Indikator Kompetensi Komunikasi Abstrak Makalah Terbaik

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode systematic review dengan pendekatan kualitatif meta-sintesis. Systematic review adalah suatu metode penelitian untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan interpretasi terhadap semua hasil penelitian yang relevan terkait pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu, atau fenomena yang menjadi perhatian Kitchenham, 2004. Studi individu individual study merupakan bentuk studi primer primary study, sedangkan systematic review adalah studi sekunder secondary study. Systematic review merupakan sebuah sintesis dari studi-studi penelitian primer yang menyajikan suatu topik tertentu dengan formulasi pertanyaan yang spesifik dan jelas, metode pencarian yang eksplisit dan reprodusibel, melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan studi, serta mengkomunikasikan hasil dan implikasinya Green, 2005. Dengan demikian Systematic review akan sangat bermanfaat untuk mengintegrasikan berbagai hasil penelitian yang relevan, sehingga fakta yang disajikan kepada penentu kebijakan menjadi lebih komprehensif dan berimbang. Tabel 2. Perbedaan Systematic Review dan Traditional Review Perry Hammond, 2002 Berdasarkan pada Tabel 2 di atas dapat dikatakan bahwa systematic review merupakan metode penelitian yang merangkum hasil-hasil penelitian primer dengan cara yang baku dan sistematis sedangkan traditional review, cara pengumpulan faktanya dan teknik sintesisnya tidak mengikuti metode baku dan sebagaimana systematic review. Analogi dengan metodologi penelitian secara umum, dimana terdapat metode kuantatif dan kualitatif maka dalam Systematic review juga 415 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 terdapat metode kuantitatif dan metode kualitatif Siswanto, 2010. Metode kuantitatif Systematic review adalah digunakan untuk mensintesis hasil-hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam systematic review disebut dengan meta-analisis. Sementara itu metode kualitatif dalam systematic review digunakan untuk mensintesis hasil-hasil penelitian yang bersifat deskripsi kualitatif yang disebut dengan meta-sintesis. Secara definisi, meta- sintesis adalah teknik melakukan integrasi data untuk mendapatkan teori maupun konsep baru atau tingkatan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh Perry Hammond, 2002. Pada penelitian ini akan digunakan teknik meta-sintesis khususnya pendekatan meta-agregasi dimana pendekatan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara merangkum berbagai hasil penelitian summarizing. Secara garis besar, pendekatan meta-agregasi mencakup beberapa langkah sebagai berikut Francis Baldesari, 2006 : • Memformulasikan pertanyaan penelitian formulating the review question • Melakukan pencarian hasil penelitian dan literature systematic review conducting a systematic literature search • Melakukan seleksi artikel penelitian yang cocok screening selecting appropriate research articles • Melakukan analisis dan sintesa temuan- temuan kualitatif analyzing synthesizing qualitative findings

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian tinjauan pustaka khususnya penelitian yang terkait, telah diperoleh sejumlah studi CSF penerapan e-Service di lembaga pemerintah baik dalam maupun luar negeri. Studi CSF ini masih tersebar dalam berbagai artikel jurnal maupun conference sehingga belum memberikan gambaran yang utuh. Sebagai contoh, Soh Bong Yu 2009 telah mengidentifikasi ada 5 faktor sukses dalam penerapan e-Services yaitu Visi dan strategi, Perbaikan proses bisnis, Teknologi informasi, Struktur organisasi dan Hukum peraturan yang berlaku. Sosiawan 2008 merumuskan 4 faktor sukses terkait e- Services yakni Regulasi, Sumber daya manusia, Sarana