METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau metode kualitatif exploratif dan
unit analisisnya adalah industri PLTS. Nara sumber penelitian adalah manajemen dari
perusahaan terpilih purposive sampling untuk memperoleh data primer terkait dengan investasi,
produksi, dan interaksi ekonomi dengan kelembagaan lain maupun pemerintah. Hasil
pengumpulan data indept interview di narasikan dan dikelompokkan sesuai dengan kerangka
analitik agar dapat dianalis. Analisis data menggunakan teknik matriks dari industri terpilih
sehingga dapat memberikan gambaran kapabilitas teknologi dari perusahaanindustri
PLTS tersebut di Indonesia. Selanjutnya untuk mendukung analisis digunakan juga data
sekunder dari hasil penelusuran data melalui kepustakaan seperti publikasi buku, jurnal
nasional dan internasional, online journal, prosedings dan lainnya.
HASIL dan PEMBAHASAN a.
Pemanfaatan Energi Surya di Indonesia dan di Dunia
Industri PLTS di Indonesia secara umum dibedakan menurut bidang usahanya Tabel 2,
yaitu: 1 industri komponen dan perakitan, yaitu industri yang memproduksi komponen
photovoltaic PV dan merakitnya menjadi modul PV dan industri komponen lainnya; 2 industri
sistem PLTS, yaitu industri yang mengintegrasikan komponen menjadi sistem
PLTS; 3 industri komponen, perakitan, dan sistem PLTS, yaitu industri yang memproduksi
komponen PV, merakitnya dan mengintegrasikan menjadi sistem PLTS; dan 4 industri jasa, yaitu
perusahaan dagang sistem PLTS. Sigit, dkk 2014
Tabel 2
Industri PLTS Menurut Bidang Usaha di Indonesia
NO BIDANG USAHA
INDUSTRI KEGIATAN
PERUSAHAAN
1. Industri komponen dan
perakitan memproduksi
komponen dan perakitan
photovoltaic PV Tergabung dalam APAMSI, Asosiasi pabrikan modul surya
Nurrachman. 2013 yaitu : PT Len Industri Persero, PT Adyawinsa Electrical Power, PT Surya Utama Putra, PT Swadaya Prima Utama,
PT Azet Surya Lestari, dan PT Wijaya Karya Intrade Energi.
2 Industri PLTS
memproduksi sistem PLTS
Diantaranya: PT. SEI, dan PT Len Industri, PT INTI 3
Industri Komponen, Perakitan, dan Sistem
PLTS memproduksi
komponen PV, merakitnya dan
mengintegrasikan menjadi sistem
PLTS Diantaranya: PT Len Industri dan PT SEI
4 Industri Jasa
perusahaan dagang sistem
PLTS Perusahaan dagang inportir diantaranya : PT. Sunergi Internusa
Pratama, PT Royal PV.
Dari tabel tersebut dapat ditunjukkan bahwa industri PLTS di Indonesia sudah tersedia,
baik untuk produksi komponen maupun industri PLTS sehingga jika memerlukan pembangunan
instalasi PLTS dapat terlayani. Industri PLTS ini berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan
pasar energi listrik dari energi surya, oleh karena itu lambatnya perkembangan industri PLTS
karena tuntutan atau peluang pasar PLTS saat ini masih relatif kecil. Pasar dominan dari industri
PLTS adalah pemerintah yang menyediakan dana untuk pembangunan instalasi PLTS melaui
kebijakan yang pelaksanaannya terkait dengan kebijakan PT Perusahaan Listrik Negara PLN.
Pemanfaatan energi surya untuk energi listrik di Indonesia relatif kecil, tercatat pada tahun 2014
kapasitas terpasang energi listrik dari sistem PLTS baru mencapai 9,02 MW dari total
kapasitas terpasang dari keseluruhan pembangkit listrik nasional di Indonesia sebesar 53.065,5
MW Kementerian ESDM. 2014. Adapun PLN sendiri mengelola instalasi PLTS dengan
kapasitas total sebesar 8,96 MW, baik milik sendiri atau yang disewa.
