjaan. Global market merupakan salah satu faktor
tidak terdeteksinya mobilitas SDM Iptek. Tipis batas wilayah dan negara dan
canggihnya teknologi informasi menyebabkan semakin leluasanya pergerakan
SDM Iptek Indonesia.
Hal-hal yang menyebabkan tidak terdatanya SDM Iptek Indonesia adalah
sebagai berikut: adanya kegiatan “Direct Hiring” yaitu perusahaan secara langsung
mendapat tenaga kerja yang berasal dari luar Singapura atau Malaysia melalui jasa
perusahaan outsourcing atau perusahaan pencari tenaga kerja di situs tenaga kerja. Bila
sesuai kualifikasi dan telah mendapatkan ijin kerja, maka tenaga kerja Indonesia akan
langsung menuju ke negara tersebut. Keadaan ini memungkinkan tenaga kerja Indonesia
tersebut tidak melaporkan keberadaannya di kedutaan besar masing-masing negara.
Gambar 4.1.2.4 menunjukkan contoh isu global market pada outflow SDM Iptek.
Sepanjang tahun 2000-2012 rasio SDM Iptek Indonesi yang berhasil bekerja dibandingkan
dengan banyaknya pekerjaan yang ditawarkan oleh jasa pencari kerja job vacancy adalah
antara 0.14 – 0.33.
Sumber: diolah dari Job Vancay 2000-2013, Ministry of Manpower Singapore Gambar 4.1.2.4 Jumlah lowongan kerja dan Outflow SDM Iptek serta Rasionya, 2000-2012
Tawaran beasiswa kepada siswa dan atau mahasiswa Indonesia yang berprestasi
juga merupakan salah satu penyebab tidak terdatanya SDM Iptek Indonesia yang bekerja
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30 0,35
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
20 13
Lo w
e o
n g
a n
k e
rj a
d a
n S
D M
I p
te k
O u
tf lo
w d
a la
m ri b
u a
n
Lowongan kerja pada Job vacancy sebagai Professional,
Managers, Eksekutif dan Teknisi
SDM Iptek outflow
rasio SDM iptek outflow terhadap job vacancy
542
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
di Singapura dan Malaysia. Hal ini dikarenakan setelah mereka selesai
menjalankan pendidikannya, mereka diberi keleluasan dan kemudahan untuk
mendapatkan pekerjaan. Masuknya lulusan SDM Iptek Indonesia ke dunia kerja tidak
terdata lengkap di Kedutaan Besar baik Singapura dan Malaysia.
Kenyataan lainnya adalah yang juga dipengaruhi oleh global market adalah dengan
kemudahan akses internet dan kualifikasi tenaga kerja yang mampu memenuhi pasar
global. Tidak sedikit tenaga kerja Indonesia yang tidak memiliki status bekerja namun
pada kenyataannya melakukan kontrak kerja dengan perusahaan di luar Indonesia dan
mendapatkan insentif sesuai kontrak atau biasa disebut dengan “virtual job”. Keadaan
ini berdampak pada tidak tercatatnya sebagai tenaga kerja asing.
Dengan kondisi seperti di uraikan di atas, Gambar 4.1.2.4 memperlihatkan
kecenderungan SDM Iptek yang bekerja di Singapura yang semakin meningkat selama
kurun dua belas tahun
Sumber: diolah dari BNP2TKI,1991-2013 Gambar 4.1.2.4 Jumlah SDM Iptek Indonesia yang bekerja di Singapura, 1991-2013
Remitansi
Selain memperolah alih teknologi dan budaya kerja yang efektif dan efisiensi,
Outflow SDM Iptek Indonesia juga memberikan manfaat ekonomis dan
mempengaruhi sektor konsumsi nasional dengan adanya remitansi.
Gambar 4.1.2.5 memperlihatkan
remitansi SDM Iptek Indonesia yang bekerja di Singapura mulai dari tahun 2001-2014.
Data tersebut menunjukkan bahwa selama 13 tahun, remitansi cenderung meningkat secara
signifikan. Hal ini seiring dengan bertambah banyaknya SDM Iptek yang bekerja di
Singapura dari tahun ke tahun lihat Gambar 4.1.2.4
Dengan gambaran tersebut, selayaknya menjadi pertimbangan pemerintah
untuk meningkatkan outflow tidak hanya pekerja dengan pendidikan rendah tetapi
SDM Iptek terutama dengan kualifikasi profesional yang dapat meningkatkan
ekonomi negara.
