KL dan Semangat Abstrak Makalah Terbaik
sesuatu yang sangat berbahaya bahkan dapat mematikan. Mengubah pemahaman publik untuk
bisa menerima fakta bahwa ada manfaat Nuklir di balik isu tersebut membutuhkan metode yang
tepat dan profesional dan disampaikan oleh Pejabat Humas sebagai juru bicara yang handal.
Fenomena berikutnya terkait pengelolaan Iptek di BPPT yang dilakukan oleh para pejabat
Humas di BPPT dapat diketahui dari pernyataan berikut:
“BPPT memandang bahwa informasi Iptek khususnya informasi mengenai hasil kerja
kerekayasaan BPPT perlu dipadukan dengan sistem informasi yang terintegrasi dengan baik.
Dalam hal ini Humas BPPT bekerjasama dengan unit kerja Pusat Data Informasi dan Standardisasi
BPPT terkait pengelolaan informasi melalui Website bppt.go.id. Pada website tersebut
disajikan pemberitaan mengenai kinerja BPPT beserta galeri foto kegiatannya. Selain itu juga
kami tampilkan profil unit kerja di BPPT beserta layanan dan jasa yang menjadi andalan tiap unit
kerja. Selain mengelola informasi melalui website, Humas BPPT juga secara aktif
menyebarluaskan informasi Iptek melalui media sosial twitter, facebook dan youtube. Tidak
ketinggalan juga BPPT mengelola penerbitan cetak melalui Majalah Informasi Teknologi,
Newsletter BPPT, dan Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.”
4
Selanjutnya, Salah satu hasil penelitian yang digunakan saat krisis akibat kebakaran
lahan gambut di Riau beberapa waktu lalu adalah pesawat hujan buatan, yang merupakan hasil
penelitian BPPT. Dalam sebuah wawancara awal, peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana Pejabat Humas BPPT mengambil langkah dalam mengelola informasi terkait aksi
humas terhadap pemberitaan tersebut. Humas BPPT memanfaatkan Forum Wartawan
Teknologi guna menyebarluaskan isu kegiatan terkini dari pelaksanaan Operasi Teknologi
Modifikasi Cuaca BPPT.
Lokasi penelitian berikutnya adalah LAPAN. Informasi mengenai keantariksaan yang
4
Wawancara dengan Surya Pratama, S.Sos, M.Si, Kepala Sub Bagian Hubungan Media dan Pengaduan Masyarakat,
Bagian Humas BPPT, 21 Nopember 2015
dikeluarkan oleh LAPAN belum tentu penting bagi publik, sekalipun informasi itu adalah
informasi penting. Kemampuan Pejabat Humas LAPAN diuji dalam hal ini, untuk menarik minat
dan mengedukasi publik terhadap kemampuan LAPAN dalam bidang keantariksaan dan
penerbangan nasional.
Pekerjaan Humas Pemerintah tidak selesai hanya dengan mengundang wartawan
dalam konferensi pers, melakukan publikasi, mendiseminasikan informasi melalui media
sosial. Dalam melakukan tugasnya, para petugas Humas Pemerintah juga harus berfikir strategis,
berdasarkan pengalaman-pengalaman komunikasi yang pernah dihadapi. Karena itu,
penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pejabat struktural maupun fungsional terkait
pengelolaan informasi Iptek. Pengalaman komunikasi tersebut, selanjutnya menjadi
kontribusi dalam menentukan pengembangan strategi penguatan kapasitas SDM Humas
Pemerintah.
