III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode systematic review dengan
pendekatan kualitatif meta-sintesis. Systematic review adalah suatu metode
penelitian untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan interpretasi terhadap semua
hasil penelitian yang relevan terkait pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu,
atau fenomena yang menjadi perhatian Kitchenham, 2004. Studi individu
individual study merupakan bentuk studi primer primary study, sedangkan
systematic review adalah studi sekunder secondary study. Systematic review
merupakan sebuah sintesis dari studi-studi penelitian primer yang menyajikan suatu
topik tertentu dengan formulasi pertanyaan yang spesifik dan jelas, metode pencarian
yang eksplisit dan reprodusibel, melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan studi,
serta mengkomunikasikan hasil dan implikasinya Green, 2005. Dengan
demikian Systematic review akan sangat bermanfaat untuk mengintegrasikan berbagai
hasil penelitian yang relevan, sehingga fakta yang disajikan kepada penentu kebijakan
menjadi lebih komprehensif dan berimbang.
Tabel 2. Perbedaan Systematic Review dan Traditional Review Perry Hammond, 2002
Berdasarkan pada Tabel 2 di atas dapat dikatakan bahwa systematic review
merupakan metode penelitian yang merangkum hasil-hasil penelitian primer
dengan cara yang baku dan sistematis sedangkan traditional review, cara
pengumpulan faktanya dan teknik sintesisnya tidak mengikuti metode baku dan
sebagaimana systematic review. Analogi dengan metodologi penelitian secara umum,
dimana terdapat metode kuantatif dan kualitatif maka dalam Systematic review juga
415
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
terdapat metode kuantitatif dan metode kualitatif Siswanto, 2010. Metode
kuantitatif Systematic review adalah digunakan untuk mensintesis hasil-hasil
penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam systematic
review disebut dengan meta-analisis. Sementara itu metode kualitatif dalam
systematic review digunakan untuk mensintesis hasil-hasil penelitian yang
bersifat deskripsi kualitatif yang disebut dengan meta-sintesis. Secara definisi, meta-
sintesis adalah teknik melakukan integrasi data untuk mendapatkan teori maupun
konsep baru atau tingkatan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh Perry
Hammond, 2002. Pada penelitian ini akan digunakan teknik meta-sintesis khususnya
pendekatan meta-agregasi dimana pendekatan ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dengan cara merangkum berbagai hasil penelitian
summarizing. Secara garis besar, pendekatan meta-agregasi mencakup
beberapa langkah sebagai berikut Francis Baldesari, 2006 :
• Memformulasikan pertanyaan penelitian
formulating the review question • Melakukan pencarian hasil penelitian dan
literature systematic review conducting a systematic literature search
• Melakukan seleksi artikel penelitian yang cocok screening selecting appropriate
research articles • Melakukan analisis dan sintesa temuan-
temuan kualitatif analyzing synthesizing qualitative findings
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian tinjauan pustaka khususnya penelitian yang terkait, telah diperoleh
sejumlah studi CSF penerapan e-Service di lembaga pemerintah baik dalam maupun luar
negeri. Studi CSF ini masih tersebar dalam berbagai artikel jurnal maupun conference
sehingga belum memberikan gambaran yang utuh. Sebagai contoh, Soh Bong Yu 2009
telah mengidentifikasi ada 5 faktor sukses dalam penerapan e-Services yaitu Visi dan
strategi, Perbaikan proses bisnis, Teknologi informasi, Struktur organisasi dan Hukum
peraturan yang berlaku. Sosiawan 2008 merumuskan 4 faktor sukses terkait e-
Services yakni Regulasi, Sumber daya manusia, Sarana dan prasarana dan Literasi
masyarakat. Prananto 2007 juga telah mengidentifikasi 6 faktor sukses e-Services
yang terdiri dari Ketersediaan infrastruktur teknologi yg memadai, Koordinasi antar
departemenunit, Dukungan politik, Visi dan strategi pemerintah perundang-undangan,
Tata kelola pemerintahan yang baik dan Manajemen perubahan. Ketiga penelitian
tersebut dilakukan di waktu yang berbeda yakni Prananto 2007, Sosiawan 2008 dan
Soh Bong Yu 2009.
Jika dicermati lebih lanjut, ada beberapa faktor sukses CSF terkait e-Services yang
telah dirumuskan oleh Prananto 2007, Sosiawan 2008 dan Soh Bong Yu 2009
memiliki makna yang sama meskipun namanya berbeda-beda. Sebagai contoh,
studi yang dilakukan oleh Prananto 2007 mengidentifikasi salah satu faktor sukses
yakni “Ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai”, namun dalam penelitian
yang dilakukan Sosiawan 2008 terdapat faktor sukses yang disebut dengan “Sarana
dan prasarana”. Sementara penelitian Soh Bong Yu 2009 menyebutkan “Teknologi
informasi” sebagai salah satu faktor sukses dalam penerapan e-Service. Meskipun ketiga
faktor sukses CSF tersebut memiliki nama yang berbeda namun pada dasarnya makna
dari ketiganya adalah sama adalah “Infrastruktur TIK yang mendukung”.
416
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Selain itu, masih ada beberapa faktor sukses terkait e-Service dari ketiga penelitian
tersebut yang memiliki makna sama walaupun namanya berbeda. Faktor sukses
“Hukum peraturan yang berlaku” diformulasikan oleh Soh Bong Yu 2009,
Sosiawan 2008 menyebut faktor sukses tersebut dengan “Regulasi” sedangkan faktor
sukses “perundangan-undangan“ dirumuskan oleh Prananto 2007. Ketiga faktor sukses
CSF tersebut dapat dikatakan memiliki makna yang sama yakni “Regulasi
pemerintah sebagai payung hukum”. Oleh karena itu dapat dilakukan sintesa dari ketiga
artikel tersebut untuk memperoleh faktor sukses CSF yang generik dari ketiganya..
Contoh di atas adalah hanya berasal dari tiga artikel jurnal. Setelah ditelusuri, ternyata
masih banyak artikel jurnal atau conference lainnya yang juga telah mengidentifikasi
faktor sukses terkait penerapan e-Services. Dengan kata lain, pada penelitian ini
dilakukan proses sintesa dari beberapa artikel jurnal atau conference yang telah
merumuskan faktor sukses penerapan e-Services.
Proses Sintesa : Faktor Sukses Penerapan E-Services di Lembaga Pemerintah
Proses sintesa berikut ini mengacu pada bagian sebelumnya yaitu empat langkah
Meta-Agregasi yang dapat diuraikan berikut ini :
4.1
Memformulasikan pertanyaan penelitian formulating the review
question
Pertanyaan penelitian yang diusulkan dan menjadi fokus penelitian ini adalah “faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan penerapan e-Services di
Indonesia”. Dengan kata lain penelitian ini ingin mencari gambaran keberhasilan
penerapan e-Services melalui proses identifikasi dan sintesis faktor sukses CSF
terkait penerapan e-Services di Indonesia khususnya pada domain lembaga pemerintah.
4.2 Melakukan pencarian hasil penelitian
dan literature systematic review conducting a systematic literature
search
Studi yang relevan dengan fokus penelitian adalah hanya yang terkait secara signifikan
dengan studi faktor sukses CSF dari penerapan e-Services di lembaga pemerintah.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
seluruh artikel dalam penelitian ini sebagian besar
diambil dari berbagai artikel jurnal dan conference baik Scopus, IEEE Xplorer
maupun sumber lainnya untuk memperkaya penelitian sehingga penjelasan yang lebih
besar greater explanatory dapat diperoleh dari berbagai kasus atau studi faktor sukses
yang ada. Ketika melakukan pencarian, ada beberapa kata kunci keywords yang
digunakan yakni “e-Service”, “Success Factor” dan “Faktor Sukses”.
4.3 Melakukan seleksi artikel penelitian
yang cocok screening selecting appropriate research articles
Kemudian keseluruhan studi dilakukan proses filter penyaringan berdasarkan
adanya duplikasi judul, abstrak, bodi dan kesimpulan dari artikel baik jurnal maupun
conference. Proses penyaringan pertama adalah filter duplikasi yakni melihat apakah
ada artikel yang sama ditemukan dari hasil pencarian. Artikel yang sama tersebut
dikeluarkan agar tidak terjadi duplikasi. Selanjutnya ada filter judul dan abstrak yakni
melihat sejauh mana keterkaitan artikel tersebut dengan faktor sukses e-Government.
Artikel yang tidak terkait secara signifikan dengan faktor sukses e-Government maka
dikeluarkan. Proses filter berikutnya adalah filter bodi dan kesimpulan yakni melihat
417
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
relevansi isi, hasil dan kesimpulan artikel dengan fokus penelitian yakni faktor sukses
implementasi e-Government. Sebagai hasil akhir dari proses filter penyaringan
diperoleh hanya 20 artikel yang signifikan dan relevan dengan fokus penelitian yang
terdiri dari 12 artikel jurnal dan 8 conference paper. Total keseluruhan 20 studi yang
dihasilkan dari proses filter penyaringan digunakan pada langkah selanjutnya.