dan prasarana dan Literasi masyarakat. Prananto 2007 juga telah mengidentifikasi 6 faktor sukses e-Services yang terdiri dari Ketersediaan infrastruktur teknologi yg memadai, Koordinasi antar departemenunit, Dukungan politik, Visi dan strategi pemerintah perundang-undangan, Tata kelola pemerintahan yang baik dan Manajemen perubahan. Ketiga penelitian tersebut dilakukan di waktu yang berbeda yakni Prananto 2007, Sosiawan 2008 dan Soh Bong Yu 2009. Jika dicermati lebih lanjut, ada beberapa faktor sukses CSF terkait e-Services yang telah dirumuskan oleh Prananto 2007, Sosiawan 2008 dan Soh Bong Yu 2009 memiliki makna yang sama meskipun namanya berbeda-beda. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Prananto 2007 mengidentifikasi salah satu faktor sukses yakni “Ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai”, namun dalam penelitian yang dilakukan Sosiawan 2008 terdapat faktor sukses yang disebut dengan “Sarana dan prasarana”. Sementara penelitian Soh Bong Yu 2009 menyebutkan “Teknologi informasi” sebagai salah satu faktor sukses dalam penerapan e-Service. Meskipun ketiga faktor sukses CSF tersebut memiliki nama yang berbeda namun pada dasarnya makna dari ketiganya adalah sama adalah “Infrastruktur TIK yang mendukung”. 416 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Selain itu, masih ada beberapa faktor sukses terkait e-Service dari ketiga penelitian tersebut yang memiliki makna sama walaupun namanya berbeda. Faktor sukses “Hukum peraturan yang berlaku” diformulasikan oleh Soh Bong Yu 2009, Sosiawan 2008 menyebut faktor sukses tersebut dengan “Regulasi” sedangkan faktor sukses “perundangan-undangan“ dirumuskan oleh Prananto 2007. Ketiga faktor sukses CSF tersebut dapat dikatakan memiliki makna yang sama yakni “Regulasi pemerintah sebagai payung hukum”. Oleh karena itu dapat dilakukan sintesa dari ketiga artikel tersebut untuk memperoleh faktor sukses CSF yang generik dari ketiganya.. Contoh di atas adalah hanya berasal dari tiga artikel jurnal. Setelah ditelusuri, ternyata masih banyak artikel jurnal atau conference lainnya yang juga telah mengidentifikasi faktor sukses terkait penerapan e-Services. Dengan kata lain, pada penelitian ini dilakukan proses sintesa dari beberapa artikel jurnal atau conference yang telah merumuskan faktor sukses penerapan e-Services. Proses Sintesa : Faktor Sukses Penerapan E-Services di Lembaga Pemerintah Proses sintesa berikut ini mengacu pada bagian sebelumnya yaitu empat langkah Meta-Agregasi yang dapat diuraikan berikut ini : 4.1 Memformulasikan pertanyaan penelitian formulating the review question Pertanyaan penelitian yang diusulkan dan menjadi fokus penelitian ini adalah “faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan penerapan e-Services di Indonesia”. Dengan kata lain penelitian ini ingin mencari gambaran keberhasilan penerapan e-Services melalui proses identifikasi dan sintesis faktor sukses CSF terkait penerapan e-Services di Indonesia khususnya pada domain lembaga pemerintah.

4.2 Melakukan pencarian hasil penelitian

dan literature systematic review conducting a systematic literature search Studi yang relevan dengan fokus penelitian adalah hanya yang terkait secara signifikan dengan studi faktor sukses CSF dari penerapan e-Services di lembaga pemerintah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, seluruh artikel dalam penelitian ini sebagian besar diambil dari berbagai artikel jurnal dan conference baik Scopus, IEEE Xplorer maupun sumber lainnya untuk memperkaya penelitian sehingga penjelasan yang lebih besar greater explanatory dapat diperoleh dari berbagai kasus atau studi faktor sukses yang ada. Ketika melakukan pencarian, ada beberapa kata kunci keywords yang digunakan yakni “e-Service”, “Success Factor” dan “Faktor Sukses”.