TEORI DAN METODOLOGI Humas Pemerintah
Berkembangnya profesi Humas memunculkan bidang-bidang kekhususan di
dalamnya. Morissan 2010:32 mengklasifikasikannya menjadi lima bidang,
yaitu Publisitas, Public Affairs, Pemasaran, Manajemen Isu, dan Lobi. Selanjutnya, Public
Affairs melahirkan tiga bidang kekhususan, yaitu community relations, government relations, dan
industrial relations. Dalam perkembangannya, Profesi Humas Pemerintah mengalami dinamika
perubahan yang cukup signifikan, khususnya di Indonesia, mulai era 1990an. Penyebutan
individu yang berprofesi sebagai Humas Pemerintah bahkan belum disadari harus dengan
istilah yang mana. Pakar Ilmu Komunikasi, Frank Jefkins menyebutkan:
“Public Relations dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘Hubungan Masyarakat’,
disingkat ‘PR’. Istilah ‘seorang PR’ a PR yang terlanjur populer itu harus dihindari karena pada
dasarnya memang keliru. Seorang praktisi PR tidak sama dengan PR yang merupakan suatu
438
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
bidang kegiatan bukan orang yang sangat luas. Praktisi PR sering disebut sebagai PR Officer
PRO” Jefkins, 2003:426
Selanjutnya, pernyataan berikut ini juga mencoba menjelaskan sebutan bagi individu Humas
Pemerintah: “Spesialis PR pemerintah biasanya disebut
Pejabat Public Affairs di Amerika Serikat dan pejabat informasi atau penerangan, atau pejabat
humas di negara lain adalah penghubung penting antara rakyat dan pemerintah. Diversitas
kehlian teknis, tujuan organisasional dan aktivitas publik dari fungsi public affairs
pemerintah adalah lebih besar ketimbang praktik PR tradisional dan atau khusus. Puncak
perbedaannya adalah pada peran advokasi publik yang dimainkan oleh komunikator pemerintah
untuk pembuat keputusan pemerintah. Praktisi Public Affairs dewasa ini harus menguasai seni
dan keahlian berkomunikasi yang baik dan harus memahami secara menyeluruh kultur, kebijakan,
praktik, dan konstituen organisasi.” Cutlip, Center, Broom, 2006: 465
Pemahaman PR diartikan sebagai fungsi manajemen yang memiliki kekhasan dan sarat
dengan aktivitas komunikasi. Hal tersebut dijelaskan dalam pernyataan berikut:
“PR adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung publiknya, menyangkut aktivitas
komunikasi, pengertian penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam
menghadapi persoalan permasalahan, membantu manajemen untuk mau menanggapi opini publik;
mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif,
bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan
penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.” Ruslan,
2007:16 Pengalaman Komunikasi
Terminologi “pengalaman” merujuk pada kumpulan peristiwa yang dilewati atau
dilakukan secara sadar dan terekam dalam benak seseorang. Pengalaman komunikasi Pejabat
Humas Pemerintah yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah rangkaian peristiwa yang
dialami, dirasakan, atau dihadapi selama mereka melakukan komunikasi, khususnya kehumasan.
Melalui pengalaman tersebut Pejabat Humas Pemerintah memiliki pengetahuan, dan
pengalaman yang berkaitan dengan fenomena profesinya saat ini. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bahwa: “... all objects of knowledge must conform to experience” dan “... all
knowledge and experience are connected to phenomena”. Selanjutnya, Moustakas juga
menjelaskan bahwa sebuah proses sistemik berlangsung ketika individu berinteraksi dengan
dan melalui simbol-simbol untuk mengintepretasikan sebuah makna tertentu: “... a
systemic process in which individuals interact with and through symbols to create and interpret
meanings” Moustakas, 1994: 44.
Pengalaman merupakan interaksi alat inderawi dengan cara melihat, merasakan,
mendengar, menghirup, mengecap, melibatkan proses intepretasi individu dalam hal pertukaran
makna dalam bentuk simbol, kata-kata, dan bahasa, yang menghasilkan sebuah pengetahuan,
dan dapat dipanggil ulang. Kemampuan individu dalam memaknai fenomena dan
mengintepretasikan makna simbol, tanda, gambar, kata-kata, dan bahasa tidaklah sama.
Komala 2012 menjelaskan: “… setiap pengalaman memiliki karakteristik
yang berbeda, meliputi apa dan bagaimana pengalaman tersebut membedakan suatu
pengalaman tertentu dengan pengalaman yang lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka
berkaitan dengan penelitian ini, pengalaman- pengalaman komunikasi yang dimiliki oleh
praktisi PR akan dikategorisasikan menjadi jenis- jenis pengalaman tertentu”. Komala, 2012:95
Pengalaman setiap Pejabat Humas Pemerintah yang dipilih menjadi informan penelitian ini
berbeda satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan latar belakang mereka yang berbeda satu sama
lain. Latar belakang yang dimaksud adalah budaya, pendidikan, jenis kelamin, usia, dan
lingkungan tempat tinggalnya selama ini. Dengan demikian, informan penelitian dalam
kajian fenomenologi dengan paradigma konstruktivis dipandang unik dengan
pengalaman mereka yang tidak selalu kondusif, seperti dalam pendapat berikut:
439
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016