472
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Berlainan halnya dengan negara di Eropa seperti Jerman yang sudah mengandalkan
pemanfaatan energi surya untuk pembangkit listriknya. Negara Eropa lainnya juga turut andil
dalam pemanfaatan energi surya, seperti Itali, Inggris, Prancis, dan Spanyol. Saat ini negara
Cina merupakan negara terbesar dalam pemanfaatan energi surya untuk pembangkit
energi listrik. Pertumbuhan pemanfaatan energi surya sangat signifikan. Pada tahun 2014 negara
terbesar dalam pemanfaatan energi surya adalah Jerman, akan tetapi pada tahun 2015 negar Cina
merupakan negara terbesar yang kapasitas PLTS bertumbuh sebesar 15,2 GW. Demikian juga
dengan negara Jepang, Amerika, India dan Australia juga sudah memanfaatkan energi surya
ini untuk menghasilkan energi listrik menggunakan teknologi PV. Gambar 1.
Gambar 1
Pemanfaatan Energi Listrik dari Energi Surya pada beberapa negara
Dunia Adapun pemanfaatan energi listrik untuk
pembangkit listrik di dunia ditunjukkan pada Gambar 2. Peningkatan pemanfaatan energi surya
untuk PLTS relatif cepat, hampir mencapai 45 kali dalam kurun waktu 10 tahun.
Sumber: REN 21. 2016
Gambar 2
Statistik Pemanfaatan Energi Surya Menjadi Energi Listrik
Pertumbuhan pemanfaatan energi surya menjadi energi listrik tentunya tidak dapat
dilepaskan dari ketersediaan dana untuk investasi dan teknologinya. Perkembangan teknologi
PLTS di dunia menunjukkan bahwa investasi teknologi PLTS cenderung terus meningkat Ren
21. 2016. Pada tahun 2015 investasi teknologi energi surya sebesar US16,1 miliar dan pada
tahun 2015 menjadi US161,0 miliar atau 10 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun.
Demikian juga investasi pada penelitian teknologi maupun pengembangan dan
komersialisasinya. Tercatat bahwa untuk penelitian teknologi energi terbarukan pada skala
dunia, sudah terserap dana sebesar US5.1 miliar pada tahun 2005 dan pada tahun 2015 menjadi
US11,7 miliar, atau meningkat dua kali lipat. Adapun untuk pengembangan dan komersialisasi
teknologi energi terbarukan sudah mencapai US0,6 miliar pada tahun 2005 dan pada tahun
2015 sudah mencapai US1,3 miliar.
b. Kapabilitas Teknologi Perusahaan
Industri Sistem PLTS di Indonesia
Tiga perusahaan besar sistem PLTS sudah dipilih sebagai responden pada penilaian
kapabilitas teknologi industri PLTS. Dua diantaranya adalah industri yang membangun
sistem PLTS dan memproduksi sebagian komponen PLTS, adapun satu perusahaan
lainnya merupakan inportir komponen sistem PLTS dan membangun sistem PLTS. Profil dan
kapabilitas dari ke tiga perusahaan ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan X Perusahaan ini berlokasi di Bandung dan
sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia bisnis sistem PLTS seperti: membangun sistem
hibrid PV-diesel, yaitu sistem pembangkit tenaga listrik yang menggabungkan energi surya dan
diesel diantaranya di Sulawesi; sistem hibrid PV- Wind-Desel, yaitu sistem pembangkit tenaga
listrik yang menggabungkan energi surya, angin, dan bahan bakar solar diantaranya di Jawa dan
Nusa Tenggara ; sistem PLTS untuk kebutuhan industri dan kantor, yaitu sistem pembangkit
energi listrik dari tenaga surya diantaranya di jawa dan Kalimantan; Lampu penerangan jalan
diantaranya di Jawa; sistem PLTS yang
Sumber: REN 21. 2016
473
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
terhubung dengan jaringan PLN diantaranya di Bali dan Nusa Tenggara.