Gambaran dari proses filter penyaringan dapat disajikan pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1 Proses Pencarian dan Penyaringan Filter Artikel
4.4 Melakukan analisis dan sintesa
temuan-temuan kualitatif analyzing synthesizing qualitative findings
Pada fase ini, peneliti membuat tabel yang mengandung konsep kunci dari seluruh 20
studi yang ada. Daftar seluruh konsep dari 20 studi dapat dilihat pada Tabel 1 namun setiap
konsep kunci dari studi diberikan identitas berupa angka untuk memudahkan proses
sintesa. Misalnya konsep kunci dari studi Othman Yasin 2015 yakni Kualitas
informasi 1.1, Kehandalan sistem 1.2, Keamanan sistem 1.3 dan Kualitas
penyampaian layanan 1.4. Demikian juga konsep dari studi Zericka 2013 yaitu
Pemimpin 2.1, Tingginya minat masyarakat 2.2, Infrastruktur 2.3 dan Sumber daya
manusia 2.4 Pemberian identitas angka ini
Proses Pencarian Pada Database Elektronik
Artikel teridentifikasi n=330
Filter Duplikasi n=57 artikel dikeluarkan
Filter Judul Abstak n=125 artikel dikeluarkan
Artikel Proses Sintesa n=94
48 artikel 46 conference
Proses Pencarian Pada Database Elektronik
Artikel teridentifikasi n=78
Filter Duplikasi n=23 artikel dikeluarkan
Filter Judul Abstak n=25 artikel dikeluarkan
Filter Bodi dan Kesimpulan n=10 artikel dikeluarkan
Artikel Proses Sintesa n=20
12 artikel 8 conference j
l
418
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
berlaku untuk seluruh konsep dari studi yang ada berdasarkan nomor urut pada Tabel 1.
Pada tahap ini peneliti juga tetap mempertimbangkan penjelasan dari setiap
studi maturity model berbasis portal e- Government terutama tentang tahapannya
stages. Sebagai contoh Sosiawan 2008 menyatakan salah satu faktor sukses
penerapan e-Service adalah “Pemimpin” dimana penjelasan konsep ini adalah
Pemimpin yang menyadari pentingnya Teknologi Informasi dalam mendorong
pengembangan e-Services. Sementara itu, Sutanta Mustofa 2012
memformulasikan faktor suksesnya yakni “Kepemimpinan” dimana penjelasan konsep
ini adalah Pemimpin yang mempunyai komitmen dalam proses implementasi e-
Government. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kedua konsep berasal dari dua studi
yang membicarakan ide yang sama yakni “Pemimpin yang memberikan dukungan
penuh terhadap penerapan e-Service
E-Leadership”. Hal ini juga berlaku pada studi lainnya yang mendeskripsikan ide yang
serupa. Pada kasus ini dengan mempertimbangkan penjelasan dari setiap
konsep faktor sukses CSF yang terdapat pada studi maka peneliti melakukan sintesa
ke dalam konsep yang baru yakni “Kepemimpinan TIK yang kuat Strong E-
Leardership”. Peneliti memasukkan konsep hasil sintesa ini menjadi salah satu faktor
sukses terkait penerapan e-Service. Dengan cara yang sama dengan contoh di atas,
peneliti melakukan proses sintesa kepada seluruh konsep yang ada. Sebagai hasilnya
dari proses ini menghasilkan 28 konsep yang disintesa seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4
sebagai berikut :
419
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 3. Hasil Sintesis Faktor Sukses
Kode Faktor Sukses No
A B
C D
E F
G H
I J
K L
M N
1.
- -
- -
- -
- 1.2
1.3 -
- -
- -
-
2.
2.1 2.3
- 2.4
- -
- -
- -
- -
2.2 -
3.
- -
- -
3.1 -
- -
- -
- -
- -
4.
- 4.3
4.1 4.2
- -
4.4 -
- -
- -
- -
5.
5.3 5.5
- -
5.2 -
5.4 -
- -
- -
- -
-
6.
- 6.3
6.5 -
- 6.6
6.5 6.10
6.11 6.2
6.4 -
- -
-
No A
B C
D E
F G
H I
J K
L M
N 7.
- -
- -
7.6 7.7
7.1 7.5
- -
- 7.2
- -
- -
8.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
9.
9.1 -
- -
9.7 9.8
- -
9.3 9.4
9.10 -
- -
- -
-
10.
- 10.1
10.3 -
- -
10.6 -
10.2 10.7
- -
- -
- -
11.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
12.
12.3 12.5
- -
- -
- -
12.4 -
- -
12.7 -
13.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
14.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
15.
- -
- -
- -
- 15.3
- -
- -
- -
16.
16.3 16.2
- -
- -
- -
- -
- -
- -
17.
17.5 17.7
17.2 -
- -
17.2 17.3
- -
- 17.6
- -
- 17.1
17.4
18.
18.4 18.1
18.4 -
- 18.3
- -
- -
18.2 -
- 18.6
19.
19.1 19.3
19.5 -
- 19.4
- -
- -
- -
- -
20.
20.1 20.2
20.3 20.3
20.4 -
- -
20.6 -
20.4 -
- 20.5 20.6
-
420
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 4. Hasil Sintesa Faktor Sukses lanjutan
Kode Faktor Sukses No
O P
Q R
S T
U V
W X
Y Z
AA AB
1.
- -
- -
- -
- -
1.1 1.4
- -
- -
2.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
3.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
4.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
5.
- -
- -
- 5.1
- -
- -
- -
- -
6.
6.7 -
- 6.1
- -
- -
- 6.8
6.9 -
- -
-
7.
- -
- -
- 7.8
- -
- -
- -
7.3 7.4
-
8.
- 8.1
- -
- -
8.3 8.3
- -
- -
- 8.2
9.
9.2 9.6
9.3 -
- 9.4
9.9 9.11
9.12 9.13
- -
- -
- 9.5
10.
- 10.8
10.4 -
10.5 -
- -
- -
- -
- -
11.
- 11.4
- -
- -
- -
11.1 11.2 11.3
- -
- -
12.
12.6 -
- -
- -
12.1 12.2 -
- -
- -
-
No O
P Q
R S
T U
V W
X Y
Z AA
AB 13.
13.7 13.1
- -
- 13.4
13.5 13.5 13.6 13.3 13.2
- -
- 13.4
14.
14.4 -
- -
- -
14.5 14.6 14.2 14.1 -
- -
14.3
15.
15.6 15.7
- -
- -
- 15.1
15.4 15.5
- 15.2
- -
- -
16.
- -
- 16.3
- -
- -
- -
- -
- -
17.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
18.
- -
- -
- -
- -
- -
18.5 -
- -
19.
- -
- -
- -
- -
- -
- 19.2
- -
20.
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Berdasarkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 proses sintesa yang telah dilakukan selanjutnya
dinyatakan bentuk ekspresi dari hasil sintesa tersebut. Pada Tabel 3 dan Tabel 4 tersebut,
baris pada tabel menunjukkan studi sedangkan kolom pada tabel menunjukkan
faktor sukses yang disintesa. Keseluruhan 28 faktor sukses penerapan e-Services yang
dihasilkan dari proses sintesa diekspresikan dapat disajikan seperti pada Tabel 5 di bawah
ini :
421
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 5. Ekspresi Hasil Sintesa Kode
Tahapan Maturity Maturity Stages
A Kepemimpinan TIK yang kuat Strong E-Leadership
B Infrastruktur TIK yang mendukung Supported ICT
Insftrastructure C
Regulasi Pemerintah Government Regulation D
Sumber Daya Manusia yang Terampil Skillful Human Resources E
Inovasi dan Kreativitas Creativity Innovation F
Keberadaan organisasi TIK Existing ICT Organization G
Literasi TIK masyarakat ICT Literacy H
Keamanan dan kehandalan Security Reliability I
Budaya Organisasi Organization Culture J
Budget yang memadai Enough Budget K
Koordinasi antar lembagaunit VerticalHorizontal Coordination L
Pelatihan yang berkala Reguler Training M
Kesadaran Awareness N
Manajemen Perubahan Proyek Change Project Management O
Kepercayaan Trust P
Kepuasan Masyarakat Citizen Satisfaction Q
Kebijakan Pemerintah Government Policy R
Dukungan Politik Political Support S
Manajemen Pengetahuan Knowledge Management T
Metodologi pengembangan Development Methodology U
Kegunaan Perceived of Usefullness V
Kemudahan Perceived Ease of Use W
Kualitas Informasi Quality of Service X
Kualitas Sistem Quality of System Y
Tata Kelola TIK IT Governance Z
Perbaikan Proses Bisnis Business Proses Reengineering AA Sinergi Pasar Market Synergy
AB Kualitas layanan elektronik E-Service Quality
Keseluruhan faktor sukses CSF yang diperoleh pada Tabel 5 memiliki tingkat
kepentingan yang sama. Artinya tidak ada yang lebih penting dan kurang penting,
semua faktor sukses CSF bersifat setara equal. Ke 28 faktor sukses yang telah
dihasilkan perlu menjadi perhatian pemerintah dan pihak lainnya yang terkait
untuk mendukung keberhasilan penerapan e- Service pada lembaga pemerintah di
Indonesia. V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
dan saran sebagai berikut : 1. Terdapat 28 faktor sukses CSF
penerapan e-Service di lembaga pemerintah yang merupakan kontribusi dari penelitian
ini terkait area kunci key area apa saja yang perlu diakomodasi oleh pemerintah untuk
mendukung keberhasilan e-Service di Indonesia.