0,0 0,5
1,0 1,5
2,0 2,5
3,0
19 91
19 92
19 93
19 94
19 96
19 97
19 98
19 99
20 01
20 02
20 03
20 04
20 06
20 07
20 07a
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
20 13
Ju ml
a h
S D
M I
p te
k ju
ta
543
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sumber: diolah dari Data Tenaga Kerja Indonesia, Pusdatinaker BNPTKI Gambar 4.1.2.5 Remitansi SDM Iptek Indonesia, 2001-2014 US
Daya tarik Hasil wawancara mendalam terhadap
responden di Singapura maupun Malaysia menunjukkan bahwa daya tarik utama SDM
Iptek Indonesia bekerja luar Indonesia adalah upah. Responden bahkan menyatakan bahwa
mereka lebih mementingkan upah dibandingkan dengan karir, karena sebagai
tenaga kerja professional yang diutamakan adalah keahliannya. Contoh perbandingan
besarnya upah antara Jakarta dan Singapura adalah seperti Gambar 4.1.2.5. Bila
diasumsikan Jakarta adalah Ibukota dengan upah tertinggi dari seluruh wilayah Indonesia,
maka Gambar tersebut menunjukkan perbedaan upah yang cukup menyolok antara
Jakarta dan Singapura dengan menggunakan nilai tukar rupiah. Terlihat bahwa selama 12
tahun terakhir, rata-rata perbedaan upah pekerja dengan bidang pekerjaan yang sama
antara Jakarta dan Singapura adalah lebih dari 10 kali. Pergerakan kenaikan upah setiap
tahunnya bagi singapura cukup signifikan dibandingkan dengan Jakarta.
Walaupun biaya hidup di Singapura jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Jakarta, yaitu rata-rata 104 dibandingkan dengan Jakarta
2
, namun kehidupan yang lebih nyaman, seperti transportasi, keamanan,
pendidikan yang lebih baik menjadikan tenaga kerja terampil Indonesia memilih
untuk bekerja di Singapura.Faktor-faktor tersebut juga merupakan daya tarik untuk
bekerja di Singapura dan Malaysia.
Gambar 4.1.2.5. Perbandingan Jumlah upah SDM Iptek Indonesia Singapura , 2001-2014
2
Cost of living in Singapore is 104 more expensive than in Jakarta
https:www.expatistan.com › ... › Singapore › Indonesia › Singapore ›
- 20.000.000
40.000.000 60.000.000
80.000.000 100.000.000
120.000.000 140.000.000
160.000.000 180.000.000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Rem it
a n
si U
S
- 10.000.000
20.000.000 30.000.000
40.000.000 50.000.000
60.000.000
Singapura Rp Indonesia Rp
544
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sumber: http:tekno.kompas.comread2016041409062057Ini.Dia.Daftar.Gaji.Pekerja.TI.di.In
donesia Walaupun biaya hidup di Singapura
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Jakarta, yaitu rata-rata 104 lebih tinggi
3
, namun kehidupan yang lebih nyaman, seperti
transportasi, keamanan, pendidikan yang lebih baik menjadikan tenaga kerja terampil
Indonesia memilih untuk bekerja di Singapura. Faktor-faktor tersebut juga
merupakan daya tarik untuk bekerja di Singapura dan Malaysia. Gambar 4.1.2.6
menunjukkan perbandingan indeks biaya hidup antara Singapura, Malaysia dan
Indonesia. Dengan mengambil patokan 100 dari index biaya hidup kota New York,
Singapura pada tahun 2013 pernah mencapai indeks biaya hidup di atas kota New York
terlihat bahwa Walaupun terdapat penurunan pada tahun 2013 namun terlihat
kesenjangan yang cukup tajam antara Indonesia dan Singapura.
Gambar 4.1.2.5. Perbandingan Index Biaya Hidup di Indonesia, Malaysia dan Singapura , 2009-2015 Sumber:
http:tekno.kompas.comread2016041409062057Ini.Dia.Daftar.Gaji.Pekerja.TI.di.Indonesia
Secara khusus, SDM Iptek yang berprofesi sebagai peneliti sangat tertarik untuk bekerja
di Singapura karena Singapura memberikan dana penelitian yang besar, selain
infrastruktur penelitian seperti laboratorium yang memadai disamping pengurusan Hak
Atas Kekayaan Intelektual HKI yang sangat mudah dan menguntungkan peneliti,
walaupun peneliti asing.
