LATAR BELAKANG Abstrak Makalah Terbaik

pendidikan. Sektor pendidikan belum termasuk ke dalam 12 sektor kerja prioritas yang mewakili lebih dari 50 perdagangan intra-ASEAN. Diperlukan penyetaraan kualifikasi profesional tenaga pendidik secara regional sebagaimana 8 profesi lainnya dalam MRA. Selain tantangan dalam mengajukan profesi tenaga pendidikan untuk masuk ke dalam MRA. Tantangan lainnya adalah ketika profesi tenaga pendidik telah mendapatkan pengakuan dalam MR yaitu pelaksanaan pengakuan yang telah disepakati. Faktor yang dapat menghambat implementasi yaitu diantaranya: 1 sulit untuk menyesuaikan kebijakan dan peraturan domestik untuk memenuhi ketentuan MRAs 2 Diperlukan dukungan politik dan publik untuk mendorong proses pengakuan meskipun akan ada kesulitan teknis dan memakan waktu dari tugas tersebut. 3 Faktor kunci lainnya yang membentuk proses migrasi memerlukan kerja sama dan aksi regional Sugiyarto Agunias, 2015. Tabel 4. Tingkat Komitmen MNP dalam Indeks Hoekman Sumber: Fukunaga Ishido, 2015 Setelah mendeskripsikan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan bagi tenaga pendidik dan industri pendidikan dalam kerangka MEA, selanjutnya penulis menganilisis SWOT terhadap kekuatan dan peluang SWOT-SO. Bagi tenaga pendidik memiliki kekuatan-peluang dengan memeberdayakan jumlah tenaga pendidik yang lebih besar dari tenaga profesional lainnya, mendorong tenaga pendidik untuk meningkatkan kompetensi, keahlian dan profesionalisme, memberikan dukungan pada program peningkatan kompetensi dan keahlian sehingga dapat berkompetisi dengan kualifikasi tenaga pendidik asing dari negara ASEAN lainnya, memberikan pelatihan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan baru yang diperlukan oleh tenaga pendidik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara bagi industri ipendidikan memiliki kekauatan dan peluang dalam meningkatkan kerjasama dengan industri baik di sektor pendidikan formal maupun informal dari negara ASEAN, membuaka peluang bagi penyedia pendidikan agar dapat menjaring objek pendidikan yang belum berpartisipasi, mengembangkan berbagai metode pendidikan, serta mengembangkan berbagai program pendidikan yang memanfaatkan tenaga pendidik dari dalam maupun luar negeri. Di sisi lain analisis juga melihat kelemahan dan tantangan SWOT-TW tenaga pendidik dan industri pendidikan dalam pengakuan MEA. Agar mendapatkan peluang sehingga teanga pendidik 525 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 diakui sebagai profesi dalam kerangka MEA, maka tenaga pendidik memerlukan infrastruktur yang memadai dan mencukupi bagi peningkatan kualitas tenaga pendidik. Perencanaan berbagai program untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik, terutama program yang mendorong tenaga pendidik untuk mampu berbahasa yang diakui secara internasional seperti bahasa Inggris dan Mandarin. Tantangan pemerintah dalam mencapai pengakuan profesi adalah penyusunan standarisasi kualifikasi tenaga pendidik ASEAN serta penyusunan MRA tenaga pendidik dengan kriteria bagi tenaga pendidik dari luar negeri yang dapat bekerja di Indonesia. Sementara dari sisi industri pendidikan, pemerintah perlu untuk menyelaraskan kerangka hukum antara UU pemodalan investasi dengan implementasi peraturan yang sifatnya lebih restriktif. Pemerintah juga perlu melakukan diplomasi agar sektor pendidikan menjadi sektor kerja prioritas MEA. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah juga perlu meningkatkan komitmen untuk membuka peluang bagi negara lain dalam berinvestasi di sektor pendidikan dengan regulasi yang tetap melindungi industri pendidikan dalam negeri. Salah satunya dengan menunjukan sikap yang lebih fleksibel pada investasi asing di bidang pendidikan seperti kemudahan bagi penyedia pendidikan untuk membuka usahanya di dalam negeri. Tantangan terakhir adalah memberi dukungan bagi para investor untuk membuka usaha di negara ASEAN.