422
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
2. Keseluruhan 28 faktor sukses yang diperoleh merupakan hasil proses sintesa
dengan pendekatan kualitatif Meta-Sintesis dari 20 studi faktor sukses CSF terkait
penerapan e-Services . 3. Penelitian ini memberikan informasi dan
rekomendasi kepada pemerintah untuk memberikan perhatian dan fokus kepada
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan e-Services.
4. Penelitian lebih lanjut adalah studi empiris faktor sukses yang telah diperoleh di
lapangan khususnya di lembaga pemerintah untuk menguji validitas dan kesesuaian
faktor sukses CSF terkait penerapan e- Services.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shehry, A.S., Rogerson, N.B., Prior, M. 2006. The motivations for
change towards e- Government adoption: case studies
from saudi arabia. Proceeding Of The eGovernment Workshop pp: 1-21.
Brunel University, West London.
Assar, S., Boughzala, I., and Boydens, I. 2011. Back to practice: a decade of
research in e-Government. In: Assar, S., I. Boughzala and I.
Boydens Eds.. Practical Studies in E-Government: Best Practices from
Around the World. Springer, New York.
Chen, H. 2002. Digital government: technologies and practices. Decision
Support Systems, 34, 223-227. Chen, J., Yan, Y., Mingins, C. 2011. A
three-dimensional model for e- Government development with cases
in china’s regional e-Government practice and experience. In
Management of e-Commerce and e- Government ICMeCG Fifth
International Conference pp: 113- 120.
Retrieved from:
http:ieeexplore.ieee.orgxplsabs_all.jsp ?arnumber=6092643
. Cisco, IBSG. 2007. E-Government best
practices learning from success, avoiding the pitfalls. Retrieved from:
http:siteresources.worldbank.orgEXTE DEVELOPMENTResources20080222_
Phil_eGov_workshop.pdf?resourceurlna me=20080222_Phil_eGov_workshop.pdf
. Deloitte Touche. 2000. At the dawn of
e-Government: the citizen as customer. New York: Deloitte
Research. Retrieved from:
http:www.egov.vic.gov.aupdfsegovern ment.pdf
. Depkominfo. 2009. Kondisi situs web
pemerintah daerah. Retrieved from:
http:www.depkominfo.go.id
Furuholt, B. Wahid, F., 2008. EGovernment Challenges and The
Role of Political Leadership in Indonesia : the case of Sragen,
Proceeding of the 41th International Conference on System Sciences.
Gichoya, D. 2005. Factors affecting the successful implementation of ict
projects in government. Elec. J. e- Government, 34, 175-184.
Green, S. 2005. Systematic reviews and meta-analysis. Singapore Med, 466,
270-274. Greenwood, N., Mackenzie, A. 2010.
Informal caring for stroke survivors: meta-ethnographic review of
qualitative literature. Maturitas, 66, 268-276.
Hendriawan. 2008. Content analysis situs web pemerintah daerah, Tesis
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Hiller, J. S., Belanger, F. 2001. Privacy strategies for electronic government.
E-Government, 200,162-198.
423
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Howard, M. 2001. E-Government across the globe: how will ’e’ change
government. E-Government, 90, 80. Ifinedo, P., Singh, M. 2011. Determinants
of egovernment maturity in the transition economies of central and
eastern europe. Electronic Journal of e-Government, 92, 166–182.
Istiyanto, E.,
Sutanta, E. 2012. Model Interoperabilitas Ant
ar Aplikasi E-Government”. Jurnal Teknologi Techno-
scientia, 42, 137-148
Kim, D.Y., Grant, G. 2010. E-Government maturity model using the capability
maturity model integration. Journal Of Systems And Information
Technology, 123, 230-244.
Kitchenham, B. 2004. Procedures for Performing Systematic Reviews.
Eversleigh: Keele University. Layne, K., Lee, J. 2001. Developing fully
functional e-Government: a four stage model. Government Information
Quarterly, 182, 122-136.
Lewin, S. 2008. Methods to Synthesise Qualitative Evidence Alongside a
Cochrane Intervention Review. London: London School of Hygiene
and Tropical Medicine.
Mark C., Paulk, Charles, V., Weber, Bill C., Mary, B.C. 1996. The capability
maturity model: guidelines for improving the software process.
Addison Wesley.
Pemeringkatan e-Government di indonesia PeGI. 2014. Retrieved from:
http:pegi.layanan.go.iddownloadtabel_ pegi_2014HASIL20PROVINSI2020
14.bmp
. Safitri. 2013. Implementasi dan
Perkembangan e-Government di Indonesia. Jurnal Informatika
Multimedia, 21, 37-52. United-Nations. 2014. UN e-Government
survey 2014: e-Government for the future we want. Retrieved from:
https:publicadministration.un.org
. Waseda e-Government Ranking, 2015.
Waseda university. Retrieved from:
http:www.e- gov.waseda.ac.jppdfPress_Released_on
_e-Gov_ranking_2015.pdf
424
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Akuisisi Pengetahuan pada Kerjasama Litbang sebagai Upaya Penguatan Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri,
Kajian Kasus di Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik BBKKP, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri BPPI,
Kementerian Perindustrian
Knowledge Acquisition on The Research Cooperation as an Effort Strenghtening Capacity Of The Public Reseach Institution And Industry, Case
Study at Centre for Leather, Rubber and Plastics, Research and Development Body, Ministry Of Industry
Syakir Hasyimi
Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, syakirhasyimiyahoo.com
Keyword A B S T R A C T
reseach cooperation, learning, knowledge aquisition,
innovation, institutional capacity building
Reseach cooperation currently has a very important role in the implementation functions of the organization amid lack of resources,
especially human resources. The purposes of this study are to find out the enfluence of the acquisition
of knowledge, the spirit of reseach cooperation, and the impact on public services system and reseach system.
Methodology used in this study is a descriptive approach, the perception of respondents in the services section and the reseach section are
obtained by questionnaires. Questionnaires related to the acquisition of knowledge is reserved for those who are members of the reseach
cooperation. Data processing was performed by descriptive statistics. The study show that the reseach cooperation that based on the spirit ,
willingness to change will be able to foster the innovation, and innovation can be seen as a strategic tool for building capacity.
Optimizing the reseach cooperation is an effort to provide more values beside to fulfilling the achievement of organizational performance. This
capacity expansion of knowledge occurs because of exploitation and exploration. The opportunity to develop public service system and the
reseach system proved to be enhanced by optimizing the reseach cooperation, and for BBKKP these two systems are the main support in the
implementation of the functions.
Kata Kunci S A R I K A R A N G A N
kerjasama litbang, pembelajaran, akuisisi
pengetahuan, inovasi, pengembangan kapasitas
lembaga Kerjasama litbang saat ini mempunyai peran sangat penting dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi ditengah tengah keterbatasan sumberdaya terutama sumberdaya manusia baik dalam
kualitas maupun kuantitas. Kerjasama litbang diharapkan mampu memberdayakan sumberdaya dan mengatasi ketimpangan kemampuan
sumberdaya dengan cara sinergi lintas fungsional, sinergi lintas institusional.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh akuisisi pengetahuan pada kerjasama litbang, faktor yang melatarbelakangi serta dampak
terhadap sistem layanan publik dan kelitbangan. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan deskriptif, persepsi
pegawai di bagian layanan dan kelitbangan terkait tujuan penelitian diperoleh dengan kuesioner. Kuesioener terkait akuisisi pengetahuan
hanya diperuntukkan bagi mereka yang tergabung dalam kelompok kerja kerjasama litbang. Pengolahan data dilakukan dengan statistik deskriptif.
Kerjasama litbang yang berakar pada semangat, kesediaan untuk berubah
425
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN
Kerjasama litbang saat ini dirasakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi litbang ditengah tengah keterbatasan sumberdaya,
terutama sumberdaya manusia baik dalam kualitas maupun kuantitas. Kerjasama litbang
diharapkan mampu memberdayakan sumberdaya, dengan cara sinergi lintas fungsional, sinergi
lintas institusional dalam mensiasati penanggulangan celah-celah
kemampuan sumberdaya, kreasi cara menghadapi situasi
merupakan suatu bentuk inovasi, dan pengembangan sinergi merupakan suatu yang
penting guna meningkatkan daya saing suatu organisasi Hasyimi, 2000; Xiomi, 2014.
Kerjasama Litbang KL didefinisikan
sebagai suatu kesepakatan bersama mengkoordinasikan aktifitas riset dua atau lebih
organisasi dalam suatu proyek kerjasama dan mengatur pengetahuan yang timbul dari kegiatan
kerjasama riset tersebut Elena Revilla, 2008. KL merupakan sarana fasilitasi dalam
pengintegrasian pengetahuan Frost Zhou, 2005.
