METODOLOGI PENELITIAN coli apmg
5 Peralatan Konverter Kit
Peralatan konverter kit adalah peralatan yang digunakan untuk menyalurkan gas dari
tabung LPG ke dalam saluran udara mesin diesel untuk dicampur dengan solar di dalam
ruang bakar, pada ujicoba pada pnelitian ini digunakan konverter kit sesuai dengan gambar
15. Peralatan konversi ini terdiri dari :
Tabung LPG 3 Kg12 Kg Regulator LPG
Alat ukur tekanan LPG Selang LPG Tekanan Tinggi
Selang LPG tekanan rendah Katup pengatur aliran Power Valve
Katup utama Main Valve Flow Meter Gas
Pencampur LPG dan udara Gas-Air Mixer. Oktavian, 2011
C. Data Hasil Ujicoba Skala Lapangan 1
Ujicoba Skala Lapangan Menggunakan Bahan Bakar Solar 100
Hasil pengambilan data dari ujicoba skala lapangan menggunakan sampel mesin diesel dan
kapal nelayan di laut dengan menggunakan bahan bakar solar 100 pada putaran mesin
1000 rpm, 1200 rpm, 1400 rpm dan 1600 rpm dengan mengambil data konsumsi bahan bakar
dan jarak tempuh dalam waktu 2 jam, dengan rincian pada tabel 3.
Berdasarkan hasil ujicoba skala lapangan dengan menggunakan sampel mesin diesel dan
kapal nelayan di laut dengan bahan bakar solar 100 didapatkan nilai variabel konsumsi bahan
bakar rata-rata selama dua jam dan kemudian konsumsi bahan bakar dikonversi konsumsi
bahan bakar per jam, dengan rincian pada tabel 4.
Dari data jarak dan waktu tiap putaran mesin maka didapatkan nilai rata-rata kecepatan
kapal dalam satuan knot, dengan rincian pada tabel 5.
Foto saat ujicoba skala lapangan menggunakan sampel mesin diesel dan kapal
nelayan di laut dengan menggunakan bahan bakar solar 100 terdapat pada gambar 16.
2 Ujicoba Skala Lapangan Menggunakan
Bahan Bakar Dual-Fuel Hasil pengambilan data dari ujicoba skala
lapangan dengan menggunakan sampel mesin diesel dan kapal nelayan di laut dengan
menggunakan bahan bakar dual-fuel pada putaran mesin 1000 rpm, 1200 rpm, 1400 rpm
dan 1600 rpm dengan mengambil data konsumsi bahan bakar dan jarak tempuh dalam waktu 2
jam, dengan rincian pada tabel 6.
Berdasarkan hasil ujicoba skala lapangan dengan menggunakan sampel mesin diesel dan
kapal nelayan di laut dengan bahan bakar dual- fuel didapatkan nilai variabel konsumsi bahan
bakar rata-rata selama dua jam dan kemudian dikonversi konsumsi per jam. Dan kemudian
membandingkan data pemakaian bahan bakar solar dual-fuel dengan bahan bakar solar 100 ,
maka didapatkan persentase penghematan pemakaian bahan bakar solar, dengan rincian
pada tabel 7.
Nilai variabel konsumsi bahan bakar solar 100 rata-rata selama dua jam dan nilai
variabel konsumsi bahan bakar dual-fuel, selanjutnya dibuatkan diagram pada gambar 1.
Dari data penghematan konsumsi bahan bakar, dapat diketahui bahwa solar yang dapat
digantikan LPG dalam penggunaannya adalah sebesar 40,05 dari keseluruhan pemakaian
bahan bakar solar 100 . Sehingga bisa disajikan juga diagram prosentase penghematan
biaya operasional dengan pemakaian bahan bakar dual-fuel pada gambar 2.
Penghematan biaya operasional kegiatan menangkap ikan yang sesuai dengan hasil
ujicoba skala lapangan, dengan membandingkan biaya yang digunakan saat ujicoba skala
lapangan dengan bahan bakar solar 100 dengan bahan bakar dual-fuel dapat dihitung,
dengan rincian seperti pada tabel 8.
137
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Dari data jarak dan waktu tiap putaran mesin maka didapatkan nilai kecepatan rata-rata
kapal dalam satuan knot, dengan rincian pada tabel 9.
Nilai variabel kecepatan rata-rata kapal pada operasional kegiatan menangkap ikan dengan
bahan bakar solar 100 dan nilai variabel kecepatan rata-rata kapal pada operasional
kegiatan menangkap ikan dengan bahan bakar dual-fuel dapat dibuatkan diagram pada gambar
3.