Khusus pemerintah memberi kesempatantinggal selama enam bulan untuk
tenaga professional yang telah habis masa kontrak kerjanya. Kesempatan tersebut
diberikan agar pekerja asing tersebut dapat mencaripekerjaan baru.Namun beberapa
3
Cost of living in Singapore is 104 more expensive than in Jakarta
pekerja asing memilih pulang karena selain biaya hidup yang tinggi, budaya kerja keras
dan selalu bersaing serta kehidupan materialistisyang menyebabkan
ketidaktertarikan bekerja di negara Singapura dan Malaysia.
Kebijakan bagi Tenaga Kerja Asing
Sistem liberalism merupakan sistem yang dianut kebijakan ketenagakerjaan baik
Singapura dan Malaysia.Kebijakan tersebut kemudian bersifat dinamis tergantung pada
perubahan global dan menganut kesamaan hak dan kewajiban antara tenaga kerja
domestik dan tenaga kerja asing.Pajak yang
https:www.expatistan.com › ... › Singapore › Indonesia › Singapore ›
-10 10
30 50
70 90
110
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015
In d
e x B
ia y
a H
id u
p
Singapura Indonesia
Malaysia
545
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dibayarkan oleh tenaga kerja domestik adalah sama dengan tenaga kerja asing. Untuk
jaminan kesejahteraan, tenaga kerja asing menyisihkan upahnya untuk membayar uang
pension.
Pada dasarnya baik Singapura maupun Malaysia mengadopsi dua arah kebijakan
tenaga kerja asing dengan mempertimbangkan tingkat keahlian pekerja
asing.Kedua arah kebijakan tersebut adalah kebijakan yang ditujukan kepada pekerja
asing dengan keahlian rendah seperti pekerja di sektor domestik, pekerja kebun dan pekerja
sejenisnya, sedangkan yang lainnya adalah yang memiliki keahlian tinggi seperti pekerja
professional, wiraswasta atau investor. Singapura dan Malaysia sangat terbuka bagi
tenaga kerja asing yang memiliki keahlian tinggi. Hal ini disebabkan pekerja asing yang
memiliki keahlian tinggi tersebut diyakini dapat berkontribusi dalam peningkatan
perekonomian mereka.Tidak hanya diterima dengan baik, para pekerja asing tersebut
didorong untuk menjadi warganegara tetap permanent citizen.Hak yang diperoleh
sebagai warganegara tetap adalah dengan memperbolehkan membawa keluarga,
mendapatkan rumah yang layak dengan lingkungan yang baik serta diberi jaminan
kesehatan dan kesejahteraan sebagaimana layaknya tenaga kerja domestic.
Sebaliknya, kebijakan tenaga kerja asing dengan keahlian yang lebih rendah
dikenakan kebijakan yang lebih ketat dalam hal ijin bekerja. Pekerja asing dengan keahlian
rendah tersebut diharapkan akan pulang setelah pekerjaannya selesai, dan tidak
diperkenankan membawa keluarga. Namun pekerja dengan keahlian lebih rendah tersebut
dapat meningkatkan keahliannya sampai pada tingkat yang memenuhi syarat sebagai
penduduk tetap permanent residence
Adanya hubungan antara tenaga kerja asing dengan pertumbuhan ekonomi
menyebabkan Singapura dan Malaysia merupakan negara yang sangat reaktif dalam
mengembangkan kebijakan tenaga kerja.Kebijakan tersebut pada dasarnya
menyesuaikan dengan perubahan ekonomi.Misalnya, pada tahun 1990an saat
populasi penduduk bertumbuh dengan lambat sedangkan investor asing banyak melakukan
investasi, Singapura menerapkan kebijakan terbuka bagi tenaga kerja asing.Namun, saat
resesi ekonomi yaitu tahun 2007-2008, pemerintah Singapura menerapkan kebijakan
“citizen first”.Kebijakan “citizen first” adalah kebijakan yang mengharuskan perusahaan
atau investor memberi peluang bekerja terlebih dahulu kepada tenaga kerja domestik
untuk bekerja di perusahaannya.Bila tidak ada tenaga kerja domestik yang melamar atau
memiliki kualifikasi yang sesuai maka baru dibuka peluang bagi tenaga kerja asing.Pada
kenyataannya tenaga kerja asing tetap mendominasi sektor pekerjaan tertentu.Hal ini
dikarenakan sebagian besar tenaga kerja domestik cenderung memilih pekerjaan di
sektor bisnis, keuangan atau perbankan.Untuk profesi-profesi yang memiliki keahlian yang
sangat spesifik Singapura masih membutuhkan tenaga kerja asing.Kebijakan
tenaga kerja lainnya adalah dengan mempertahankan jumlah tenaga kerja asing
yaitu hanya sepertiga dari total tenaga kerja. Untuk itu selain kebijakan “citizen first”,
pemerintah Singapura mengembangkan regulasi yang mewajibkan penyedia kerja
mengiklankan lowongan pekerjaan pada situs yang pada rentang waktu tertentu hanya bisa
diakses oleh tenaga kerja domestik.Setelah rentang waktu tersebut terlewati, penyedia
kerja dapat menginformasikan pekerjaan tersebut kepada tenaga kerja asing.