Hasil penilaian kapabilitas teknologi perusahaan X ini menunjukkan bahwa
perusahaan sudah mampu untuk membangun sistem PLTS yang berdiri sendiri atau sistem
PLTS untuk memasok PLN serta sistem PLTS yang menggabungkan beberapa sumber energi
untuk menghasilkan listrik sistem hibrid. Lebih jauh kapabilitas teknologi dari perusahaan ini
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3
Kapabilitas Teknologi Perusahaan X
Kapabilitas Teknologi
INVESTASI • AWARENESS:
Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan industri komponen di dalam dan luar negeri untuk membangun sistem PLTS, diantaranya dengan perusahaan di Cina dan Jerman
sehingga mutu dan harganya relatif dapat bersaing. • SEARCH
Perkembangan teknologi di dunia selalu diikuti oleh perusahaan agar sistem PLTS yang dibangun berkualitas. Perusahaan komponen dari beberapa negara menjadi mitra mereka
untuk memperoleh informasi perkembangan teknologi ini. • ACCESING SELECTING TECHNOLOGY
Untuk mengintegrasikan suatu sistem PLTS dari beberapa komponen seperti PV array, trafo dan komponen lainnya tidaklah mudah, hal tersebut dapat dilakukan jika spesifikasi
komponen-komponen tersebut sudah sesuai terkait kapasitas luaran energi listrik yang diharapkan dan potensi sumber daya surya di daerah tersebut. Oleh karena itu perusahaan X
sudah memiliki kemampuan untuk menilai dan memilih teknologi komponen PLTS yang akan digunakan. Hal mana pada sisi yang lain menuntut adanya kerjasama dengan
perusahaan komponen PLTS di dalam dan luar negeri.
PRODUKSI • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE
Perusahaan bekerjasama dengan perusahaan pemasok mesin produksi di Jerman, dan mengembangkan sendiri sistem PLTS sesuan kondisi lingkungan yang ada, walaupun
demikian sampai saat ini konsep dari pengembangan sistem PLTS belum dijual ke perusahaan sejenis untuk menjaga nilai keunggulannya.
Pada sisi yang lain perusahaan juga mengoperasikan sistem PLTS on grid, aatau daya luarannya listrik di jual ke PLN. Pengalaman mengelola sistem PLTS merupakan salah
satu kompetensi yang dibangun terkait manajemen perawatan untuk sistem PLTS.
• LEARNING Mereka perusahaan melakukan peningkatan kualitas produksi melalui pembelian mesin
mesin produksi kebijakan impor sehingga perusahaan memiliki teknologi baru untuk sistem PLTS. SDM karyawan memperoleh peningkatan kompetensi melalui pembelajaran
di lapangan serta didukung oleh program training dan pelatihan di dalam dan luar negeri.
• TECHNOLOGY STRATEGY Sampai saat ini strategi teknologi perusahaan berorientasi pasar, sehingga pengembangan
teknologi sistem PLTS sesuai dengan kebutuhan pasar. • TECHNOLOGY ACQUISITION
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakuisisi teknologi karena sudah membangun jejaring kerjasama dengan beberapa perusahaan komponen di dalam dan luar negeri. Jadi
perusahaan tidak sekedar membeli komponen, akan tetapi juga mendapatkan teknologinya agar pada saat integrasi sesuai dengan komponen lainnya.
• IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY Pengembangan teknologi sistem PLTS disesuaikan dengan permintaan konsumen dan
potensi energi surya yang tersedia. EKONOMI LINGKAGE
• EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES INCENTIVES Perusahaan sudah membangun jaringan kerjasama dengan perusahaan pemasok di dalam
dan luiar negeri. Perusahaan juga membangun kerjasama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi, terutama pada kegiatan seminar dan pelatihan. Pada sisi yang lain,
perusahaan juga memberikan menyediakan jasa pelatihan bagi pelanggannya terutama untuk manajemen perawatan dan jasa perbaikan penggantian komponen jika perlu.