7. KESIMPULAN DAN DISKUSI

Era globalisasi merupakan era keterbukaan yang tidak dapat dihindari oleh setiap negara. Globalisasi mendorong pertukaran barang dan jasa dari satu negara ke negara lain. Hal tersebut menjadi salah satu fokus Masyarakat Ekonomi ASEAN, kemudahan dalam akses terhadap ekonomi hingga rantai pasok memunculkan kebutuhan terhadap pergerakan tenaga profesional. Untuk mewadahi pergerakan atau free flow of skilled labour dibentuk suatu pengakuan terhadap tenaga profesional. Pengakuan ini tertuang dalam suatu kesepakatan yang disebut Mutual Recognition Arrangement MRA. Saat ini terdapat delapan profesi yang sudah mendapat pengakuan ASEAN. MRA memfasilitasi kegiatan impor beberapa jasa terutama berkontribusi bagi persaingan internasiona salah satunya melalui sektor jasa seperti pendidikan. Di sisi lain Indonesia memiliki potensi dalam sumber daya manusia, dengan populasi penduduk yang besar dan perhatian terhadap pendidikan yang semakin meningkat menjadikan pendidikan merupakan sektor yang penting di Indonesia. Namun pada saat ini, tenaga pendidik belum menjadi salah satu profesi yang mendapatkan pengakuan dalam MRA ASEAN. Pada dasarnya pendidikan adalah sektor yang memegang peranan penting untuk membentuk pemodalan manusia yang profesional, memiliki ketrampilan dan berdaya manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu peningkatan produktivitas di sektor pendidikan memberikan manfaat dalam menghasilkan sumber daya manusia berkualitas dan profesional yang mampu menggerakan roda perekonomian. Kapasitas pencetak tenaga pendidik di Indonesia sudah sangat baik, berdasarkan data pusdatin Kemenristekdikti program studi di bidang pendidikan lebih dominan di bandingkan program studi lainnya. Daya tarik sektor pendidikan juga terlihat dengan meningkatnya jumlah mahasiswa yang mengenyam pendidikan setiap tahunnya. Mahasiswa yang pada akhirnya menjadi lulusan yang berpotensi menjadi suplai tenaga profesional pendidik juga mengalami kenaikan selama kurun waktu lima tahun belakangan. Suplai tenaga pendidik ini kemudian mengisi pasar tenaga kerja dengan bekerja di lembaga-lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan formal. Berdasarkan data sakernas lebih dari 80 tenaga profesional merupakan tenaga pendidik yang melakukan kegiatan belajar mengajar. Dan perkembangannya positif dari tahun 2000 hingga tahun 2014. Hal ini merupakan potensi bagi Indonesia sebagai profesi yang dapat terserap dengan baik di pasar tenaga kerja. Namun kuantitas juga bergantung pula pada kualitas. Bagi tenaga pendidik, kualitas yang dimaksud adalah keprofesionalan, kompetensi, dan 526 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 kualifikasi. Permasalahan kualitas membutuhkan penyelesaian komprehensif yang menyangkut aspek kualitas seperti pembinaan, pelatihan profesi, perlindungan profesi, manajemen, kesejahteraan, dan fasilitas yang memadai. Potensi tenaga pendidik yang berkembang pesat secara kuantitas dan sektor pendidikan yang menjadi perhatian Indonesia menjadikan tenaga pendidik dan industri pendidikan sebagai sektor yang dapat profesional yang dapat dipertukarkan dalam skala regional terutama dalam kerangka MEA. Industri pendidikan meningkat karena terdapat kesenjangan suplai dan kebutuhan dalam negeri terkait penggunaan tenaga pendidi. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah kesenjangan pemberdayaan tenaga profesional antara kerangka regional dan nasional terutama terkait pada penyetaraan kompetensi. Pada masyarakat ekonomi ASEAN hal utama yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan industri pendidikan adalah penjaminan mutu dan kualitas kurikulum, serta pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam sistem pendidikan. Industri pendidikan memerlukan prosedur dan pedoman yang jelas dan tepat dalam pelaksanaan mobilitas tenaga pendidik dari ASEAN ke Indonesia. Deregulasi sektor pendidikan diharapkan dapat memberikan manfaat besar, mengingat sektor pendidikan sangat tergantung pada peningkatan mutu tersebut. Ketika tenaga pendidik diakui dalam MRA maka tantangannya terletak pada pelaksanaan kesepakatan tersebut. Faktor yang mempengaruhi implementasi MRA adalah pelembagaan, pelaksanaannya dalam agenda pemerintah, koordinasi antara asosiasi profesional tenaga pendidik dan pemerintah, serta menciptakan program yang komprehensif dalam pelaksanaan MRA. DAFTAR PUSTAKA Apresian, S. R. 2016. Arus Bebas Tenaga Kerja dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN : Ancaman bagi Indonesia ? Indonesian Perspective, 12, 15–29. ASEAN. 