Hampir sama dengan Singapura, saat resesi ekonomi Malaysia juga
memberlakukan pengetatan masuknya tenaga kerja asing terutama yang berkualifikasi
rendah. Malaysia menetapkan kualifikasi yang lebih tinggi bagi tenaga kerja asing pada
sektor-sektor tertentu seperti manufaktur dan jasa. Walaupun demikian, Malaysia masing
sangat membutuhkan tenaga kerja asing, karena sebagian besar tenaga kerja domestik
memilih bekerja di luar negeri karena memberi upah yang lebih besar di bandingkan
dengan Malaysia. Kebijakan Imigrasi
Kerangka regulasi dalam mengelola rekruitmen dan penggunaan tenaga asing
terbagi atas tiga bagian yaitu regulasi imigrasi, regulasi bagi penyedia tenaga kerja
asing dan agen penyedia. Regulasi imigrasi
546
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
merupakan aturan yang mengontrol keluar dan masuknya tenaga kerja asing.Hal ini
termasuk mengontrol kesesuaian kualifikasi pekerjaan yang ditetapkan oleh kementerian
tenaga kerja.Karenanya Imigrasi selalu bekerjasama dan berkoordinasi dengan
Kementerian Tenaga Kerja. Apabila Kementerian Tenaga Kerja telah
mengeluarkan ijin kerja bagi tenaga kerja, maka akan diteruskan ke kantor imigrasi
untuk dilakukan pemantauan terhadap tenaga kerja asing tersebut bersama dengan
Kementerian Dalam Negeri.
Regulasi bagi penyedia tenaga kerja dibangun oleh kementerian tenaga kerja.
Regulasi tersebut termasuk mengatur hak dan kewajiban bagi penyedia kerja, perantara dan
pekerja migran itu sendiri.Regulasi agen tenaga kerja asing mengatur keterlibatan agen
tenaga kerja dalam merekrut tenaga kerja asing.Kementerian Tenaga kerja juga
bekerjasama dengan institusi terkait yang berhubungan dengan perumahan,
perencanaan fisik dan otoritas lingkungan, gerakan buruh, organisasi kesejahteraan non-
pemerintah, dan kedutaan dari negara pengirim.
Kualifikasi Tenaga Kerja Asing
Singapura maupun Malaysia mempunyai kebijakan kualifikasi tenaga kerja
yang hampir sama yang terbagi atas jenis yaitu Employment Pass EP, Work Permit
WP dan S pass. Employment Pass EP dikeluarkan untuk tenaga kerja asing yang
professional, spesialis, manajemen menengah. Mereka, kemudian terbagi atas P1,
P2 atau Q1, sesuai dengan gaji pokok bulanan, kualifikasi, keterampilan dan
pengalaman.Pemberi kerja pengusaha memiliki kewajiban untuk mengajukan
permohon EP terhadap tenaga kerja asing yang bekerja di perusahaannya.Bila telah
habis masa kontraknya, pemberi kerja dapat mengeluarkan Personalised Employment
Pass PEP yang memungkinkan bagi pemegang PEP untuk mencari pekerjaan baru
selama 6enam bulan di Singapura.Masa berlaku PEP adalah 5 lima tahun dan tidak
dapat diperbaharui kembali. Tujuan dari PEP ini adalah untuk mempertahankan tenaga
kerja asing yang memiliki keahlian khusus untuk tetap bekerja di Singapura.