Sumber: diolah dari Sigit, dkk. 2014
474
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
2. Perusahaan Y Perusahaan ini berlokasi di Jawa Barat
dan merupakan salah satu badan usaha milik negara. Perusahaan ini selain memproduksi
sistem PLTS dan sebagain komponennya, juga membangun sistem elektronika untuk pertahanan,
pemancar TV dan radio, serta jaringan infrastruktur telekomunikasi, dan bidang
elektronika untuk industri lainnya. Perusahaan ini memasok komponen Sistem PLTS untuk
perusahaan integrator di Indonesia, mereka memiliki pabrik komponen yang sampai saat ini
terus berkembang. Perusahaan Y sudah memproduksi beberapa sistem PLTS untuk
konsumen, diantaranya adalah panel surya, sistem PLTS terpusat, sistem PLTS Solar Home
System, Lampu penerangan jalan, KWH meter pra bayar. Untuk mengembangkan kapabilitas
teknologinya mereka juga sudah bekerjasama dengan lembaga litbang di dalam negeri serta
perusahaan industri komponen PLTS di luar negeri, diantaranya perusahaan dari negara
Jerman, Cina, Jepang, Inggris, dan Canada.
Seperti halnya dengan PT X, hasil penilaian kapabilitas teknologi perusahaan Y ini
menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu untuk membangun sistem PLTS yang berdiri
sendiri dan sistem hybrid. Tabel 4 menunjukkan hasil penilaian kapabilitas teknologi dari
perusahaan Y tersebut
Tabel 4
Kapabilitas Teknologi Perusahaan Y
Kapabilitas Teknologi
INVESTASI • AWARENESS:
Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan lembaga litbang dan perguruan tinggi di Indonesia, seperti kerjasama dengan perguruan tinggi untuk menghasilkan modul PV salah
satu bagian penting dalam sistem PLTS yang lebih efisien. Mereka juga mengembangkan sistem PLTS dengan perusahaan komponen modul di luar negeri. Lebih jauh perusahaan
membangun kerjasama dengan perusahaan internasional untuk memproduksi komponen PLTS seperti dengan negara Taiwan dan Singapura. Kerjasama ini umumnya untuk produksi
modul PV.
• SEARCH Perusahaan selalu mengikuti perkembangan teknologi di dunia, terutama untuk modul PV
yang lebih efisien. Beberapa perusahaan luar negeri yang menjadi mitra mereka umumnya dari negara Jerman dan Cina, akan tetapi mereka juga membangun kerjasama dengan negara
eropa lainnya serta negara Singapura dan Taiwan.
• ACCESING SELECTING TECHNOLOGY Saat ini perusahaan juga membangun pasar luar negeri untuk produk komponen dan sistem
PLTS, baik pasar di negara Eropa atau Amerika agar industri ini dapat tumbuh lebih baik. Untuk kebutuhan tersebut, maka pertimbangan kualitas dan efisiensi produksi menjadi
perhatian agar tercapainya daya saing yang tinggi disamping investasi yang cukup tinggi untuk membangun pabrik. Perkembangan teknologi sel surya dan modul surya saat ini
sangat cepat, oleh karena itu pemilihan teknologi mana yang akan dipilih menjadi penting agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk sejenis. Kesepakatan dengan
industri dari luar negeri untuk membangun pabrik dengan modal bersama menjadi pilihan agar pengembangan teknologi serta pasar dapat berjalan seiring.
PRODUKSI • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE
Perusahaan bekerjasama dengan perusahaan pemasok mesin produksi di luar negeri, dan mengembangkan sendiri sistem PLTS sesuai kondisi lingkungan yang ada, walaupun
demikian sampai saat ini konsep dari pengembangan sistem PLTS belum dijual ke perusahaan sejenis untuk menjaga nilai keunggulannya. Selanjutnya perusahaan juga
membangun pabrik komponen yang bekerjasama dengan industri luar negeri untuk peningkatan kapabilitas teknologi dan perluasan pangsda pasarnya.