4.3 Melakukan seleksi artikel penelitian

yang cocok screening selecting appropriate research articles Kemudian keseluruhan studi dilakukan proses filter penyaringan berdasarkan adanya duplikasi judul, abstrak, bodi dan kesimpulan dari artikel baik jurnal maupun conference. Proses penyaringan pertama adalah filter duplikasi yakni melihat apakah ada artikel yang sama ditemukan dari hasil pencarian. Artikel yang sama tersebut dikeluarkan agar tidak terjadi duplikasi. Selanjutnya ada filter judul dan abstrak yakni melihat sejauh mana keterkaitan artikel tersebut dengan faktor sukses e-Government. Artikel yang tidak terkait secara signifikan dengan faktor sukses e-Government maka dikeluarkan. Proses filter berikutnya adalah filter bodi dan kesimpulan yakni melihat 417 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 relevansi isi, hasil dan kesimpulan artikel dengan fokus penelitian yakni faktor sukses implementasi e-Government. Sebagai hasil akhir dari proses filter penyaringan diperoleh hanya 20 artikel yang signifikan dan relevan dengan fokus penelitian yang terdiri dari 12 artikel jurnal dan 8 conference paper. Total keseluruhan 20 studi yang dihasilkan dari proses filter penyaringan digunakan pada langkah selanjutnya. Gambaran dari proses filter penyaringan dapat disajikan pada Gambar 1 berikut ini: Gambar 1 Proses Pencarian dan Penyaringan Filter Artikel

4.4 Melakukan analisis dan sintesa

temuan-temuan kualitatif analyzing synthesizing qualitative findings Pada fase ini, peneliti membuat tabel yang mengandung konsep kunci dari seluruh 20 studi yang ada. Daftar seluruh konsep dari 20 studi dapat dilihat pada Tabel 1 namun setiap konsep kunci dari studi diberikan identitas berupa angka untuk memudahkan proses sintesa. Misalnya konsep kunci dari studi Othman Yasin 2015 yakni Kualitas informasi 1.1, Kehandalan sistem 1.2, Keamanan sistem 1.3 dan Kualitas penyampaian layanan 1.4. Demikian juga konsep dari studi Zericka 2013 yaitu Pemimpin 2.1, Tingginya minat masyarakat 2.2, Infrastruktur 2.3 dan Sumber daya manusia 2.4 Pemberian identitas angka ini Proses Pencarian Pada Database Elektronik Artikel teridentifikasi n=330 Filter Duplikasi n=57 artikel dikeluarkan Filter Judul Abstak n=125 artikel dikeluarkan Artikel Proses Sintesa n=94 48 artikel 46 conference Proses Pencarian Pada Database Elektronik Artikel teridentifikasi n=78 Filter Duplikasi n=23 artikel dikeluarkan Filter Judul Abstak n=25 artikel dikeluarkan Filter Bodi dan Kesimpulan n=10 artikel dikeluarkan Artikel Proses Sintesa n=20 12 artikel 8 conference j l 418 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 berlaku untuk seluruh konsep dari studi yang ada berdasarkan nomor urut pada Tabel 1. Pada tahap ini peneliti juga tetap mempertimbangkan penjelasan dari setiap studi maturity model berbasis portal e- Government terutama tentang tahapannya stages. Sebagai contoh Sosiawan 2008 menyatakan salah satu faktor sukses penerapan e-Service adalah “Pemimpin” dimana penjelasan konsep ini adalah Pemimpin yang menyadari pentingnya Teknologi Informasi dalam mendorong pengembangan e-Services. Sementara itu, Sutanta Mustofa 2012 memformulasikan faktor suksesnya yakni “Kepemimpinan” dimana penjelasan konsep ini adalah Pemimpin yang mempunyai komitmen dalam proses implementasi e- Government. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kedua konsep berasal dari dua studi yang membicarakan ide yang sama yakni “Pemimpin yang memberikan dukungan penuh terhadap penerapan e-Service E-Leadership”. Hal ini juga berlaku pada studi lainnya yang mendeskripsikan ide yang serupa. Pada kasus ini dengan mempertimbangkan penjelasan dari setiap konsep faktor sukses CSF yang terdapat pada studi maka peneliti melakukan sintesa ke dalam konsep yang baru yakni “Kepemimpinan TIK yang kuat Strong E- Leardership”. Peneliti memasukkan konsep hasil sintesa ini menjadi salah satu faktor sukses terkait penerapan e-Service. Dengan cara yang sama dengan contoh di atas, peneliti melakukan proses sintesa kepada seluruh konsep yang ada. Sebagai hasilnya dari proses ini menghasilkan 28 konsep yang disintesa seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 sebagai berikut : 419 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Tabel 3. Hasil Sintesis Faktor Sukses Kode Faktor Sukses No A B C D E F G H I J K L M N 1. - - - - - - - 1.2 1.3 - - - - - - 2. 