Work Permit WP adalah ijin kerja yang dikeluarkan untuk tenaga kerja asing
yang memiliki keterampilan rendah. Biasanya jenis pekerjaan mereka terbatas pada sektor-
sektor yang mengalami kesulitan merekrut tenaga kerja domestic seperti konstruksi,
manufaktur, kelautan dan sektor jasa. Mengingat kesediaan pekerja asing untuk
menerima upah yang lebih rendah, pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa restribusi
kepada pengusaha.Restribusi yang dibayarkan pengusaha kepada pemerintah
tergantung pada tingkat keterampilan pekerja.Tujuan dari restribusi tersebut adalah
sebagai penyeimbang upah atau mengatur mekanisme harga mengingat upah tenaga
kerja domestik jauh lebih tinggi daripada tenaga kerja asing.Restribusi tersebut
mengalami peningkatan secara bertahap.Hal ini sebagai upaya agar pengusaha mengurangi
ketergantungan tenaga kerja asing yang kurang terampil, tetapi meningkatkan
investasinya untuk memperkerjakan tenaga kerja yang terampil.
S Pass adalah ijin kerja untuk tenaga kerja asing dengan kualifikasi pekerja
terampil tingkat menengah. Berdasarkan sistem penilaian, pelamar dinilai berdasarkan
kualifikasi, keterampilan, jenis pekerjaan, pengalaman bekerja dan gaji pokok.Sejalan
dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja asing,
maka kualifikasi tingkat pendidikan pekerja asing dengan kriteria S Pass pun ditingkatkan
yaitu dari tingkat sekolah menengah atas menjadi tingkat diploma. Dalam hal
restribusi, perusahaan tetap membayarkan restribusi terhadap semua pekerja asing
dengan kualifikasi S pass, walaupun tidak sebesar pekerja asing dengan kualifikasi WP.
Selain itu pemerintah menetapkan kuota bagi perusahaan yang memperkerjakan S Pass dan
WP.
Berdasarkan hasil sensus tenaga kerja tahun 2000, Singapura memiliki tenaga kerja
asing dengan kualifikasi WP sebesar 81 dari total tenaga kerja asing. Selanjutnya, 19
adalah EP dan S-Pass. Estimasi berdasarkan hasil sensus tersebut diketahui bahwa 75
tenaga kerja asing yang memiliki keahlian rendah dan menengah terbanyak bekerja di
547
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
bidang pekerjaan seperti pramu wisma, tenaga laboratorium, petani, operator mesin dan
kontraktor. Sebanyak 12 tenaga kerja asing bekerja sebagai manajer, professional, pejabat
senior. Kemudian 5 adalah asosiasi professional, selebihnya adalah teknisi.
Kesimpulan
Malaysia dan Singapura menjadi tujuan utama ke dua dan keempat mobilitas
internasional SDM Iptek untuk bekerja ke Luar negeri. Hal yang utama dalam
menjadikan daya tarik kedua negara tersebut adalah kondisi perekonomian dan kualitas
hidup yang lebih baik dari Indonesia. Selain itu letak geografis memberi kemudahan bagi
SDM Iptek untuk mengakses kebutuhan SDM Iptek negara tersebut. Dalam kerangka MEA
terutama implementasi pilar free flow of skilled labor belum memberikan hal yang
baru bagi mobilitas SDM Iptek Indonesia. Hal ini dikarenakan mobilitas internasional sudah
menjadi hal yang lumrah bagi kedua negara Malaysia dan Singapura. Kedua negara
tersebut menganut open market dalam konteks tenaga kerja asing. Sehingga SDM
Iptek yang masuk ke Malaysia dan Singapura hingga saat ini masih dipengaruhi faktor-
faktor dominan seperti rasio upah luar negeri terhadap luar negeri, regulasi tenaga kerja
asing, kebijakan imigrasi dan terutama adalah kualifikasi SDM Iptek yang dapat memenuhi
tuntutan di global market. Daftar Pustaka
Bappenas, M. P. 2014. RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL RPJMN
2015-2019. Jakarta- Kementrian PPN
Inbound internationally mobile students by country of origin, Institute od Statistics
UNESCO OECD-Migration-Outlook-2015
OECD, Eurostat 1995 Measurement of Scientific and Technological Activities
Manual on the Measurement of Human Resources Devoted to ST - Canberra
Manual” UIS. 2009, September 28-30. Definitions of
RD, innovation and ST activities. Retrieved April 14, 2014, from
www.uis.unesco.org- www.uis.uneso.or
ean-Baptiste Meyer, 2002, Migration of skilled and highly skilled workers south africa- a
case study, OECD Proceedings “International Mobility of the Highly
Skilled”, OECD Publication.