• LEARNING Perusahaan melakukan peningkatan kualitas produksi melalui kerjama dengan lembaga
litbang dan perguruan tinggi. Pada kegiatan ini karyawan melakukan kegiatan penelitian bersama dengan peneliti Perguruan tinggi untuk membangun modul komponen PLTS yang
baru. Peningkatan kompetensi teknologi juga dilakukan melalui jejaring kerjasama antar perusahaan di luar negeri terkait pemilihan teknologi untuk integrasi dari sistem PLTS.
• TECHNOLOGY STRATEGY Sampai saat ini strategi teknologi perusahaan berorientasi pasar, oleh karena itu investasi
pada pabrik komponen dilakukan sangat hati-hati terkait perkembangan teknologinya yang relatif cepat dan persaingan pasar. Salah satu solusi untuk mengurangi resiko kegagalan
investasi teknologi tersebut adalah membangun pabrik bermitra dengan industri dari luar
475
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
negeri baik investasi modal maupun teknologinya sehingga teknologi dapat diandalkan serta pangsa pasarnya juga dapat diperluas.
• TECHNOLOGY ACQUISITION Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakuisisi teknologi karena sudah membangun
jejaring kerjasama dengan beberapa perusahaan komponen di dalam dan luar negeri. Jadi perusahaan tidak sekedar membeli komponen, akan tetapi juga mendapatkan teknologinya
agar pada saat integrasi sesuai dengan komponen lainnya.
• IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY Pengembangan teknologi sistem PLTS disesuaikan dengan permintaan konsumen dan
potensi energi surya yang tersedia. EKONOMI LINGKAGE
• EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES INCENTIVES Perusahaan sudah membangun jaringan kerjasama dengan perusahaan pemasok di dalam
dan luar negeri. Perusahaan juga membangun kerjasama dengan lembaga penelitian terutama pada kegiatan seminar dan pelatihan. Perusahaan juga membangun kerjasama
penelitian dengan lembaga litbang dan Perguruan Tinggi untuk mendapatkan teknologi baru sistem PLTS.
Sumber: diolah dari Sigit, dkk. 2014
3. Perusahaan Z Perusahaan Z adalah industri yang
mengembangkan sistem PLTS dari modulkomponen yang tersedia. Perusahaan ini
sendiri tidak memiliki pabrik untuk pengembangan PLTS, akan tetapi pengembangan
sistem PLTS mereka lakukan melalui kerjasama dengan industri komponen PLTSmodul PV.
Salah satu produk andalan mereka adalah kWH meter. Perusahaan sudah memiliki pengalaman
membangun sistem PLTS, baik di pulau Sumatera atau Kalimantan.
Secara lebih rinci kapabilitas teknologi perusahaan ini dinilai berdasarkan konsep
kapabilitas dari Lall dan Khamseh diperlihatkan pada Tabel 5
Tabel 5
Kapabilitas Teknologi Perusahaan Z
Kapabilitas Teknologi
INVESTASI • AWARENESS:
Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan industri komponen di dalam dan luar negeri untuk membangun sistem PLTS. Kemampuan untuk mengintegrasikan komponenmodul
PV menjadi andalan mereka sebagai perusahaan sistem integrator. • SEARCH
Perusahaan mengikuti perkembangan teknologi PLTS di dunia, sehingga sistem PLTS yang dibangun relatif berkualitas dan sesuai dengan permintaan konsumen. Perusahaan
komponen di dalam negeri dan luar negeri menjadi mitra mereka untuk pasokan komponenmodul PV.
• ACCESING SELECTING TECHNOLOGY Perusahaan Z memproduksi sistem PLTS dengan mengintegrasikan beberapa komponen
seperti PV array, Inverter, trafo dan komponen lainnya. Untuk itu mereka memiliki kemampuan untuk menilai dan memilih produk dari industri komponen yang yang akan
digunakan. Hal mana menuntut adanya kerjasama dengan perusahaan komponen tersebut.