Foto saat ujicoba skala lapangan menggunakan sampel mesin diesel dan kapal
nelayan di laut dengan menggunakan bahan bakar solar dual-fuel terdapat pada gambar 17.
D. Data Perhitungan Ekonomis Penggunaan Bahan Bakar Solar 100 Dan Dual-Fuel
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, maka diperoleh data konsumsi bahan
bakar untuk mesin kapal nelayan saat kegiatan operasional menangkap ikan dengan
menggunakan bahan bakar solar 100 dan diasumsikan harga solar Rp. 5.150,-liter sesuai
harga resmi Pertamina per tanggal 01 Oktober 2016. Putaran mesin bervariasi dan kontinyu
tergantung kondisi nelayan di lapangan saat operasional menangkap ikan. Jarak yang
ditempuh para nelayan pada satu kali operasional penangkapan ikan dengan jarak yang berbeda-
beda, namun dengan waktu yang hampir sama. Didapatkan total jarak tempuh dan kecepatan
rata-rata dalam satuan knot, dengan rincian pada tabel 10. Nilai pendapatan bersih dan konsumsi
bahan bakar nelayan mengacu pada biaya rata- rata operasional dengan menggunakan bahan
bakar solar 100 , dengan rincian pada tabel 11. Perhitungan nilai ekonomis penggunaan
bahan bakar dual-fuel pada mesin diesel kapal nelayan berdasarkan asumsi pemakaian bahan
bakar dual-fuel untuk kapal nelayan dengan menggunakan data hasil wawancara dengan
nelayan dan data dari ujicoba skala lapangan menggunakan bahan bakar dual-fuel, dan
membandingkan bahan bakar solar 100 dan dibandingkan jika menggunakan bahan bakar
dual-fuel, dengan harga solar Rp. 5.150,-liter dan LPG 3 Kg Rp. 14.400,-tabung, sesuai harga
resmi Pertamina per tanggal 01 Oktober 2016. Sehingga didapat nilai konsumsi bahan bakar
dan biaya operasional dengan asumsi menggunakan bahan bakar dual-fuel, dengan
rincian pada tabel 12.
Dari perhitungan tersebut , dihasilkan nilai variabel konsumsi bahan bakar solar 100
dan nilai variabel konsumsi bahan bakar dual- fuel sehingga dapat dibuat diagram konsumsi
bahan bakar pada gambar 4. Sedangkan nilai variabel biaya operasional nelayan dengan
bahan bakar solar 100 dan nilai variabel biaya operasional nelayan dengan bahan bakar
dual-fuel dapat dibuat diagram pada gambar 5.
Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi bahan bakar nelayan yang mengacu pada
penggunakan bahan bakar solar 100 , dibandingkan dengan asumsi biaya rata-rata
operasional dengan menggunakan bahan bakar dual-fuel, maka didapat penghematan rata-rata
biaya operasional sebesar Rp. 12.896,94, dengan rincian pada tabel 13.
Nilai variabel biaya operasional nelayan dengan bahan bakar solar 100 dan asumsi
pemakaian bahan bakar dual-fuel dapat dibuatkan diagram pada gambar 6.
E. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan
Karakteristik nelayan di Indonesia digambarkan sebagai suatu mata pencaharian
rumah tangga ekonomi sedang ke bawah, Dengan melihat sampel data statistik pendidikan
di Kabupaten Wakatobi sesuai table 14 dan hasil wawancara, tingkat pendidikan KK dan
istri umumnya hanya tamatan SD. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan nelayan
sulit untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal dan selain alasan bahwa mata
pencaharian nelayan merupakan warisan dari orang tuanya, akhirnya harus bekerja di sektor
non formal, dimana dalam mendapatkan penghasilan tidak menentu. Suami yang bekerja
sebagai nelayan kebanyakan istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga. Dengan jumlah
anggota keluarga rata-rata 5 orang.
Pendapatan rata-rata dari nelayan dengan asumsi melakukan operasional penangkapan
ikan 15 kali perbulan, adalah sebesar Rp.