2.1 2.3 - 2.4 - - - - - - - - 2.2 - 3. - - - - 3.1 - - - - - - - - - 4. - 4.3 4.1 4.2 - - 4.4 - - - - - - - 5. 5.3 5.5 - - 5.2 - 5.4 - - - - - - - - 6. - 6.3 6.5 - - 6.6 6.5 6.10 6.11 6.2 6.4 - - - - No A B C D E F G H I J K L M N 7. - - - - 7.6 7.7 7.1 7.5 - - - 7.2 - - - - 8. - - - - - - - - - - - - - - 9. 9.1 - - - 9.7 9.8 - - 9.3 9.4 9.10 - - - - - - 10. - 10.1 10.3 - - - 10.6 - 10.2 10.7 - - - - - - 11. - - - - - - - - - - - - - - 12. 12.3 12.5 - - - - - - 12.4 - - - 12.7 - 13. - - - - - - - - - - - - - - 14. - - - - - - - - - - - - - - 15. - - - - - - - 15.3 - - - - - - 16. 16.3 16.2 - - - - - - - - - - - - 17. 17.5 17.7 17.2 - - - 17.2 17.3 - - - 17.6 - - - 17.1 17.4 18. 18.4 18.1 18.4 - - 18.3 - - - - 18.2 - - 18.6 19. 19.1 19.3 19.5 - - 19.4 - - - - - - - - 20. 20.1 20.2 20.3 20.3 20.4 - - - 20.6 - 20.4 - - 20.5 20.6 - 420 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Tabel 4. Hasil Sintesa Faktor Sukses lanjutan Kode Faktor Sukses No O P Q R S T U V W X Y Z AA AB 1. - - - - - - - - 1.1 1.4 - - - - 2. - - - - - - - - - - - - - - 3. - - - - - - - - - - - - - - 4. - - - - - - - - - - - - - - 5. - - - - - 5.1 - - - - - - - - 6. 6.7 - - 6.1 - - - - - 6.8 6.9 - - - - 7. - - - - - 7.8 - - - - - - 7.3 7.4 - 8. - 8.1 - - - - 8.3 8.3 - - - - - 8.2 9. 9.2 9.6 9.3 - - 9.4 9.9 9.11 9.12 9.13 - - - - - 9.5 10. - 10.8 10.4 - 10.5 - - - - - - - - - 11. - 11.4 - - - - - - 11.1 11.2 11.3 - - - - 12. 12.6 - - - - - 12.1 12.2 - - - - - - No O P Q R S T U V W X Y Z AA AB 13. 13.7 13.1 - - - 13.4 13.5 13.5 13.6 13.3 13.2 - - - 13.4 14. 14.4 - - - - - 14.5 14.6 14.2 14.1 - - - 14.3 15. 15.6 15.7 - - - - - 15.1 15.4 15.5 - 15.2 - - - - 16. - - - 16.3 - - - - - - - - - - 17. - - - - - - - - - - - - - - 18. - - - - - - - - - - 18.5 - - - 19. - - - - - - - - - - - 19.2 - - 20. - - - - - - - - - - - - - - Berdasarkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 proses sintesa yang telah dilakukan selanjutnya dinyatakan bentuk ekspresi dari hasil sintesa tersebut. Pada Tabel 3 dan Tabel 4 tersebut, baris pada tabel menunjukkan studi sedangkan kolom pada tabel menunjukkan faktor sukses yang disintesa. Keseluruhan 28 faktor sukses penerapan e-Services yang dihasilkan dari proses sintesa diekspresikan dapat disajikan seperti pada Tabel 5 di bawah ini : 421 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Tabel 5. Ekspresi Hasil Sintesa Kode Tahapan Maturity Maturity Stages A Kepemimpinan TIK yang kuat Strong E-Leadership B Infrastruktur TIK yang mendukung Supported ICT Insftrastructure C Regulasi Pemerintah Government Regulation D Sumber Daya Manusia yang Terampil Skillful Human Resources E Inovasi dan Kreativitas Creativity Innovation F Keberadaan organisasi TIK Existing ICT Organization G Literasi TIK masyarakat ICT Literacy H Keamanan dan kehandalan Security Reliability I Budaya Organisasi Organization Culture J Budget yang memadai Enough Budget K Koordinasi antar lembagaunit VerticalHorizontal Coordination L Pelatihan yang berkala Reguler Training M Kesadaran Awareness N Manajemen Perubahan Proyek Change Project Management O Kepercayaan Trust P Kepuasan Masyarakat Citizen Satisfaction Q Kebijakan Pemerintah Government Policy R Dukungan Politik Political Support S Manajemen Pengetahuan Knowledge Management T Metodologi pengembangan Development Methodology U Kegunaan Perceived of Usefullness V Kemudahan Perceived Ease of Use W Kualitas Informasi Quality of Service X Kualitas Sistem Quality of System Y Tata Kelola TIK IT Governance Z Perbaikan Proses Bisnis Business Proses Reengineering AA Sinergi Pasar Market Synergy AB Kualitas layanan elektronik E-Service Quality Keseluruhan faktor sukses CSF yang diperoleh pada Tabel 5 memiliki tingkat kepentingan yang sama. Artinya tidak ada yang lebih penting dan kurang penting, semua faktor sukses CSF bersifat setara equal. Ke 28 faktor sukses yang telah dihasilkan perlu menjadi perhatian pemerintah dan pihak lainnya yang terkait untuk mendukung keberhasilan penerapan e- Service pada lembaga pemerintah di Indonesia. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Terdapat 28 faktor sukses CSF penerapan e-Service di lembaga pemerintah yang merupakan kontribusi dari penelitian ini terkait area kunci key area apa saja yang perlu diakomodasi oleh pemerintah untuk mendukung keberhasilan e-Service di Indonesia. 422 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 2. Keseluruhan 28 faktor sukses yang diperoleh merupakan hasil proses sintesa dengan pendekatan kualitatif Meta-Sintesis dari 20 studi faktor sukses CSF terkait penerapan e-Services . 3. Penelitian ini memberikan informasi dan rekomendasi kepada pemerintah untuk memberikan perhatian dan fokus kepada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan e-Services. 4. Penelitian lebih lanjut adalah studi empiris faktor sukses yang telah diperoleh di lapangan khususnya di lembaga pemerintah untuk menguji validitas dan kesesuaian faktor sukses CSF terkait penerapan e- Services. DAFTAR PUSTAKA Al-Shehry, A.S., Rogerson, N.B., Prior, M. 2006. The motivations for change towards e- Government adoption: case studies from saudi arabia. Proceeding Of The eGovernment Workshop pp: 1-21. Brunel University, West London. Assar, S., Boughzala, I., and Boydens, I. 2011. Back to practice: a decade of research in e-Government. In: Assar, S., I. Boughzala and I. Boydens Eds.. Practical Studies in E-Government: Best Practices from Around the World. Springer, New York. Chen, H. 2002. Digital government: technologies and practices. Decision Support Systems, 34, 223-227. Chen, J., Yan, Y., Mingins, C. 2011. A three-dimensional model for e- Government development with cases in china’s regional e-Government practice and experience. In Management of e-Commerce and e- Government ICMeCG Fifth International Conference pp: 113- 120. Retrieved from: http:ieeexplore.ieee.orgxplsabs_all.jsp ?arnumber=6092643 . Cisco, IBSG. 2007. E-Government best practices learning from success, avoiding the pitfalls. Retrieved from: http:siteresources.worldbank.orgEXTE DEVELOPMENTResources20080222_ Phil_eGov_workshop.pdf?resourceurlna me=20080222_Phil_eGov_workshop.pdf . Deloitte Touche. 2000. At the dawn of e-Government: the citizen as customer. New York: Deloitte Research. Retrieved from: http:www.egov.vic.gov.aupdfsegovern ment.pdf . Depkominfo. 2009. Kondisi situs web pemerintah daerah. Retrieved from: http:www.depkominfo.go.id Furuholt, B. Wahid, F., 2008. EGovernment Challenges and The Role of Political Leadership in Indonesia : the case of Sragen, Proceeding of the 41th International Conference on System Sciences. Gichoya, D. 2005. Factors affecting the successful implementation of ict projects in government. Elec. J. e- Government, 34, 175-184. Green, S. 2005. Systematic reviews and meta-analysis. Singapore Med, 466, 270-274. Greenwood, N., Mackenzie, A. 2010. Informal caring for stroke survivors: meta-ethnographic review of qualitative literature. Maturitas, 66, 268-276. Hendriawan. 2008. Content analysis situs web pemerintah daerah, Tesis Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Hiller, J. S., Belanger, F. 2001. Privacy strategies for electronic government. E-Government, 200,162-198. 