PRODUKSI • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE
Kompetensi perusahaan adalah keteknikan, sistem integrator dan pengembangan produk sendiri. Salah satu produknya adalah kWH meter. Perusahaan mengembangkan sendiri
sistem PLTS sesuai permintaan konsumen. • LEARNING
Peningkatan kualitas produksi sistem PLTS melalui pembelajaran di lapangan serta didukung oleh program training dan pelatihan di dalam dan luar negeri.
• TECHNOLOGY STRATEGY Sampai saat ini strategi teknologi perusahaan berorientasi pasar, sehingga pengembangan
teknologi sistem PLTS sesuai dengan kebutuhan pasar. • TECHNOLOGY ACQUISITION
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakuisisi teknologi karena sudah membangun jejaring kerjasama dengan beberapa perusahaan komponen di dalam dan luar negeri. Jadi
perusahaan tidak sekedar membeli komponen, akan tetapi juga mendapatkan teknologinya
476
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
agar pada saat integrasi sesuai dengan komponen lainnya. • IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY
Pengembangan teknologi sistem PLTS disesuaikan dengan permintaan konsumen dan potensi energi surya yang tersedia.
EKONOMI LINGKAGE • EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES INCENTIVES
Perusahaan sudah membangun jaringan kerjasama dengan perusahaan pemasok di dalam dan luar negeri. Perusahaan juga membangun kerjasama dengan lembaga penelitian dan
Perguruan Tinggi, terutama pada kegiatan seminar dan pelatihan. Dalam penyediaan sistem PLTS, perusahaan juga memberikan pelatihan bagi pelanggannya terutama pelatihan
manajemen perawatan dan jasa perbaikan penggantian komponen jika perlu.
Sumber: diolah dari Sigit, dkk. 2014
Berdasarkan Tabel 3, 4, dan 5 yang memuat penilaian kapabilitas teknologi industri
PLTS menunjukkan beberapa hal penting. Industri komponenmodul PV di Indonterian
Desa teringgal dan esia masih relatif belum berkembang. Pengembangan industri modul PV
lebih banyak dilakukan oleh badan usaha milik pemerintah. Pihak swasta masih enggan
membangun pabrik modul PV, demikian pula investor asing masih belum berminat untuk
membangun pabrik komponenmodul PV di Indonesia karena pasar PLTS masih relatif kecil.
Walaupun demikian, beberapa perusahaan di Indonesia masih berusaha untuk meningkatkan
kapabilitas teknologinya dengan cara bekerjasama dengan perusahaan asing untuk
membangun industri komponen PLTS di Indonesia investasimodal bersama dengan
harapan dapat juga memperluas pasarnya ke Eropa dan Amerika.
industri komponen lainnya membangun kapabilitas teknologinya melalui pembelian
mesin produksi, akan tetapi karena keterbatasan dana yang tersedia serta pasar dalam negeri yang
kurang baik maka mereka membatasi pembelian mesin produksi ini. Hasil diskusi dengan
narasumber dari beberapa perusahaan menunjukkan bahwa pasar PLTS sampai saat ini
adalah pemerintah. Dalam hal ini pemerintah menggunakan dana dari Angaran Pendapatan dan
Belanja Negara APBN yang dikeluarkan melalui Kementerian ESDM dan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Pada kasus ini ada kekhawatiran
industri komponenmodul PV untuk investasi terkait konsistensi kebijakan pemerintah dan PLN
sebagai operator terbesar pembangkit dan distribusi energi listrik ke masyarakat. Hal yang
dapat dipahami karena jangka waktu pengembalian investasi di industri ini relatif
lama, itupun dengan kapasitas terpasang yang terpenuhi.