138
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
1.872.375,- dan mayoritas nelayan memiliki pendapatan per kapita sedikit diatas garis
kemiskinan BPS. Berdasarkan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS garis kemiskinan
BPS untuk nasional pada tahun 2014 adalah Rp 312.328,00 per bulan, maka nelayan tersebut
tergolong menengah kebawah. Pendapatan nelayan hanya cukup untuk membeli kebutuhan
pangan sehari-hari, tanpa mempertimbangkan aspek kecukupan gizi dan sering ikan hasil
tangkapan hanya cukup makan rumah tangga nelayan itu sendiri. Karena keterbatasan
ekonomi itulah banyak nelayan tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi, banyak diantara anak-anak tersebut yang hanya sampai SMP ataupun hanya mampu
menamatkan hingga jenjang sekolah dasar. Pendapatan nelayan sebagian besar dihabiskan
untuk mengkonsumsi bahan pangan, oleh karena itu kenaikan harga pangan dan bahan bakar
sekecil apapun sangat berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari.
Dikarenakan nelayan sulit untuk meningkatkan pendapatannya, terutama jika kondisi sedang
mengalami cuaca buruk, maka satu-satunya cara untuk mensiasatinya, maka pemakaian LPG
yang memiliki nilai ekonomis yang lebih baik dari solar sangat dimungkinkan.
Dari Tabel 12, terlihat asumsi setelah menggunakan bahan bakar dual-fuel, maka
pembelian solar untuk operasional penangkapan ikan mengalami penurunan, karena selain
membeli solar juga untuk membeli LPG, dan berdasarkan hasil perhitungan, penggunaan
bahan bakar dual-fuel
memang dapat mengurangi persentase pengeluaran nelayan
untuk membeli bahan bakar untuk operasional kegiatan menangkap ikan, walaupun hanya
sedikit. Minimnya penghematan biaya operasional kegiatan menangkap ikan kapal
nelayan, karena saat ini harga solar Rp. 5.150,- liter dan harga LPG Rp. 14.400,-3 Kg. Namun
hal ini tentu akan berubah tergantung dengan harga solar yang akan cenderung naik
terpengaruh dengan menipisnya cadangan minyak bumi dan situasi politik di timur tengah.
Pada Tabel 13, dapat dilihat adanya penghematan pengeluaran nelayan per harinya
untuk pembelian solar rata-rata sebesar Rp. 12.896,94,- atau per bulannya sebesar Rp.
193.469,1,-setelah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan bahan bakar dual-fuel. Hal ini terlihat adanya penurunan biaya
operasional kegiatan menangkap ikan kapal nelayan untuk menangkap ikan. Dari hasil
wawancara dengan nelayan, mereka berharap dengan adanya penurunan biaya operasional
sehingga selisih penghematan biaya operasional bisa ditabung ataupun bisa untuk dijadikan uang
saku anak-anaknya saat bersekolah.
Namun persepsi dari nelayan jika akan menggunakan sistem dual-fuel, sebenarnya
mereka menyatakan setuju bahwa sistem dual- fuel mampu mengurangi pengeluaran untuk
biaya operasional, karena mereka berpikir suatu saat harga solar pasti akan melambung tinggi
seiring dengan menipisnya cadangan minyak bumi. Selain melakukan wawancara, juga
dilakukan pemberian informasi tentang keuntungan dalam memakai sistem dual-fuel,
yang mana pemakaian bahan bakar dual-fuel lebih ekonomis dibandingkan dengan memakai
bahan bakar solar 100 . Selain itu proses pembakaran didalam silinder mesin juga
menjadi lebih bersih dan cepat karena nilai kalor spesifik LPG mencapai 46,1 MJKg. Nelayan
yang diwawancarai cenderung menyatakan setuju untuk memakai bahan bakar dual-fuel
karena banyak keuntungan dan manfaat yang akan didapat. Namun, menurut kami perlu
diadakan sosialisasi penggunaan sistem dual- fuel, dikarenakan banyak nelayan telah
bertahun-tahun menggunakan bahan bakar solar dan telah nyaman menggunakannya.
Wawancara mengenai perbandingan penggunaan solar dan LPG menunjukkan
beberapa hasil utama yaitu bahwa nelayan yang menggunakan solar ada yang tidak bersedia
beralih ke LPG dikarenakan alasan mahal, bahaya, serta tidak mudah dalam memperoleh.
Sebagai imensi sosial dan ekonomi, hendaknya hal ini mendapat perhatian pemerintah supaya
kebijakan dan program untuk konversi BBM dan BBG bisa diterima dan diaplikasikan oleh
banyak nelayan, selain dengan sosialisasi, pemberian peralatan konversi secara cuma-
Cuma, dan tidak lupa dalam penyedian LPG yang murah dan mudah.
139
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016