KL merupakan suatu proses penyelesaian suatu masalah, proses pembelajaran, bentuk
adaptif terhadap tantangan peluang dan perubahan. Oleh karena itu semangat yang
menjiwai adalah semangat perjuangan. KL merupakan salah satu ukuran kinerja organisasi
di BBKKP yang ditetapkan oleh BPPI. Hal tersebut merupakan upaya memperluas jaringan
kerjasama dengan industri, lembaga riset, perguruan tinggi, pemerintah daerah sebagai
bentuk pelayanan publik ataupun teknologi industri. Dengan cara tersebut hasil riset akan
lebih terlihat nilai kemanfaatannya baik dari sisi pengembangan teknologi maupun dari
penyelesaian masalah teknologi industri.
Penelitian ini juga bertujuan mengetahui manfaat KL terhadap pengembangan
pengetahuan melalui analisa terjadinya proses transfer pengetahuan. Sedangkan dinamika
akuisisi pengetahuan dalam proses penyelesaian KL didekati dengan terjadi tidaknya proses
eksploitasi dan eksplorasi pengetahuan. Faktor yang mendasari pendorong semangat kerjasama
dan perubahan merupakan hal lain yang ingin diketahui disamping dampak kerjasama litbang
terhadap pengelolaan sistem layanan dan kelitbangan.
KERANGKA TEORIKERANGKA KONSEP
Kapasitas lembaga dalam menjalankan peran, tugas dan fungsi erat kaitan dengan
kompetensi lembaga dalam mengelola sumberdaya. Sumberdaya manusia dan
sumberdaya teknologi merupakan dua hal yang erat kaitannya dalam proses pembelajaran. KL
dalam konteks pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan guna mencari solusi
atas masalah teknologi yang hendak diselesaikan. Pembelajaran informal yang berlangsung pada
KL berlangsung dari sumber internal maupun eksternal, dan melibatkan kelompok personal.
1. KL dan Semangat
Faktor sumberdaya manusia memegang peran utama dalam pelaksanaan KL. Upaya
memberi nilai dalam pelaksanaan KL
akan dapat mendorong tumbuh kembang inovasi, dan inovasi merupakan instrumen stratejik dalam pengembangan kapasitas.
Optimalisasi kerjasama litbang dimaksudkan sebagai upaya memberikan nilai lebih selain memenuhi capaian kinerja organisasi. Penambahan
kapasitas pengetahuan dalam kerjasama litbang terjadi karena eksploitasi dan eksplorasi. Peluang pengembangan sistem layanan publik dan sistem
kelitbangan terbukti bisa terdorong dengan mengoptimalkan proses kerjasama litbang, dan bagi BBKKP kedua sistem ini menjadi penopang
utama dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
426
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
membutuhkan semangat, energi penggerak, agar inovasi bisa tumbuh berkembang seiring
pelaksanaan KL. Perubahan kapasitas organisasi dipengaruhi kesediaan akan terjadinya
keberlangsungan perubahan. Semangat yang menjiwai tumbuh kembang inovasi sebagai
dampak dalam tata kelola pelaksanaan KL adalah: keingintahuan, keberanian, komunikasi,
komitmen, keterkaitan Danseco, 2013.
Semangat akan mempengaruhi orientasi, orientasi sumberdaya manusia, orientasi teknologi dan
orientasi manajemen proses disebut-sebut sebagai penggerak utama bagi kinerja inovasi Inkinen,
2016. Penerimaan KL berarti membuka diri atas kendala, tantangan dan peluang
meningkatkan kapasitas individual maupun organisasi, maka organisasi perlu perangkat yang
memungkinkannya mengeksploitasi kesempatan agar dapat mengakses semua prospek inovasi,
Gene Slowinski Matthew W. Sagal,2010. Dibalik kolaborasi ada pemberdayaan, secara
teoritis pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai keyakinan kemampuan seseorang untuk
bertindak efektif Damon, Timothy, Matthew, Kenneth J. Chapman, 2016 .
Dalam menggali semangat KL perlu melibatkan partisipan untuk berbagi cerita dan
opini ketika mereka mengamati pengembangan kinerja organisasi, faktor pendukung
pengembangan kinerja organisasi, tantangan dan adaptasi terhadap tantangan Emmons, 2013.
Kebersamaan dalam KL memerlukan individu- individu yang memiliki kemampuan dan
kecenderungan berfikir bersama selaras dengan peluang arah pengembangan kinerja organisasi
Lee, 2016.
2. KL dan Proses Pembelajaran
Kerjasama litbang diharapkan mampu memicu proses pembelajaran, tacit knowledge
dan pembelajaran informal merupakan hal penting dalam menciptakan dan mepertahankan
keunggulan kompetitif serta kemampuan inovasi organisasi Alonderiene, 2006. Perubahan
kondisi lingkungan menuntut lembaga penelitian dan pengembangan berperan lebih inovatif
dalam proses menciptakan pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah
dimiliki selama ini Elena Revilla, 2008. Aktifitas pembelajaran berkaitan erat dengan
capaian kinerja organisasi, daya tahan bahkan keberlangsungan organisasi Emmons, 2013.
Kunci sukses menggapai keberhasilan dan pembelajaran yang berkelanjutan adalah
kemauan untuk mempertahankan pembelajaran dari pengalaman. Pengembangan berkelanjutan
tidak dapat dicapai tanpa inovasi, dan inovasi hanya dapat dicapai didalam suatu organisasi
yang mengedepankan pentingnya budaya menumbuh kembangkan pembelajaran Senge,
1999.
Dalam mengembangkan gagasan produk baru atau layanan baru, suatu organisasi yang
telah memiliki pengetahuan relevan sebelumnya akan mempunyai pemahamam yang lebih baik
Elena Revilla, 2008. Proses pembelajaran pada KL melibatkan terjadinya mekanisme transfer
pengetahuan, diantaranya dikarenakan aktifitas ekperimentasi, dan pentransferan dapat terjadi
melalui pergerakan sumberdaya manusia, perangkat, teknologi Andrew, 2008.
Kemampuan nyata mengaplikasikan pengetahuan merupakan kemampuan memahami pengetahuan
eksternal dan kemampuan mengasimilasikannya serta memobilisasi pengetahuan tersebut dalam
KL akan dapat mendorong penciptaan nilai Lane et al, 2001; Charles, 2006.
3. KL dan Akuisisi Pengetahuan
Proses pembelajaran pada penyelesaian masalah pada kerjasama litbang merupakan
kegiatan “learning by doing” dan dapat berdampak pada akuisisi pengetahuan Darr,
1995. Inovasi pada dasarnya adalah perubahan. Perubahan dalam tata kelola layanan publik akan
melahirkan inovasi pada proses, prosedur, jasa. Demikian pula, inovasi sangat diperlukan dalam
proses peningkatan penguasaan teknologi.
Lembaga litbang sebagai organisasi pencipta pengetahuan perlu upaya untuk memperbesar
kemampuan penciptaan pengetahuan dan mengkristalkannya dalam suatu sistem organisasi
Nonaka Krogh 2009.
Kolaborasi, aliansi ataupun joint venture merupakan contoh bentuk lain KL. Hasil riset
terkait aliansi dan transfer pengetahuan pada kerjasama Toyota dan General Motor oleh
NUMMI, memperlihatkan bahwa implementasi
427
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mekanisme transfer pengetahuan yang sistematik dapat mengatasi stickiness dan ambiquity
pengetahuan baru. Transfer pengetahuan yang berhasil harus dipandang dari perspektif
manajemen perubahan, dimana pengalaman trial and error dan eksperimentasi membantu hasil
transfer dan memegang peran kunci utama keberhasilan Inkipen, 2008. Proses
pembelajaran terhadap teknologi baru dalam KL ditentukan oleh kapasitas absortif yang berkaitan
dengan struktur dan proses pembelajaran, kemampuan untuk penerapan dan pemahaman
masing-masing anggotanya Lane et al, 2001.
Eksploitasi pengetahuan mengacu pada pengetahuan yang dimiliki saat ini, sementara itu
eksplorasi mengacu pada pengembangan pengetahuan baru terkait dengan produk,
prosedur, dan solusi inovatif dalam penyelesaian masalah Durcikova, 2011.
Akuisisi pengetahuan pada KL berperan dalam
peningkatan jejaring kerjasama dan esploitasi pengetahuan Yli-Renko, 2001.
Bilamana KL sudah ditetapkan sebagai suatu program, maka diperlukan inovasi dalam
pelaksanaan kegiatannya. Inovasi mengacu pada kebaruan dalam gagasan, pendekatan, metoda,
proses, struktur, perilaku, sikap dan budaya, teknologi, serta ketrampilan. Ketika suatu
organisasi dihadapkan pada keterbatasan sumberdaya maka KL bisa merupakan solusi
untuk mengatasi kendala tersebut Xiomi An, 2014. Proses penyelesaian masalah melalui KL
dapat berdampak meningkatkan potensi inovasi organisasi Elena Revilla, 2008. Kombinasi
kemampuan litbang internal dan eksternal dalam KL memungkinkan lahirnya inovasi produk atau
layanan baru, inovasi dapat ditemukan di tingkat individual maupun organisasi, dan inovasi
merupakan solusi utama untuk menghadapi permasalahan dan daya saing organisasi, Kim
Park, 2010; Rothaermel Hess, 2007; Lee,2016.