Dominique Guellec and Mario Cervanttes, International mobility of highly skilled
workers- from stistical analysis to policy formulation
Karine tremblay,Student mobility between and toward OECD countries- a comparative
analysis. Aburawi, I, Hafeez, K. 2009, Managing dynamics
of human resource and knowledge management in organizations through
system dynamics modeling. International Journal of Sciences and Techniques of
Automatic Control Computer engineering IJ-STA, Volume 3, No 2, pp
1108-1125
UNESCO .2013.“the international mobility of students in asia and pacific”, bangkok
Auriol and Sexton, 2001. Human resources in science and technology: measurement
issues and international mobility, OECD ________2000.Mobilising Human Resources for
Innovation.OECD Trembley,2001.Student mobility between and
towards OECD countries: a comparative analysis. OECD
Yap, Mui Teng. 2009. “Singapore’s System for Managing Foreign Manpower”, Managing
International Migration for Development in East Asia. Research Paper 240215.
Kanapathy. V. 2001. International Migration and Labor Market Adjustments in Malaysia:
The Role of Foreign Labor Management Policies. Asian and Pacific Migration
Journal, Vol. 10, No. 3-4, 2001
548
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sistem Mutu Dalam
Memperkuat Daya Saing
Industri
Penyusunan Kerangka Pengukuran Kinerja dan Efektivitas Sistem Manajemen Mutu SMM ISO 9001: 2015
Developing Performance and Effectiveness Measurement Framework of Quality Management System QMS ISO 9001: 2015
Tri Rakhmawati
1
, Sih Damayanti
2
1
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian P2SMTP - LIPI , rakhma_triyahoo.com
2
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian P2SMTP - LIPI, sihdamayantigmail.com
Keyword A B S T R A C T
quality management system QMS, ISO 9001: 2015,
measurement, performance, effectiveness, framework
ISO 9001: 2015 contains requirements that must be met by organization which will implement and which is implementing a Quality Management
System QMS. This standard adopts a process approach in implementing and improving the effectiveness of QMS. All activities in the organization
must be organized into an interrelated processes and serves as a coherent system to obtain effective and efficient result. The final objectives of the
QMS implementation based on ISO 9001: 201 are to ensure the fulfillment of customer requirements, continuous improvement, and to prevent
product and service nonconfirmity, which in turn ensure customer satisfaction. To find out how effective the QMS implementation, the
measurement of its performance and effectiveness needs to be done. The process also required in ISO 9001: 2015. This study aims to propose a
framework to measure the performance and effectiveness of the QMS based on ISO 9001: 2015. The method used in this study is the literatur and
standards study. The framework resulted from this study consists of measures and their indicators for measuring performance and
effectiveness of the QMS based on ISO 9001: 2015. The number of measures are 12 and the number of indicators are 61. This study
contributes to both theoretically and practically. Theoretically, this study fill the gap in the literatur related to performance and effectiveness
measurement framework of QMS ISO 9001: 2015. In practical terms, the study provides a measurement framework that can be applied by
organizations to measure the performance and effectiveness of QMS.
Kata Kunci S A R I K A R A N G A N
sistem manajemen mutu SMM, ISO 9001: 2015, pengukuran,
kinerja, efektivitas, kerangka ISO 9001: 2015 merupakan standar internasional yang berisi persyaratan-
persyaratan yang sebaiknya dipenuhi organisasi yang akan dan sedang menerapkan Sistem Manajemen Mutu SMM. Standar ini mengadopsi
pendekatan proses dalam mengimplementasikan dan meningkatkan efektivitas SMM. Semua kegiatan yang ada di dalam organisasi harus
dikelola menjadi suatu proses yang saling terkait dan berfungsi sebagai sistem yang koheren agar hasil yang diperoleh efektif dan efisien. Tujuan
akhir diterapkannya SMM berbasis ISO 9001: 2015 adalah untuk memastikan terpenuhinya persyaratan pelanggan, perbaikan
berkesinambungan, dan mencegah ketidaksesuaian produk dan jasa yang pada akhirnya menjamin kepuasan pelanggan. Untuk mengetahui
seberapa efektif implementasi SMM, pengukuran kinerja dan efektivitas perlu untuk dilakukan. Proses tersebut juga dipersyaratkan dalam ISO
9001: 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun sebuah kerangka pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan standar. Kerangka pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015 yang dihasilkan
dari penelitian ini terdiri dari ukuran-ukuran kinerja dan efektivitas SMM
549
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN
ISO 9001 merupakan sebuah standar yang berisi persyaratan-persyaratan sistem manajemen
mutu SMM. ISO 9001 bertujuan untuk menciptakan kepuasan pelanggan dengan
menjamin produk atau jasa yang dihasilkan memenuhi persyaratan pelanggan, perbaikan
berkesinambungan, dan mencegah ketidaksesuaian pada produk atau jasa
Kafetzopoulos, Psomas, Gotzamani, 2015. Namun, ISO 9001 bukanlah sebuah standar
produk. ISO 9001 lebih merupakan standar proses yang melalui proses tersebut produk atau jasa
dihasilkan. Dengan kata lain, ISO 9001 memberikan pedoman dalam mengelola proses.
