Pentingnya Komunikasi dalam IPTEK
I. PENDAHULUAN Di abad 20 ini, ledakan teknologi informasi
yang terjadi secara global telah mempengaruhi dan mengubah gaya hidup
manusia di dunia. Hal ini termasuk perubahan di berbagai sektor kehidupan
seperti pendidikan, perdagangan, kesehatan hingga pemerintahan khususnya layanan
kepada publik. Masuknya Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK ke domain
pemerintah menjadi titik awal yang penting dalam mendukung ketersediaan layanan
publik. Selain itu perkembangan TIK tentunya membuka peluang bagi lembaga
pemerintah untuk menyediakan layanan secara lebih luas tidak hanya untuk
masyarakat yang dikenal dengan G2C Government to Citizen namun juga lintas
lembaga pemerintah G2G maupun sektor swasta G2B. Hadirnya TIK khususnya
Internet telah merevolusi bagaimana penyampaian layanan publik yang dilakukan,
dari metode tradisional ke bentuk elektronik Siddiquee, 2006. Teknologi Internet telah
memperkenalkan berbagai cara yang inovatif dengan menyediakan media interaktif yang
baru kepada publik untuk dapat berinteraksi dengan pemerintah. Media baru yang
menyediakan dan menyampaikan informasi dan layanan secara elektronik kepada publik
dikenal dengan Electronic Government E- Government. E-Government telah membuat
layanan publik menjadi lebih efektif dan efisien Gichoya, 2005.
E-Government merupakan bidang penelitian yang relatif baru Al-Shehry, 2006 yang
masih membutuhkan proses penggalian yang secara terus-menerus sehingga memperkaya
pengetahuan dalam bidang tersebut mulai dari definisi, metode, teknik serta pendekatan
lainnya yang dapat digunakan sebagai suatu disipilin ilmu Mesnan, 2015; Assar, 2011.
Secara definisi, banyak lembaga maupun peneliti yang telah merumuskan berbagai
macam definisi dari e-Government namun belum ada kesepakatan khususnya definisi
mana yang dianggap paling tepat Mesnan, 2015. Misalnya saja World Bank 2001
mendefinisikan e-Government sebagai Penggunaan Teknologi Informasi seperti
Wide Area Network, Internet dan Mobile yang memiliki kemampuan untuk
mentransformasi hubungan dengan masyarakat, bisnis dan lembaga pemerintah
lainnya. UN 2005 mendefinisikan e- Government sebagai pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi TIK dan aplikasinya
oleh Pemerintah untuk menyediakan informasi dan pelayanan
publik. Berdasarkan Palvia Sharma 2007, e-Government mengacu pada penyediaan
informasi dan layanan publik oleh insitusi pemerintah baik tingkat lokal atau nasional
kepada masyarakat, dunia bisnis maupun institusi pemerintah yang lain melalui
Internet atau teknologi digital lainnya. Walaupun definisi tersebut berbeda-beda
namun jika dicermati terdapat beberapa kesamaan karakteristik terkait makna e-
Government Fatah, 2009 yaitu : • Merupakan suatu mekanisme interaksi
baru modern antara pemerintah dengan
untuk mengintegrasikan berbagai studi yang terkait dengan keberhasilan implementasi e-Services. Faktor sukses yang dihasilkan dapat diakomodasi
oleh berbagai pihak terkait khususnya lembaga pemerintah untuk mendorong pengembangan e-Services di Indonesia.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
410
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan stakeholder.
• Melibatkan penggunaan TIK terutama Internet.
• Memperbaiki mutu kualitas pelayanan yang selama berjalan
E-Government merupakan media yang penting sebagai inisiatif untuk memperbaiki
aliran proses serta informasi pada lembaga pemerintah. E-Government juga dapat
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, mengurangi korupsi, meningkatkan
kepercayaan publik, keterlibatan masyarakat, efisiensi yang lebih tinggi dan mengurangi
biaya Dalila, 2007; Zulridah, 2011. Sebagai tambahan, e-Government telah memberikan
manfaat yang signifikan terhadap berbagai pihak yang terkait. Manfaat yang dapat
diperoleh dari penerapan e-Government adalah pengurangan biaya, usaha dan waktu
dari organisasi dan penggunanya, peningkatan kualitas layanan publik dan
tingkat kepuasannya, peningkatan literasi komputer bagi pengguna serta penciptaan
model bisnis yang baru, Keseluruhan manfaat diterima oleh semua lapisan
masyakarat yang secara tidak langsung mendorong proses adopsi pengguna terhadap
sistem layanan berbasis elektronik e- Services di lembaga pemerintah.