Pada sisi yang lain industri integrasi PLTS sistem PLTS lebih dapat berkembang
karena mereka dapat membangun jaringan kerjasama dengan industri komponen di dalam
dan luar negeri untuk membangun kompetensinya dan memenuhi kebutuhan
produksi sistem PLTS sesuai tuntutan pelanggannya. Demikian juga dengan proses
pembelajaran dapat terlaksana melalui dukungan pelatihan dan pengalaman dalam membangun
sistem PLTS. Pilihan untuk kerjasama juga relatif banyak, akan tetapi pada saat ini teknologi dari
Cina dan Eropa lebih menarik terkait pada pertimbangan kualitas dan harga. Sementara
strategi teknologi terkait pengembangan teknologi sistem PLTS adalah kerjasama lebih
intens dengan industri komponen dalam negeri karena pembangunan sistem PLTS dari
pemerintah mensyaratkan komponen produksi dalam negeri dalam persentasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis dan pembahasan diatas adalah sebagai berikut;
1. Pengembangan industri komponen PLTS
modul PV dan komponen lainnya masih sangat bergantung pada potensi pasar di dalam
negeri. Dalam hal ini mereka tetap membangun kompetensinya melalui sinergi
dengan industri integrasi PLTS sebagai pemasok, akan tetapi karena pasarnya masih
rendah maka investasi di industri ini masih relatif kecil dan tidak semua komponen dapat
dipasok oleh industri komponen dalam negeri.
2. Beberapa industri komponen PLTS meningkatkan kompetensinya dengan cara
mendirikan industri komponen di Indonesia
477
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
melalui penyertaan modal dari industri komponen luar negeri
3. Industri komponen PLTS yang menyertakan modal asing pada gilirannya juga mempunyai
peluang yang lebih baik untuk memperluas pasar ke luar negeri seperti negara negara di
Eropa dan Amerika.
4. Industri sistem PLTS integrator sistem sampai saat ini masih dapat memenuhi
kebutuhan konsumen walaupun ada keterbatasan pasokan komponen dari industri
komponen dalam negeri.
5. Kerjasama dengan industri komponen di luar negeri meningkatkan kapabilitas industri
PLTS di Indonesia, walaupun demikian perlu dicermati bahwa untuk pasar dari pemerintah
terdapat kebijakan persentase minimal kandungan komponen lokal.
PUSTAKA
BPS. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Provinsi, 2000 – 2013. Badan Pusat Statistik
https:www.bps.go.id , diakses
Juni 2016 Chandra P. Putra, dkk. 2014. Analisa
Pertumbuhan Beban Terhadap Ketersediaan Energi Listrik di Sistem
Kelistrikan Sulawesi Selatan. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer 2014,
ISSN : 2301-8402
I.
Kementerian ESDM. 2016. 12.659 Desa Belum Berlistrik, Sudirman Said: Tahun 2016
Program Indonesia Terang Harus Berjalan. Kementerian Energi Dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia. SIARAN PERS NOMOR: 00017.Pers04SJI2016
Tanggal: 8 Maret 2016.
Khaleghi, Mohammad Saleh. 2014. Assesment Of Technological Capabilities in Casting
Industry Case Study: Behreezfooladan Company. Indian Journal of Fundamental
and Aplied Life Sciences, Vol 4 SI April- June.
Khamseh, Abbas and Noori, Ali. 2014. Measurement and Analysis of
technologycal Capabilities in Steel
Industry in Iran: Case Study: Khuzestan Oxin Steel. Indian Journal of Fundamental
and Aplied Life Sciences, Vol 4 SI April- June.
Lall, Sanjaya. 1992. Technological Capabilities and Industrialization. World Development,
Vol. 20, No. 2, pp. 165-186,1. Pergamon Press plc. Great Britain.