SMM berbasis ISO 9001 telah banyak diterapkan di beragam organisasi baik besar
maupun kecil, manufaktur maupun jasa, profit maunpun nonprofit, dan swasta maupun publik.
Menurut survei dari ISO tahun 2014, jumlah sertifikat ISO 9001 yang dikeluarkan selama
tahun 2014 sebanyak 1.138.155 ISO, 2015a. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun 2013
yang hanya mencapai 1.126.460. Peningkatan jumlah sertifikasi menunjukkan semakin banyak
organisasi yang menerapkan ISO 9001 sebagai alat untuk manajemen mutu.
Versi terbaru dari ISO 9001 adalah ISO 9001: 2015. Perbedaan-perbedaan utama dalam
versi terbaru ini dibandingkan dengan versi ISO 9001: 2008 antara lain persyaratan terkait
pemahaman kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan stakeholder, pemikiran berbasis
risiko, dan pengukuran kinerja penyedia eksternal ISO, 2015b. Meskipun mengalami beberapa
perubahan dari versi sebelumnya, tujuan dari ISO 9001 tetap sama Murray, 2016. Sebagai
konsekuensi adanya perubahan standar, maka organisasi yang telah tersertifikasi ISO 9001:
2008 harus menyesuaikan sistemnya dengan persyaratan-persyaratan ISO 9001: 2015,
termasuk dalam hal pengukuran kinerja dan efektivitas SMM.
Dalam SMM berbasis ISO 9001, pengukuran kinerja dan efektivitas SMM
merupakan salah satu hal yang harus dilakukan. Persyaratan ini tertuang dalam klausul 9.1.1. ISO
9001: 2015 yang berbunyi: “Organisasi harus mengevaluasi kinerja dan efektivitas sistem
manajemen mutu”. Oleh karena itu, setiap organisasi yang mendeklarasikan penerapan
SMM berbasis ISO 9001 wajib melakukannya. Pengukuran kinerja dan efektivitas SMM
bermanfaat untuk kepentingan perbaikan berkelanjutan. Hasil pengukuran ini membantu
organisasi dalam proses pengambilan keputusan dengan memberikan analisis atau dasar yang lebih
ilmiah Phusavat, Anussornnitisarn, Helo, Dwight, 2009.
Meskipun mewajibkan untuk melakukan pengukuran kinerja dan efektivitas SMM, ISO
9001: 2015 tidak mensyaratkan pemakaian metode tertentu. Meskipun demikian, apapun
metode yang digunakan, ISO 9001: 2015 menghendaki informasi kinerja dan efektivitas
SMM meliputi tren dalam: 1 kepuasan pelanggan dan umpan balik dari pihak terkait yang
relevan, 2 pencapaian sasaran mutu, 3 kinerja proses dan kesesuaian produk dan jasa, 4
ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan, 5 hasil pemantauan dan pengukuran, 6 hasil audit, dan
7 kinerja dari penyedia eksternal ISO, 2015b. Selain itu, Chaudhuri Acharya, 2000
memberikan panduan bahwa penilaian efektivitas
dan indikator-indikatornya. Jumlah ukuran yang digunakan sebanyak 12 buah dan jumlah indikator sebanyak 61 buah. Penelitian ini memberikan
kontribusi baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini menutup kesenjangan dalam literatur terkait kerangka pengukuran
kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015. Secara praktis, penelitian memberikan sebuah kerangka pengukuran yang dapat diterapkan oleh
organisasi untuk mengukur kinerja dan efektivitas dari SMM di organisasinya.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
550
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
SMM harus dikaitkan dengan kebijakan dan sasaran organisasi dalam hal mutu dan
perencanaan mutu yang merupakan “tulang punggung” untuk peningkatan mutu. Pengukuran
kinerja dan efektivitas SMM dapat dilakukan minimal melalui audit internal dan rapat tinjauan
manajemen
ISO, 2015b. Jumlah ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat audit
internal merupakan salah satu indikator yang mencerminkan efektivitas dari sistem mutu
Chaudhuri Acharya, 2000.