Berdasarkan Inpres 3 tahun 2003, ada 4 tahapan dalam pengembangan e-Government
yakni tahap persiapan informasi, pematangan interaksi, pemantapan
transaksi dan pemanfaatan integrasi. E- Services merupakan tolak ukur dari tahap ke-
3 pengembangan e-Government yang ditandai dengan adanya transaksi layanan
secara online. Namun menurut beberapa sumber Kominfo, 2009; Safitri, 2013,
kebanyakan lembaga pemerintah di Indonesia masih berada pada tahap ke-2 yaitu
pemantapan interaksi yang ditandai dengan adanya situs web yang interaktif. Artinya
penerapan e-Services di lembaga pemerintah berjalan sangat lambat sejak digulirkannya
Inpres 3 Tahun 2003. Berdasarkan beberapa literature, ada banyak faktor yang menjadi
penghambat diterapkannya e-Services seperti belum adanya standarisasi yang jelas,
infrastruktur yang belum merata, rendahnya literasi masyarakat hingga budaya
masyarakat dan organisasi yang kurang mendukung terhadap perubahan Mesnan,
2015. Jika dilihat implementasinya di negara tetangga seperti Malaysia, e-Services sudah
diterapkan secara menyeluruh oleh lembaga pemerintah yang menyediakan berbagai
layanan atau transaksi online mulai dari pembayaran pajak, lamaran kerja,
perpanjangan ijin hingga e-commerce Othman Yasin, 2015. Berangkat dari
permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan mencari faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keberhasilan faktor sukses pengembangan e-Services khususnya pada
lembaga pemerintah di Indonesia. Penelitian ini tidak menyasar secara spefisik pada
layanan tertentu namun e-Service secara umum di instansi pemerintah. Dengan
demikian diharapkan faktor sukses yang diperoleh dapat diakomodasi oleh berbagai
pihak terkait khususnya lembaga pemerintah untuk mendorong pengembangan e-Services
di Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 KONSEP E-SERVICES
Saat ini produk dan jasa secara radikal telah bergeser ke bentuk digital dan disampaikan
atau dikirimkan melalui media Internet, alat teknologi informasi yang paling nyata dan
eksplosif. Selain itu, Internet menawarkan fungsi interaktif dengan pelanggan Santos,
2003 dan memungkinkan layanan berbasis elektronik e-Services menjadi unggulan
Voss, 2003. E-Services dipandang sebagai konten yang bersifat
interaktif, terpusat dan merupakan layanan pelanggan berbasis Internet. E-Services
411
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
didorong oleh pengguna dan teknologi dengan tujuan meningkatkan sinergi antara
pengguna dan penyedia layanan Karat
Kannan, 2003. Domain dari e-Services menunjukkan saluran elektronik dari suatu
organisasi khususnya lembaga pemerintah, yang berinteraksi dengan masyarakat dan
dunia bisnis seperti yang disajikan pada Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Domain E-Services Sumber : Rust Kannan, 2003
Konsep e-Services pada Gambar 1 adalah paradigma baru dari e-Service dalam
lingkungan berbasis elektronik baik untuk dunia bisnis business maupun pemerintah
government yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama pada domain bisnis,
organisasi berinteraksi dengan pelanggan customer yang disebut dengan B2C
Business to Customer sedangkan pada domain pemerintah, interaksi dengan
masyarakat dikenal dengan G2C Government to Citizen. Bagian kedua
adalah di lingkungan internal organisasi itu sendiri internal e-Service. Lalu bagian ke
tiga pada domain bisnis, hubungan dengan pihak luar seperti supplier atau dengan
pemerintah yang dikenal dengan B2B atau B2G sedangkan pada domain pemerintah,
interaksi dengan dunia bisnis dan antar lembaga pemerintah yang disebut dengan
G2B atau G2G. Jenis interaksi dapat meliputi semua atau beberapa hal berikut seperti
pertukaran interaktif berbasis informasi,
interaksi negosiasi, aliran promosi dan
produklayanan Rust Kannan, 2002. Dengan
demikian, e-Services telah menciptakan daya
tarik yang signifikan khususnya bagi
akademisi dan praktisi dalam
memahami bagaimana lingkungan
Internet dapat dimanfaatkan untuk
menyediakan sistem e-
Services yang efektif untuk penggunanya Rust Kannan, 2003.