KL berpotensi meningkatkan pengetahuan melalui eksplorasi dan eksploitasi
pengembangan pengetahuan. Penulis menggambarkan peningkatan pengetahuan atas
kerjasama litbang sebagai berikut:
Y = a + αX + βZ Y = Individual peningkatan pengetahuan
KL, variable independen a = konstanta bila tidak ada kerjasama
α = konstanta pertambahan internal β = konstanta pertambahan eksternal
Variabel dependen :
X = eksploitasi pengetahuan KL Z = eksplorasi pengetahuan KL
Besaran α dan β sangat dipengaruhi efektifitas proses pembelajaran KL .
Hipotesis 1
: KL terbukti efektif mendorong proses pembelajaran yang berpengaruh pada
peningkatan pengetahuan sebagai akibat proses eksploitasi dan eksplorasi
4. Kerjasama Litbang dan Pengembangan
Kapasitas Organiasi
Kerjasama litbang mempunyai andil dalam mendorong inovasi berkelanjutan dan
proses ini pada saatnya secara kumulatif dan bertahap akan mampu memperbesar kapasitas
organisasi dalam memberikan layanan publik termasuk teknologi industri. Inovasi dianggap
sebagai instrumen stratejik dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas administrasi publik
tidak hanya untuk hari ini tapi juga di masa mendatang, sementara itu cakupan
pengembangan kapasitas meliputi organisasi, managerial, teknologi, budaya, kemampuan
individu Ali Farazmand, 2004.
KL diharapkan menjadi reaksi efektif dalam mengatasi kesenjangan antara tingkat
kinerja yang diharapkan dengan tingkat kinerja saat ini B. Volkov, 2008. Pengembangan
kapasitas organisasi, dimana kapasitas mempunyai kaitan positif dengan inovasi,
mencerminkan pada tiga kriteria yaitu: perubahan terkait proses, pendukung perubahan, budaya
organisasi yang memfasilitasi pembelajaran, dan salah satu tujuan pengembangan kapasitas adalah
peningkatan kemauan dan kemampuan untuk berubah Anthony Keneth, 2010; Manuel
Expósito-Langa, 2015
Karakteristik kepemimpinan dan tata kelola organisasi merupakan dua hal pendukung
kinerja perusahaan melalui pelaksanaan
428
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
manajemen sumberdaya pengetahuan yang lebih efektif dan efesien Inkinen, 2016. Pelaksanaan
KL memungkinkan adanya kerjasama teknik antar mitra dan pada gilirannya akan dapat
meningkatkan kapasitas absortif organisasi Frost Zhou, 2005. Upaya berbagi
sumberdaya dan fasilitas riset diantara mitra KL, dapat dipandang sebagai instrumen statejik dalam
meningkatkan kapasitas daya saing Kitagawa, 2010. Strategi eksploratif dan eksploitatif dalam
kaitan pendekatan inovasi teknologi berkaitan erat dengan kinerja organisasi He, 2004 .
Salah satu tujuan administrasi publik di era keterbatasan pendanaan adalah mencari cara guna
meningkatkan kapasitas organisasi yaitu kapasitas fungsional dan kapasitas memberikan
layanan Michell Brown, 2012. Para pembuat kebijakan semakin dituntut agar tidak hanya
mendorong dan mendukung inovasi di sektor swasta, akan tetapi juga menghasilkan kebijakan
publik dan pelayanan yang inovatif Sørensen, 2012 .
Hipotesis 2:
KL berdampak positif terhadap perbaikan sistem layanan dan sistem kelitbangan
Gambar 1
. Alur Pikir Optimalisasi KL untuk Pengembanagan Kapasitas
METODE PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai BBKKP yang secara administratif dan
teknis terlibat dalam pelaksanaan KL. Sementara itu khusus untuk akuisisi pengetahuan, sampel
adalah individu yang secara teknis terlibat dalam tiga KL antara BBKKP dengan: Balai Konservasi
Borobudur, PT. PJB Paiton Unit 1 – 2, CV. Goedang Engineering. Pertanyaan kuesioner
mengarah pada pertanyaan benarkah kerjasama litbang BBKKP yang sudah, sedang dan akan
berlangsung memberikan pengaruh pada perubahan pada tata kelola layanan publik dan
sistem kelitbangan. Metodologi penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif. Data primer diperoleh melalui kuesioner terhadap responden yang
secara tugas pokok dan fungsi terlibat dalam pelaksanaan KL dan kuesioner khusus terkait
akuisisi pengetahuan bagi mereka yang secara teknis melaksanakan KL. Kepada responden
ditanyakan ada tidaknya penambahan pengetahuan dengan memberi nilai antara 0 dan
1.
Guna mengetahui terjadi atau tidaknya atau pengaruh KL terhadap sistem yang
mendukung pelayanan dan kelitbangan, maka kepada responden diminta menjawab pertanyaan
KL, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan berlangsung. Pilihan jawaban adalah : kurang
sesuai, agak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Dalam analisis data jawaban tersebut diubah menjadi
kuntitatif ke angka berturut-turut 1, 2, 3, dan 4. Semangat yang melatar belakangi pelaksanaan
KL diuji dengan menggunakan Lima Kunci menumbuh kembangkan inovasi: keingintahuan,
keberanian, komunikasi, komitmen dan keterkaitan Danseco, 2013. Analisis proses
pembelajaran pada KL dilakukan dengan kuesioner terhadap informan kunci terkait tiga
KL yang telah
dilakukan BBKKP. Analisis bertujuan untuk mengetahui tingkat pertambahan pengetahuan
atau akuisisi pengetahuan selama proses pelaksanaan kerjasama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu tujuan pengembangan kapasitas organisasi adalah peningkatan kemauan
dan kemampuan untuk berubah Buono Keeber, 2010. Sebaliknya kemauan dan
kemampuan berubah dapat meningkatkan kapasitas organisasi. Berikut modifikasi
penjabaran kemampuan dan kemauan berubah.
429
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 1
. Aspek Kemauan dan Kemampuan Berubah KKB
Aspek Kemauan kemampuan
Berubah Kelompok
Pelayanan Kelompok
Kelitbangan Rata-
rata Simpa
-ngan Rata-
rata Simpa
-ngan Tantangan
3,39 0,50
3,50 0,61
Inovasi kreatifitas
3,50 0,62
3,40 0,60
Nilai-nilai 3,39
0,61 3,15
0,49 Kredibilitas
3,33 0,77
3,20 0,67
Mendengar persoalan
3,22 0,65
3,25 0,64
Kepercayaan 3,39
0,50 3,35
0,49 Kejujuran
3,11 0,96
3,15 0,59
Keterbukaan 3,44
0,62 3,10
0,55
KL akan terlaksana sebagaimana biasa bila tidak didasari kemauan dan kemampuan
berubah. Aspek kemauan dan kemampuan berubah menjadi energi penyemangat terjadinya
perubahan ataupun inovasi. Tabel 1. menunjukkan kelompok responden pelayanan
memandang inovasi kreatifitas merupakan hal yang utama sebagai penyemangat perubahan,
sedangkan kelompok kelitbangan melihat adanya tantangan dalam proses pelaksanaan KL
merupakan suatu yang utama. Kedua kelompok responden memberikan penilaian lebih besar dari
3 untuk semua aspek kemauan dan kemampuan berubah.
Dalam pelaksanaan proses pelaksanaan KL diharapkan memunculkan berbagai inovasi.
Faktor kerjasama sebagaimana terlihat pada Tabel 2. merupakan unsur tumbuh kembang
inovasi yang utama dalam pelaksanaan KL, baik dari kelompok responden pelayanan maupun
responden kelitbangan, disusul faktor komunikasi dan komitmen. Namun demikian kelima faktor
tumbuh kembang inovasi dianggap penting dan perlu dalam pelaksanaan KL, hal ini ditunjukan
dengan nilai rata-rata yang lebih besar dari 3. Hal yang menarik ternyata kelompok responden
pelayanan dan kelitbangan dalam memberikan penilaian terhadap faktor keberanian kedua-
duanya menunjukkan simpangan terbesar. Hal ini dimungkinkan karena unsur–unsur keberanian
dalam proses KL sangat beragam, mulai kehati- hatian sampai dengan pengambil risiko.
Tabel 2. Faktor Tumbuh Kembang Inovasi TKI
5 K tumbuh kembang
inovasi Kelompok
Pelayanan Kelompok
Kelitbangan Rata-
rata Simpangan Rata-
rata Simpangan
Komitmen 3,56
0,51 3,45
0,51 Keberanian
3,22 1,00
3.20 0,83
Keingintahuan 3,22
0,65 3,05
0,51 Komunikasi
3,67 0,49
3,60 0,50
Kerjasama 3,72
0,46 3,75
0,44
Tabel 3
. Kerjasama Litbang BBKKP dengan Balai Konservasi Borobudur KL-1
Akuisisi Pengetahuan
α β
Rasio βα
Rata rata
Simpa- ngan
Rata rata
Simpa- ngan
Metodologi 0,42
0,22 0,50
0,30 1,19
Material 0,60
0,22 0,54
0,25 0,90
Proses 0,52
0,15 0,60
0,22 1,15
Pengujian 0,64
0,29 0,52
0,33 0,81
Analisa data 0,56 0,25
0,42 0,25
0,75 Penyajian
0,56 0,29
0,36 0,30
0,64 Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah
Akuisisi pengetahuan pada KL-1 menghasilkan nilai rata-
rata total eksploitasi α = 0,55 dan rata-
rata total eksplorasi β sebesar 0,49. Hal ini memperlihatkan bahwa KL-1
memberikan pengaruh yang hampir sama antara penggalian dan pengembangan optimal
430
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pengetahuan yang dimiliki saat ini dengan upaya pengembangan pengetahuan sebagai akibat
interaksi dengan pihak luar yang terkait. Simpangan baku sebagaimana data Tabel 3
cukup besar, hal ini dikarenakan jumlah sampel yang sedikit, variasi tingkat pengetahuan yang
dimiliki cukup besar, kemampuan pembelajaran yang berbeda beda.