2015. ASEAN Economic Community Blueprint 2025. ASEAN. BPS. 2016. Survei Angkatan Kerja Nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia Forlap Dikti. 2016. Pangkalan Data Pendidikan Tingg., Kemenristekdikti Fukunaga, Y., Ishido, H. 2015. Values and Limitations of the ASEAN Agreement on the Movement of Natural Persons. ERIA Discussion Paper Series. Karwati, E. 2010. Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan: Refleksi Profesionalisme Guru di Era Globalisasi. In International Seminar Practice Pedagogic in Global Education Perspective pp. 1–16. UPI Press. http:doi.orgISSN 2086-8340 Kemendikbud, P. D. dan S. 2013. Indonesia Educational Statistics In Brief 20112012. I. Kintamani, Ed.. Jakarta. Kemendikbud, P. D. dan S. 2016. Indonesia Educational Statistics in Brief 20152016. E. Pandjaitan, Ed.. Jakarta. Manning, C., Aswicahyono, H. 2012. Perdagangan di Bidang Jasa dan Ketenagakerjaan : Kasus Indonesia Perdagangan di Bidang Jasa dan Ketenagakerjaan Kasus Indonesia. Nurhemi, Ibrahim, Widyatantri, F., Setyobudi, Andang, Widodo, T. 2015. Kesiapan Tenaga Kerja Terampil Indonesia di Sektor Jasa Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community AEC 2015. Sanaky, H. 2005. Sertifikasi dan Profesionalisme Guru di Era Reformasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah. Sugiyarto, G., Agunias, D. 2015. A “Freer” Flow of Skilled Labour within ASEAN: Aspirations, Opportunities and Challenges in 2015 and Beyond. Migratration Policy Institute. Widoyoko, E. 2008. Peranan Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. In Seminar Nasional Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Sertifikasi Guru. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 527 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 GENDER GAP DAN PARTISIPASI PEKERJA SAINS, TEKNOLOGI, ENJINERING, DAN MATEMATIKA STEM WANITA DALAM ANGKATAN KERJA INDONESIA GENDER GAP AND PARTICIPATION OF WOMEN WORKERS OF SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATH STEM AT WORK FORCE OF INDONESIA Maulana Akbar, Grace Simamora, Indri Juwita Asmara, Elmi Achelia Kandidat Peneliti - Pusat Penelitian Perkembangan Iptek Pappiptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI e-mail: maulana.akbarlive.com Keyword A B S T R A C T Gender Gap, Labor Force, Women, Skilled-Labor This study will mapping the gender gap and to assess the potential labor force participation of women in Indonesia, particularly in STEM, by sector and job titles in light of the employment and unemployment side. The mapping process will be carried out from the post of national job classification KBJI to the post of international job classification ISCO. On the side of STEM, labor is dominated by male workers with diverse variance. Skilled workforce women excel in the business sectors Public, Social and Personal Services occupations Legislators, senior Officials and managers and Trade, Restaurant and Accommodation Services Professional, Technicians and associate professionals. Besides the potential of women is still weak in the field of less skill. Given this research, policy makers can do the development of human resources, especially skilled labor, with the right target in the field of employment and specific business field. Kata Kunci S A R I K A R A N G A N Gender Gap, Angkatan Kerja, Wanita, STEM Penelitian ini akan memetakan gender gap serta mengukur potensi partisipasi wanita dalam angkatan kerja Indonesia dalam bidang sains, teknologi, enijering, dan matematika, berdasarkan sektor dan jabatan pekerjaan menggunakan sudut pandang employment dan unemployment side. Proses pemetaan akan dilakukan dari klasifikasi jabatan kerja nasional KBJI ke klasifikasi jabatan kerja internasional ISCO, melalui standar yang telah ditetapkan oleh Cencus Berau US. Pada sisi tenaga kerja STEM didominasi oleh pekerja pria dengan variansi yang beragam. STEM wanita menonjol pada bidang jasa, seperti usaha jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan bidang pekerjaan Legislators, senior officials and managers dan Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Professional, Technicians and associate professionals. Selain itu potensi wanita juga masih lemah di keahlian less skill. Dengan adanya penelitian ini, pengambil kebijakan dapat melakukan pengembangan SDM, terutama tenaga kerja terampil, dengan tepat sasaran pada bidang pekerjaan dan lapangan usaha yang spesifik. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 528 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016