Saat ini, selain merupakan kewajiban, pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO
9001 telah menjadi sebuah kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh perubahan lingkungan operasi
yang semakin dinamis dan tingginya tuntutan pelanggan. Kebutuhan ini juga didorong oleh
kondisi dimana hasil audit dan rapat tinjuan manajemen terkadang tidak cukup
merepresentasikan kinerja dan efektivitas SMM secara riil dan aktual. Selain itu, terdapat keraguan
dari manajemen tentang kontribusi SMM terhadap pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini,
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM bermanfaat untuk membantu menjawab keraguan
tersebut. Sebaliknya, tidak adanya pengukuran efektivitas SMM menyebabkan keraguan tentang
kinerja sistem Early, 1991 dalam Oztas, Guzelsoy, Mehmet, 2007.
Untuk melakukan pengukuran kinerja dan efektivitas SMM, organisasi perlu menetapkan
kerangka pengukuran yang akan digunakan. Sayangnya, kerangka maupun instrumen khusus
yang diperuntukan untuk mengukur kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001 masih terbatas,
terlebih lagi untuk SMM berbasis ISO 9001: 2015. Selain itu, literatur yang membahas hal ini juga
masih sangat terbatas Sumaedi Yarmen, 2015. Dari literatur yang ada, kebanyakan
mengangkat kerangka pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001 versi lama, baik versi
2000 maupun 2008 seperti Oztas, Guzelsoy, Mehmet, 2007; Jang Lin, 2008; Psomas,
Kafetzopoulos, Fotopoulos, 2013; Prajogo, 2011; Singh, 2008; Lewis, Pun, Lalla, 2006; To,
Lee, Yu, 2011; Sumaedi Yarmen, 2015. Oleh karena itu, penelitian terkait kerangka
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015 penting untuk dilakukan. Berdasarkan
kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan menyusun kerangka pengukuran kinerja dan
efektivitas SMM ISO 9001: 2015. Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kesenjangan dalam
literatur sekaligus memberikan kerangka yang dapat digunakan oleh organisasi penerap SMM
berbasis ISO 9001: 2015 untuk mengukur kinerja dan efektivitas sistemnya.
KERANGKA TEORI Kinerja dan Efektivitas Sistem Manajemen
Mutu SMM ISO 9001: 2015 Dalam literatur, kita dapat menemukan
banyak definisi tentang kinerja. Neely, Gregory, Platts 2005 mengartikan kinerja sebagai
ukuran yang merepresentasikan efektivitas dan efisiensi tindakan yang telah dilakukan di masa
lalu. Senada dengan definisi tersebut, Ozcan 2014 menyatakan kinerja sebagai kombinasi
yang tepat antara efektivitas dan efisiensi. Kinerja merujuk pada perolehan, kualitas, dan kuantitas
dari sebuah karya individu atau kelompok Ho, 2008. Adapun definisi kinerja dalam ISO 9000:
2015 adalah hasil yang dapat diukur.
Sama halnya dengan kinerja, definisi efektivitas juga banyak terdapat dalam literatur.
Konsep efektivitas terkait erat dengan tujuan. Efektivitas mengacu pada “pencapaian tujuan dan
sasaran menggunakan ukuran-ukuran faktor yang disediakan untuk menentukan pencapaian
tersebut” Dittenhofer, 2001. Lebih lanjut, ISO 2015c menyatakan efektivitas menunjukkan
sejauh mana kegiatan yang direncanakan terealisasi dan hasil yang direncanakan tercapai.
Untuk konteks SMM, SMM dikatakan efektif jika memenuhi sasaran mutu dan
persyaratan SMM yang ditentukan Kam Tang, 1997. Lebih lanjut, Al-Nakeeb, Williams,
Hibberd, Gronow 1998 mendefinisikan “efektivitas sistem sebagai pemenuhan
persyaratan perusahaan dan sasaran mutu yang telah ditetapkan”. Adapun efektivitas SMM
menurut Oztas, Guzelsoy, Mehmet 2007 adalah “pemenuhan sasaran mutu perusahaan dan
persyaratan yang ditentukan oleh ISO 9001: 2000”. Psomas, Kafetzopoulos, Fotopoulos
2013 menambahkan efektivitas ISO 9001
551
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016