KL-1 menghasilkan persamaan pertambahan pengetahuan sebagai berikut:
Y = a + 0,55X + 0,49Z Dengan mengasumsikan bahwa energi yang
diperlukan untuk melakukan eksplorasi lebih besar dari eksploitasi, maka akuisisi pada sub
pengetahuan metodologi dan proses pada KL-
1 dimana rasio βα lebih besar dari satu, maka kedua sub pengetahuan tersebut
membutuhkan semangat kemampuan dan kemauan yang relatif lebih besar.
Tabel 4
. Kerjasama Litbang BBKKP dengan PJB Paiton KL-2
Akuisisi Pengetahuan
α β
Rasio βα
Rata- rata
Simpa- ngan
Rata- rata
Simp- angan
Metodologi
0,66 0,15
0,76 0,11
1,15
Material
0,40 0,25
0,44 0,23
1,10
Proses
0,36 0,30
0,54 0,30
1,50
Pengujian
0,58 0,13
0,72 0,25
1,24
Analisa data
0,68 0,23
0,70 0,29
1,03
Penyajian
0,58 0,28
0,62 0,33
1,07
Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah
Berdasarkan data pada Tabel 4, akuisisi pengetahuan pada KL-2 menghasilkan nilai rata-
rata total eksploitasi α = 0,54 dan rata-rata total eksplorasi β sebesar 0,63 Hal ini
memperlihatkan bahwa KL-2 memberikan pengaruh penggalian dan pengembangan
pengetahuan yang lebih besar dari pada yang dimiliki saat ini. Rasio βα lebih besar 1, sangat
diharapkan pada pelaksanaan KL, dimana terjadi dinamika proses pembelajaran individual maupun
kelompok yang lebih intens. KL-2 menghasilkan persamaan pertambahan
pengetahuan sebagai berikut: Y = a + 0,54X + 0,63Z
Karakteristik KL-2 berbeda dengan KL-1 dimana semua akuisisi pada semua sub pengetahuan
memiliki rasio βα lebih besar dari satu. Hal ini dapat dikatakan bahwa energi yang diperlukan
untuk melaksanakan KL-2 sangat besar, khususnya pada sub pengetahuan proses dan
pengujian. Energi tersebut diperlukan selain untuk menjalankannya, juga untuk mengatasi
hambatan dan untuk meraih peluang serta mengelola semangat.
Tabel 5
. Kerjasama Litbang BBKKP dengan CV. Goedang Engineering KL-3
Akuisisi Pengetahuan
α β
Rasio βα
Rata- rata
Simpa- ngan
Rata- rata
Simpa- ngan
Metodologi 0,54
0,20 0,57
0,27 1,06
Material 0,57
0,16 0,60
0,24 1,05
Proses 0,57
0,14 0,63
0,23 1,11
Pengujian 0,53
0,20 0,66
0,22 1,25
Analisa data 0,49
0,24 0,46
0,24 0,94
Penyajian 0,51
0,23 0,39
0,27 0,76
Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah
Akuisisi pengetahuan pada KL-3 menghasilkan nilai rata-
rata total eksploitasi α = 0,54 dan rata- rata total eksplorasi β sebesar 0,55 Hal ini
memperlihatkan bahwa upaya pengembangan pengetahuan sebagai akibat interaksi dengan
pihak luar yang terkait pada KL-3 memberikan pengaruh hampir sama dibanding upaya
penggalian dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki saat ini. Simpangan baku sebagaimana
data Tabel 5 cukup besar hampir sama dengan Tabel 3, kemungkinan penyebabnya hampir
sama.
431
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
KL-3 menghasilkan persamaan pertambahan pengetahuan sebagai berikut:
Y = a + 0,54X + 0,55Z Karakteristik KL-3 hampir mirip dengan KL-2
dimana hanya akuisisi pada sub pengetahuan analisis data dan penyajian yang memiliki rasio
βα lebih kecil dari satu. Akuisisi sub pengetahuan proses dan pengujian pada KL-3
relatif sama menonjol dengan KL-2, namun mempunyai konteks eksternalitas pelaksanaan
yang berbeda.
Tabel 6.
Eksploitasi dan Eksplorasi Pengetahuan
KL Rata-Rata
α Rata-rata
β Rasio
βα KL-1
0,55 0,49
0,89 KL-2
0,54 0,63
1,17 KL-3
0,54 0,55
1,02
Akuisisi pengetahuan secara keseluruhan berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan
bahwa KL – 2 mempunyai nilai rasio βα yang
paling besar. Dan guna menilai pengaruh akuisisi pengetahuan terhadap KL yang berbeda
beda karakteristiknya dilakukan analisa statistik parametrik dengan menggunakan uji t. Masing
masing KL diantara eksploitasi dan eksplorasi diperbandingkan dan dengan menggunakan
tingkat kepercayaan α = 0.05, hasilnya
sebagimana terlihat pada Table 7 dan Tabel 8.
Tabel 7
. Nilai Probabilitas P Eksploitasi pengetahuan antar KL
KL - 1 KL - 2
Kl - 3 KL - 1
0.414359 0.422934 KL - 2
0.448295 Kl - 3
Tabel 8
. Nilai Probabilitas Eksplorasi pengetahuan antar KL
KL - 1 KL - 2
Kl - 3 KL - 1
0.001585 0.106695 KL - 2
0.042144 Kl - 3
Tabel 7 menunjukkan semua nilai P α,
hal ini bearti tidak ada perbedaan dalam pelaksanaan akuisisi pengetahuan melalui
eksploitasi antar KL. Sementara pada akuisisi pengetahuan melalui eksplorasi sebagaimana
terlihat pada Tabel 8. menunjukkan bahwa
antara KL – 1 dengan KL – 2 dan KL - 2 dengan KL –
3 menghasilkan nilai P α, maka dapat disimpukan adanya perbedaan dalam
pelaksanaan cara akuisisi tersebut atau dengan kata lain KL - 2 mempunyai karakteriktik yang
berbeda pada eksplorasi pengetahuan.
Akuisisi pengetahuan merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan KL terkait
dengan pengelolaan sumberdaya, manajemen pengetahuan, proses pembelajaran. Pembelajaran
individu atau kelompok kerja Kl akan berdampak pada penguatan kemampuan organisasi
bilamana hal itu mendorong terjadinya peninjauan kembali, perubahan, perbaikan,
penyempurnaan terkait prosedur proses pelaksanaan KL, baik dari sisi pelayanan maupun
keilmuan. Tata kelola atau sistem atau pranata yang ada di BBKKP dalam mendukung KL
yaitu sistem layanan dan sistem kelitbangan.
Tabel 9.
Dampak KL terhadap Sistem
Dampak KL Rata-rata Simpangan
Sistem layanan 2,90
0,79 Sistem Kelitbangan
3,15 0,49
Sebanyak 38 responden, baik yang tugas utamanya di pelayanan maupun di kelitbangan,
432
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
meyakini bahwa KL mempunyai dampak terhadap sistem layanan maupun sistem
kelitbangan, namun dampak KL terhadap sistem kelitbangan lebih besar. Penelitian ini
mempunyai keterbatasan dalam mengukur seberapa besar dampak tersebut dalam kaitan
dengan implementasi sistem pelayanan dan kelitbangan. Dikarenakan pertanyaan pada
kuesioner mengacu kondisi KL yang sudah, sedang, dan akan datang, maka ada peluang
perbaikan pengembangan sistem, baik sistem layanan maupun sistem kelitbangan. Pemahaman
KL sebagai salah satu layanan publik, masih perlu dioptimalkan
PENUTUP
Langkah-langkah inovatif optimalisasi KL di suatu lembaga litbang perlu terus menerus
dikembangkan, hal ini dikarenakan KL terbukti efektif mendorong proses pembelajaran yang
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan sebagai akibat proses eksploitasi dan eksplorasi.
Untuk itu faktor yang mendasari pendorong semangat kerjasama perlu juga diperhatikan.
Persepsi kelompok pelayanan publik dan kelitbangan memperlihatkan bahwa KL
mempunyai dampak positif terhadap perbaikan sistem layanan dan sistem kelitbangan. Namun
demikian dampak positif tersebut masih perlu dibuktikan lebih lanjut akan kualitas dan
kuantitas perbaikan terhadap tatacara proses pengelolaan layanan publik dan kelitbangan.