Peraturan Menteri ESDM No: 19 tahun 2016. 2016. Pembelian Tenaga Listrik Dari
Pembangkit Listrik Fotovoltaik Oleh PT Perusahaan Listrik Negara. Kementerian
Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Perindustrian RI No: 54M- IndPER32012. 2012. Pedoman
penggunaan produk dalam negeri untuk pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan. Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia. REN21. 2016. Renewables 2016 Global Status
Report. http:www.ren21.netwp-
contentuploads201606GSR_2016_Full_ Report.pdf
diakses September 2016 Sigit Setiawan, dkk. 2014. Studi Model Bisnis
Dan Kemampuan Teknologi Industri Plts Menuju Kemandirian Energi. Seri Laporan
Teknis Penelitian No. : 2015-01-01-08. pappiptek.lipi.go.id
webdownload.php?id...234594761...diaks es September 2016
Zaenudin, Lutfi. 2015. Industri Panel Surya: Apamsi Nantikan Beleid Rooftop Listrik.
Industri bisnis. http:industri.bisnis.com
. Diakses Juni 2016
478
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Model Keberhasilan Implementasi E-Services Sistem Layanan Berbasis Elektronik di Indonesia
Studi Kasus : Pemerintah Kota X
Darmawan Napitupulu
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Email : darwan.na70gmail.com
Keyword A B S T R A C T
Model, Conceptual, Development, E-Services,
Systematic Review Utilization of information technology in various sectors including the
government has changed the paradigm of existing services during this time. Procedures convoluted and very long queues as well as their illegal
fees just to get a simple service is a series of portraits of e-Government in Indonesia. Transformation of the traditional services into an electronic-
based service called e-Services is an innovative step to achieve public service system that is clean, easily accessible, quick and straightforward.
In other words, the demands of public service quality, effective and efficient can be reached via e-Services, which is part of the e-Government.
If traced further, various survey results show in Asia, Indonesia is far behind in the adoption of e-Government especially compared with
developed countries UNDESA, 2014; Waseda, 2015. So is the case at the national level, the implementation of e-Government is not yet optimal
PEGI, 2015. Various factors inhibiting such e-Government e-Leadership low, minimal human resources, to inadequate infrastructure. Therefore, in
this study developed a model of the successful development of e-Services in Indonesia. The method used is descriptive qualitative systematic review
and questioner-based survey. The model generated from this study can be a guide guidelines to support the success of electronic based services e-
services in the country.
Kata Kunci S A R I K A R A N G A N
Model, Konseptual, Pengembangan, E-Services,
Systematic Review Pemanfaatan Teknologi Informasi di berbagai sektor termasuk sektor
pemerintah telah mengubah paradigma layanan yang ada selama ini. Prosedur yang berbelit-belit dan antrian yang sangat panjang serta adanya
pungutan liar hanya untuk memperoleh layanan yang sederhana merupakan serangkaian potret e-Government di Indonesia. Tranformasi
layanan tradisional menjadi layanan berbasis elektronik yang disebut e- Services merupakan langkah inovasi untuk mewujudkan sistem layanan
publik yang bersih, mudah diakses, cepat dan tidak bertele-tele. Dengan kata lain tuntutan kebutuhan publik akan layanan yang berkualitas, efektif
dan efisien dapat tercapai melalui e-Services yang merupakan bagian dari e-Government. Jika ditilik lebih lanjut, berbagai hasil survey menunjukkan
di tingkat Asia, Indonesia jauh tertinggal dalam hal adopsi e-Government apalagi dibandingkan dengan negara maju UNDESA, 2014 ; Waseda,
2015. Begitu juga halnya di level nasional, implementasi e-Government belumlah optimal PeGI, 2015. Berbagai faktor penghambat e-
Government seperti e-Leadership yang rendah, sumber daya manusia yang minim, hingga infrastruktur yang kurang memadai. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dikembangkan model keberhasilan pengembangan e- Services di Indonesia. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan pedekatan systematic review dan survey berbasis kuesioner. Model yang dihasilkan dari penelitian ini dapat menjadi panduan guidelines
untuk mendukung keberhasilan layanan berbasis elektronik e-Services di tanah air.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
479
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016