Berdasarkan penjabaran di atas, e-Services dapat dikatakan meliputi tiga komponen
utama yaitu penyedia layanan, penerima layanan dan saluran pelayanan yaitu
teknologi. Sebagai contoh untuk layanan publik berbasis elektronik, maka lembaga
publik disebut sebagai penyedia layanan, masyarakat dan dunia bisnis merupakan
penerima layanan sedangkan saluran pelayanan adalah menggunakan Internet.
Adapun saluran pelayanan alternatif lainnya seperti sms, telfon, kios, televisi, radio, dll.
II.2 PENELITIAN TERKAIT Seperti disebutkan sebelumnya bahwa
penerapan e-Services di lembaga pemerintah berjalan sangat lambat sejak digulirkannya
Inpres 3 Tahun 2003. Hal ini dapat dilihat berdasarkan beberapa survei Kominfo,
2009; Safitri, 2013 bahwa kebanyakan lembaga pemerintah masih berada pada
tingkat interaksi dari empat tingkat kematangan yang ada. Walaupun tidak
dipungkiri sudah ada beberapa lembaga pemerintah yang berinisiatif menyediakan
412
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
layanan berbasis elektronik e-Services namun secara umum dapat dikatakan layanan
baru bersifat parsial. Beberapa pemerintah daerah juga telah menunjukkan inisiatif dan
kinerja e-Government yang cukup baik namun beberapa daerah lain baru memahami
penerapan e-Government hanyalah sebatas membangun website. Bahkan website yang
ada pun jauh dari kesan informatif. Akibat kesalahan pemahaman tersebut, membuat
penerapan e-Government di Indonesia mengalami kegagalan Junaidi, 2011;
Supangkat, 2006. Disamping itu masih sedikitnya publikasi, informasi ataupun hasil
penelitian dari edaerah yang dianggap berhasil dalam menerapkan e-Government di
Indonesia khususnya tentang gambaran keberhasilan daerah tersebut sehingga dapat
dijadikan pembelajaran dan rujukan bagi daerah lainnya dalam menerapkan e-
Government. Penelitian terkait faktor sukses CSF tentang penerapan e-Services masih
belum banyak dilakukan. Padahal studi CSF merupakan isu yang sangat penting untuk
mendukung keberhasilan penerapan e- Services Harper et.al, 2004. Sebenarnya
sudah ada beberapa penelitian CSF terkait penerapan e-Services di lembaga pemerintah
namun penelitian yang ada masih tersebar di berbagai jurnal dan conference sehingga
belum terdapat gambaran yang utuh. Othman Yasin 2015 menyatakan ada 4 faktor
sukses penerapan e-Service di Malaysia yaitu kualitas informasi, kehandalan sistem,
keamanan sistem dan kualitas penyampaian layanan. Selain itu, penelitian yang dilakukan
Zericka 2013 terkait penerapan e- Service di kabupaten kutai kartanegara juga
menyebutkan 4 faktor sukses yakni pemimpin, tingginya minat masyarakat
terhadap teknologi informasi, infrastruktur dan sumber daya manusia. Penelitian yang
lain oleh Kalvet 2011 menjelaskan faktor sukses CSF e-Service di Estonia dari sudut
pandang inovasi. Pada penelitian ini, penulis melakukan studi literatur dan
mengidentifikasi sedikitnya 15 studi CSF terkait penerapan e-Service yang bersumber
dari jurnal maupun conference dari dalam dan luar negeri. Keseluruh konsep CSF yang
ditemukan disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Faktor Sukses CSF Penerapan E-Service No
Konsep CSF Jumlah
Konsep CSF Sumber
Referensi
1. Kualitas informasi, kehandalan sistem,
keamanan sistem dan kualitas penyampaian layanan
4 Othman Yasin
2015
2. Pemimpin, Tingginya minat masyarakat,
Infrastruktur dan Sumber daya manusia 4
Zericka 2013 3.
Inovasi 1
Kalvet 2011 4.
Regulasi, Sumber daya manusia, Sarana dan prasarana dan Literasi masyarakat
4 Sosiawan 2008
5. Konsistensi metodologi, Ketersediaan
tim, Kepemimpinan, Kelembagaan dan Peningkatan berkesinambungan
5 Sutanta Mustofa
2012
6. Political environment, Socio cultural, ICT
Infrastructure, Socio economic, Legal, Organization loyalty, Characteristics of
citizen, Trust, Quality of e-Government Services, Security dan Website design
12 Elseikh Azzeh
2014
7. Organisasi, Alokasi sumber daya, Potensi
pasar, Sinergi pasar, Profil organisasi, Layanan inovatif, Ide dan Kegiatan
8 Angelopoulos 2009
413
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016