Kerjasama Litbang selain memenuhi capaian kinerja organisasi, harus berdampak
dalam dua hal yaitu: manfaat dan dinamika sistem. Manfaat yang bisa dirasakan oleh para
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan KL, sementara dinamika sistem diperlukan untuk
menjamin terjadinya inovasi berkelanjutan. Perubahan kapasitas organisasi dipengaruhi
kesediaan akan terjadinya keberlangsungan perubahan. Perubahan kapasitas organisasi, pada
saatnya, secara gradual akan mendongkrak penguatan kapasitas lembaga litbang. KL
merupakan implementasi efektif bentuk riset terapan oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan
dan dukungan pemangku kepentingan dalam perencanaan yang lebih komprehensif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tulisan ini diinspirasi pelaksanaan KL tiga tahun terakhir di BBKKP, terima kasih atas dedikasi
para kelompok kerja KL atas semangat Desperatly Optimizing KL dalam perburuan
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Farazmand 2004, Public Organization Review: A Global Journal 4: 3-24
Innovation in Strategic Human Resource Management: Building Capacity in the
Age of Globalization
Andrew C. Inkpen 2008, Knowledge Transfer And International Joint Ventures: The
Case Of Nummi And General Motors, Strategic Management Journal . J., 29:
447 -453
Anthony F. Buono, Keneth w. Kerber 2010, Creating a Sustainable Aproach to Change:
Building Organizational Change Capacity, SAM Advaned Management Journal –
spring, 75,2
Boris B. Volkov 2008, Toward continuous improvement in organizations: a case
study of evaluation capacity building In the northwest area foundation. A
dissertation Submitted to the faculty of the graduate school of the university of
Minnesota
Changsu Kim and Jong-Hun Park 2010,The Global Research-and-Development
Network and Its Effect on Innovation, Journal of International Marketing, Vol.
18, No. 4 pp. 43-57
Charles Dhanasai and Arvind Parkhe 2006, Orchestrating Innovation Networks ,The
Academy of Management Review, Vol. 31, No. 3, pp. 659-669
Chris B. Emmons 2013, Improving Organizational Performance: Building
Organizational Resilience and Sustainability through Knowledge-Sharing
Relationships , Walden University
Minneapolis,
433
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Darr, Eric D;Argote, Linda;Epple, Dennis 1995, The Acquisition, Transfer, and
Depreciation of Knowledge in Service Organizations: Productivity in Franchises ,
Management science 41
Damon Aiken, Timothy C. Heinze, Matthew L. Meuter, and Kenneth J. Chapman 2016,
Innovation Through Collaborative Course Development: Theory And Practice,
Marketing Education Review, vol. 26, no. 1, pp. 57–62
Danseco, E 2013, The Five CS For Innovating in Evaluation capacity Building : Lessons
From The Field, The Canadian Journal of Program Evaluation Vo. 28 No. 2 Pages
107 – 117
Durcikova, Alexandra; Kelly J. Fadel, Brian S. Butler, Dennis F. 2011, Knowledge
Exploration and Exploitation: The Impacts of Psychological Climate and Knowledge
Management System Access, Inf onnation Systems Research Vol. 22, No. 4, pp.
855-866
Fumi Kitagawa 2010, Pooling Resources for Excellence and Relevance: An Evolution
of Universities as Multi- Scalar Network Organisations , Minerva, Vol. 48, No. 2
pp. 169-187
Elena Revilla 2008, Knowledge Management in Research Joint Ventures, Strategic
Knowledge Management in Multinational Organizations. p207-226
Eva Sørensen 2012, Measuring the accountability of collaborative innovation,
The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal Vol 17 1 article 9
Frank T. Rothaermel and Andrew M. Hess Nov. - Dec., 2007, Building Dynamic
Capabilities: Innovation Driven by Individual-, Firm-, and Network-Level,
Organization Science, Vol. 18, No. 6, pp. 898-921
Gene Slowinski and Matthew W. Sagal 2010, Good practices in open innovation,
Industrial Research Institute Inc. Hasyimi, S 2000, Analisis Learning
Organization Core Capability Kajian Kasus di Lembaga Litbang Deprindag –
BBKKP, Universitas Indonesia
He, Zi-Lin ; Wong, Poh-Kam 2004 , Exploration vs. Exploitation: An
Empirical Test of the Ambidexterity Hypothesis, Organization Science Vol. 15,
No. 4, July-August 2004, pp. 481-494 Henri Inkinen 2016, Review of empirical
research on knowledge management practices and firm performance, Journal of
Knowledge Management, Vol. 20 Iss 2 pp. 230 – 257
Lane, Jane E. Salk and Marjorie A. Lyles 2001, Absorptive Capacity, Learning,
and Performance in International Joint Ventures , Management Journal, Vol. 22,
No. 12 pp. 1139-1161
Manuel Expósito-Langa 2015, Innovation in clusters: exploration capacity, networking
intensity and external resources, Journal of Organizational Change Management vol
28 No 1 pp 26-42
Ming-Chang Lee 2016, Knowledge Management and innovation management:
best practices in knowledge sharing and knowledge value chain, Journal of
Innovation and Learning Vol 19, N0.2 pp 206-226
Mitchell Brown 2012, Enhancing and Measuring Organizational Capacity:
Assesing the Results of the U.S. Department of Justice Rural Pilot Program
Evaluation, Public Adninistration Review, Juli-August 2012 Blackwell Publishing Ltd
Nonaka Ikujiro and Georg von Krogh 2009 Tacit Knowledge and Knowledge
Conversion: Controversy and Advancement in Organizational
Knowledge Creation Theory, Organization Science, Vol. 20, No. 3, pp. 635-652
Senge, Peer, Leinder, Anet, Robert, Charlote, Ross, Richard Roth, George, Smith, Bryan
1999 The Dance of Change: The Challence of Sustaining Momentum in
434
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Learning Organization, Dourbledary, New York
Tony S. Frost and Changhui Zhou 2005, RD Co-practice and Reverse
Knowledge Integration in Multinational Firms, Journal of International Business
Studies, Vol. 36, No. 6 pp. 676-687
Xiomi An, Hepu Deng, Lemen Chao nad Wenlin Bai 2014, No. 3, Knowledge
management in supporting collaborative innovation community capacity building,
Journal of Knowledge Management Vol 18 Yli-Renko, Helena;Autio, Erkko;Sapienza, Harry
J 2001, Social capital, knowledge acquisitions, and knowledge exploitation
in young technology-based firms, Strategic Management Journal; JunJul; 22, 67; pg.
587
435
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
KOMUNIKASI PEJABAT HUMAS PEMERINTAH DALAM MENGELOLA INFORMASI IPTEK
STUDI FENOMENOLOGI PADA BATAN, BPPT, DAN LAPAN
Dyah Rachmawati Sugiyanto
1
, Dr. Suwandi Sumartias
2
, Prof. Dr. Neni Yulianita
3
, Dr. Lukiati Komala
4 1
Pranata Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Mahasiswi Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung. dyah.humasgmail.com
2
Dosen Universitas Padjadjaran, Bandung. wandi_sumartiasyahoo.com
3
Dosen Universitas Islam Bandung, Bandung. yulianita_nenigmail.com
4
Dosen Universitas Padjadjaran, Bandung. lukiatikomalagmail.com
Keyword A B S T R A C T
Government Public Relations, ST Information,
Communication Experience Managing the information of science and technology to be accepted by the
public was not easy for the public relations officers in government research institutions. This study aims to explore the Government Public
Relations Officer experiences related to the management of information of science and technology. The communication experience, furthermore as
contribution in the development strategy of strengthening the human resources capacity of Government Public Relations. Phenomenology
method in this research tries to explore experiences of 9 informants in BATAN, BPPT, and LAPAN on manage information of science and
technology, through in-depth interviews. This study suggests that in a communication on managing of information of science and technology,
Government Public Relations Officers in BATAN, BPPT, and LAPAN gain pleasant and unpleasant experiences. This study confirmed that the
experience is the construction of knowledge and awareness of Government Public Relations Officers in managing science and technology
information.
Kata Kunci S A R I K A R A N G A N
Humas Pemerintah, Informasi Iptek, Pengalaman Komunikasi
Mengelola informasi Iptek untuk dapat diterima dan dipahami oleh publik ternyata bukan hal mudah bagi para personil Humas di lembaga riset
pemerintah. Penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pejabat struktural maupun fungsional terkait pengelolaan informasi Iptek.
Pengalaman komunikasi tersebut, selanjutnya menjadi kontribusi dalam menentukan pengembangan strategi penguatan kapasitas SDM Humas
Pemerintah. Metode Fenomenologi dalam penelitian ini mengeksplorasi pengalaman 9 informan di BATAN, BPPT, dan LAPAN dalam mengelola
informasi Iptek, dengan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini menyebutkan, dalam melakukan pengelolaan informasi Iptek, para pejabat
Humas Pemerintah di BATAN, BPPT, dan LAPAN mendapatkan pengalaman komunikasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Penelitian ini juga mempertegas bahwa pengalaman tersebut merupakan konstruksi dari pengetahuan dan kesadaran personil Humas Pemerintah
dalam mengelola informasi Iptek.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
436
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
LATAR BELAKANG MASALAH
Pengelolaan informasi Iptek yang dilakukan pemerintah sejatinya bukan hanya
sekedar aktivitas biasa, rutin, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi
sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat. Lebih dari itu, ada tanggungjawab lebih besar di
balik tujuannya, yaitu membangun kesadaran publik terhadap Iptek, baik sebagai pengguna
maupun pemantau kebijakan Iptek yang dibuat oleh pemerintah. Oleh sebab itu, tenaga ahli
komunikasi, dalam penelitian ini adalah Pejabat Humas Pemerintah, perlu mendapatkan perhatian
secara khusus.
Pemilihan tiga lembaga dilatarbelakangi beberapa hal. Pertama, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana komunikasi Humas Pemerintah di lembaga riset. Karena itu, langkah
pertama dalam memilih lokasi penelitian adalah memilih lembaga pemerintah yang berkoordinasi
dengan kementerian yang menangani urusan riset dan pendidikan tinggi di Indonesia. Selanjutnya,
peneliti menelusuri lembaga riset pemerintah yang di dalamnya terdapat Pejabat Struktural
Humas dan di dalamnya terdapat Pejabat Fungsional Pranata Humas. Hal terpenting, jika
dilakukan riset pada instansi tersebut akan berdampak besar, signifikan, dan nyata,
khususnya bagi Humas Pemerintah lainnya.
Di antara Lembaga Pemerintah Non Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan
Tinggi LPNK Ristekdikti, diketahui bahwa yang memiliki sumber daya manusia SDM
Pranata Humas adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi BPPT, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional LAPAN,
Badan Standardisasi Nasional BSN dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI
1
. Selanjutnya, peneliti membatasi jumlah
lokasi yang akan diteliti, yaitu sebanyak tiga. Peneliti kemudian menetapkan BATAN, BPPT,
dan LAPAN sebagai lokasi penelitian. Dari ketiga lokasi penelitian yang dituju, setiap unit
1
Rangkuman wawancara dengan Pejabat Humas dari delapan LPNK Kemristekdikti yang dianggap dapat
mewakili lembaganya masing-masing
Humas di dalamnya memiliki jumlah dan kualitas pejabat Humas yang berbeda. BATAN
memiliki 40 Pejabat Fungsional Pranata Humas, 6 di antaranya ditempatkan di Bagian Humas.
BPPT memiliki 30 Pejabat Fungsional Pranata Humas, hampir setengah di antaranya
ditempatkan di Bagian Humas. LAPAN memiliki 32 Pejabat Fungsional Pranata Humas, 8 di
antaranya ditempatkan di Bagian Humas.
2
Humas Pemerintah, menurut Eko Madi Parmanto
3
, pekerjaannya ‘tidak jelas’, target juga ‘tidak jelas’, produknya mungkin orang tidak
tahu, produknya juga kemungkinan bukan menjadi kebutuhan mereka. Di situlah beratnya
Humas Pemerintah di lembaga riset untuk bisa menjelaskan juga mengenai substansi secara
umum.
Kepala Bagian Humas BATAN tersebut menambahkan, survey yang dilakukan di
lembaga swasta lebih fokus kepada misi atau posisi khusus dan lebih banyak kemanfaatannya
secara ekonomi. Sedang lembaga riset pemerintah itu juga berfungsi mengembangkan
teknologi, ada tugas-tugas yang mendukung kegiatan pemerintah, kemudian ada juga tugas-
tugas sosial. Menurutnya, beban tersebut menjadi jauh lebih banyak dibanding dengan beban para
Humas di lembaga riset yang mandiri swasta. “Di lembaga riset pemerintah tidak boleh bisnis.
Jadi tujuannya melakukan riset, menghasilkan, kemudian diberikan secara cuma-cuma kepada
masyarakat yang membutuhkan. Di perusahaan industri hanya menjelaskan saja bentuk tulisan-
tulisan dalam kemasan produk, mem-branding produk melalui info keunggulan produk tersebut.
Humas Pemerintah di lembaga risetlah yang mengedukasi masyarakat bahwa radiasi itu aman.
“Radiasi itu apa ? Itu kita mengedukasi. Itu kan tidak berbiaya, apa dan bagaimana manfaatnya
apa”.
Menyampaikan pengetahuan tentang Nuklir dan pembangunan Reaktor Daya
Eksperimental RDE bukanlah hal yang mudah. Publik sudah terlanjur memaknai Nuklir adalah
2
Rangkuman wawancara dengan Yustantia BATAN, Sherly BPPT, dan Adhi LAPAN.
3
Kepala Bagian Humas BPPT, wawancara pada 13 Maret 2016 di Kantor BATAN
437
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
sesuatu yang sangat berbahaya bahkan dapat mematikan. Mengubah pemahaman publik untuk
bisa menerima fakta bahwa ada manfaat Nuklir di balik isu tersebut membutuhkan metode yang
tepat dan profesional dan disampaikan oleh Pejabat Humas sebagai juru bicara yang handal.
Fenomena berikutnya terkait pengelolaan Iptek di BPPT yang dilakukan oleh para pejabat
Humas di BPPT dapat diketahui dari pernyataan berikut:
“BPPT memandang bahwa informasi Iptek khususnya informasi mengenai hasil kerja
kerekayasaan BPPT perlu dipadukan dengan sistem informasi yang terintegrasi dengan baik.
Dalam hal ini Humas BPPT bekerjasama dengan unit kerja Pusat Data Informasi dan Standardisasi
BPPT terkait pengelolaan informasi melalui Website bppt.go.id. Pada website tersebut
disajikan pemberitaan mengenai kinerja BPPT beserta galeri foto kegiatannya. Selain itu juga
kami tampilkan profil unit kerja di BPPT beserta layanan dan jasa yang menjadi andalan tiap unit
kerja. Selain mengelola informasi melalui website, Humas BPPT juga secara aktif
menyebarluaskan informasi Iptek melalui media sosial twitter, facebook dan youtube. Tidak
ketinggalan juga BPPT mengelola penerbitan cetak melalui Majalah Informasi Teknologi,
Newsletter BPPT, dan Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.”
4
Selanjutnya, Salah satu hasil penelitian yang digunakan saat krisis akibat kebakaran
lahan gambut di Riau beberapa waktu lalu adalah pesawat hujan buatan, yang merupakan hasil
penelitian BPPT. Dalam sebuah wawancara awal, peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana Pejabat Humas BPPT mengambil langkah dalam mengelola informasi terkait aksi
humas terhadap pemberitaan tersebut. Humas BPPT memanfaatkan Forum Wartawan
Teknologi guna menyebarluaskan isu kegiatan terkini dari pelaksanaan Operasi Teknologi
Modifikasi Cuaca BPPT.
Lokasi penelitian berikutnya adalah LAPAN. Informasi mengenai keantariksaan yang
4
Wawancara dengan Surya Pratama, S.Sos, M.Si, Kepala Sub Bagian Hubungan Media dan Pengaduan Masyarakat,
Bagian Humas BPPT, 21 Nopember 2015
dikeluarkan oleh LAPAN belum tentu penting bagi publik, sekalipun informasi itu adalah
informasi penting. Kemampuan Pejabat Humas LAPAN diuji dalam hal ini, untuk menarik minat
dan mengedukasi publik terhadap kemampuan LAPAN dalam bidang keantariksaan dan
penerbangan nasional.
Pekerjaan Humas Pemerintah tidak selesai hanya dengan mengundang wartawan
dalam konferensi pers, melakukan publikasi, mendiseminasikan informasi melalui media
sosial. Dalam melakukan tugasnya, para petugas Humas Pemerintah juga harus berfikir strategis,
berdasarkan pengalaman-pengalaman komunikasi yang pernah dihadapi. Karena itu,
penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pejabat struktural maupun fungsional terkait
pengelolaan informasi Iptek. Pengalaman komunikasi tersebut, selanjutnya menjadi
kontribusi dalam menentukan pengembangan strategi penguatan kapasitas SDM Humas
Pemerintah.
TEORI DAN METODOLOGI Humas Pemerintah
Berkembangnya profesi Humas memunculkan bidang-bidang kekhususan di
dalamnya. Morissan 2010:32 mengklasifikasikannya menjadi lima bidang,
yaitu Publisitas, Public Affairs, Pemasaran, Manajemen Isu, dan Lobi. Selanjutnya, Public
Affairs melahirkan tiga bidang kekhususan, yaitu community relations, government relations, dan
industrial relations. Dalam perkembangannya, Profesi Humas Pemerintah mengalami dinamika
perubahan yang cukup signifikan, khususnya di Indonesia, mulai era 1990an. Penyebutan
individu yang berprofesi sebagai Humas Pemerintah bahkan belum disadari harus dengan
istilah yang mana. Pakar Ilmu Komunikasi, Frank Jefkins menyebutkan:
“Public Relations dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘Hubungan Masyarakat’,
disingkat ‘PR’. Istilah ‘seorang PR’ a PR yang terlanjur populer itu harus dihindari karena pada
dasarnya memang keliru. Seorang praktisi PR tidak sama dengan PR yang merupakan suatu
438
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016