423 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Howard, M. 2001. E-Government across the globe: how will ’e’ change government. E-Government, 90, 80. Ifinedo, P., Singh, M. 2011. Determinants of egovernment maturity in the transition economies of central and eastern europe. Electronic Journal of e-Government, 92, 166–182. Istiyanto, E., Sutanta, E. 2012. Model Interoperabilitas Ant ar Aplikasi E-Government”. Jurnal Teknologi Techno- scientia, 42, 137-148 Kim, D.Y., Grant, G. 2010. E-Government maturity model using the capability maturity model integration. Journal Of Systems And Information Technology, 123, 230-244. Kitchenham, B. 2004. Procedures for Performing Systematic Reviews. Eversleigh: Keele University. Layne, K., Lee, J. 2001. Developing fully functional e-Government: a four stage model. Government Information Quarterly, 182, 122-136. Lewin, S. 2008. Methods to Synthesise Qualitative Evidence Alongside a Cochrane Intervention Review. London: London School of Hygiene and Tropical Medicine. Mark C., Paulk, Charles, V., Weber, Bill C., Mary, B.C. 1996. The capability maturity model: guidelines for improving the software process. Addison Wesley. Pemeringkatan e-Government di indonesia PeGI. 2014. Retrieved from: http:pegi.layanan.go.iddownloadtabel_ pegi_2014HASIL20PROVINSI2020 14.bmp . Safitri. 2013. Implementasi dan Perkembangan e-Government di Indonesia. Jurnal Informatika Multimedia, 21, 37-52. United-Nations. 2014. UN e-Government survey 2014: e-Government for the future we want. Retrieved from: https:publicadministration.un.org . Waseda e-Government Ranking, 2015. Waseda university. Retrieved from: http:www.e- gov.waseda.ac.jppdfPress_Released_on _e-Gov_ranking_2015.pdf 424 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Akuisisi Pengetahuan pada Kerjasama Litbang sebagai Upaya Penguatan Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri, Kajian Kasus di Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik BBKKP, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri BPPI, Kementerian Perindustrian Knowledge Acquisition on The Research Cooperation as an Effort Strenghtening Capacity Of The Public Reseach Institution And Industry, Case Study at Centre for Leather, Rubber and Plastics, Research and Development Body, Ministry Of Industry Syakir Hasyimi Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, syakirhasyimiyahoo.com Keyword A B S T R A C T reseach cooperation, learning, knowledge aquisition, innovation, institutional capacity building Reseach cooperation currently has a very important role in the implementation functions of the organization amid lack of resources, especially human resources. The purposes of this study are to find out the enfluence of the acquisition of knowledge, the spirit of reseach cooperation, and the impact on public services system and reseach system. Methodology used in this study is a descriptive approach, the perception of respondents in the services section and the reseach section are obtained by questionnaires. Questionnaires related to the acquisition of knowledge is reserved for those who are members of the reseach cooperation. Data processing was performed by descriptive statistics. The study show that the reseach cooperation that based on the spirit , willingness to change will be able to foster the innovation, and innovation can be seen as a strategic tool for building capacity. Optimizing the reseach cooperation is an effort to provide more values beside to fulfilling the achievement of organizational performance. This capacity expansion of knowledge occurs because of exploitation and exploration. The opportunity to develop public service system and the reseach system proved to be enhanced by optimizing the reseach cooperation, and for BBKKP these two systems are the main support in the implementation of the functions. Kata Kunci S A R I K A R A N G A N kerjasama litbang, pembelajaran, akuisisi pengetahuan, inovasi, pengembangan kapasitas lembaga Kerjasama litbang saat ini mempunyai peran sangat penting dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi ditengah tengah keterbatasan sumberdaya terutama sumberdaya manusia baik dalam kualitas maupun kuantitas. Kerjasama litbang diharapkan mampu memberdayakan sumberdaya dan mengatasi ketimpangan kemampuan sumberdaya dengan cara sinergi lintas fungsional, sinergi lintas institusional. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh akuisisi pengetahuan pada kerjasama litbang, faktor yang melatarbelakangi serta dampak terhadap sistem layanan publik dan kelitbangan. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan deskriptif, persepsi pegawai di bagian layanan dan kelitbangan terkait tujuan penelitian diperoleh dengan kuesioner. Kuesioener terkait akuisisi pengetahuan hanya diperuntukkan bagi mereka yang tergabung dalam kelompok kerja kerjasama litbang. Pengolahan data dilakukan dengan statistik deskriptif. Kerjasama litbang yang berakar pada semangat, kesediaan untuk berubah 425 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 PENDAHULUAN Kerjasama litbang saat ini dirasakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi litbang ditengah tengah keterbatasan sumberdaya, terutama sumberdaya manusia baik dalam kualitas maupun kuantitas. Kerjasama litbang diharapkan mampu memberdayakan sumberdaya, dengan cara sinergi lintas fungsional, sinergi lintas institusional dalam mensiasati penanggulangan celah-celah kemampuan sumberdaya, kreasi cara menghadapi situasi merupakan suatu bentuk inovasi, dan pengembangan sinergi merupakan suatu yang penting guna meningkatkan daya saing suatu organisasi Hasyimi, 2000; Xiomi, 2014. Kerjasama Litbang KL didefinisikan sebagai suatu kesepakatan bersama mengkoordinasikan aktifitas riset dua atau lebih organisasi dalam suatu proyek kerjasama dan mengatur pengetahuan yang timbul dari kegiatan kerjasama riset tersebut Elena Revilla, 2008. KL merupakan sarana fasilitasi dalam pengintegrasian pengetahuan Frost Zhou, 2005. KL merupakan suatu proses penyelesaian suatu masalah, proses pembelajaran, bentuk adaptif terhadap tantangan peluang dan perubahan. Oleh karena itu semangat yang menjiwai adalah semangat perjuangan. KL merupakan salah satu ukuran kinerja organisasi di BBKKP yang ditetapkan oleh BPPI. Hal tersebut merupakan upaya memperluas jaringan kerjasama dengan industri, lembaga riset, perguruan tinggi, pemerintah daerah sebagai bentuk pelayanan publik ataupun teknologi industri. Dengan cara tersebut hasil riset akan lebih terlihat nilai kemanfaatannya baik dari sisi pengembangan teknologi maupun dari penyelesaian masalah teknologi industri. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui manfaat KL terhadap pengembangan pengetahuan melalui analisa terjadinya proses transfer pengetahuan. Sedangkan dinamika akuisisi pengetahuan dalam proses penyelesaian KL didekati dengan terjadi tidaknya proses eksploitasi dan eksplorasi pengetahuan. Faktor yang mendasari pendorong semangat kerjasama dan perubahan merupakan hal lain yang ingin diketahui disamping dampak kerjasama litbang terhadap pengelolaan sistem layanan dan kelitbangan. KERANGKA TEORIKERANGKA KONSEP Kapasitas lembaga dalam menjalankan peran, tugas dan fungsi erat kaitan dengan kompetensi lembaga dalam mengelola sumberdaya. Sumberdaya manusia dan sumberdaya teknologi merupakan dua hal yang erat kaitannya dalam proses pembelajaran. KL dalam konteks pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan guna mencari solusi atas masalah teknologi yang hendak diselesaikan. Pembelajaran informal yang berlangsung pada KL berlangsung dari sumber internal maupun eksternal, dan melibatkan kelompok personal.

1. KL dan Semangat

Faktor sumberdaya manusia memegang peran utama dalam pelaksanaan KL. Upaya memberi nilai dalam pelaksanaan KL akan dapat mendorong tumbuh kembang inovasi, dan inovasi merupakan instrumen stratejik dalam pengembangan kapasitas. Optimalisasi kerjasama litbang dimaksudkan sebagai upaya memberikan nilai lebih selain memenuhi capaian kinerja organisasi. Penambahan kapasitas pengetahuan dalam kerjasama litbang terjadi karena eksploitasi dan eksplorasi. Peluang pengembangan sistem layanan publik dan sistem kelitbangan terbukti bisa terdorong dengan mengoptimalkan proses kerjasama litbang, dan bagi BBKKP kedua sistem ini menjadi penopang utama dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 426 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 membutuhkan semangat, energi penggerak, agar inovasi bisa tumbuh berkembang seiring pelaksanaan KL. Perubahan kapasitas organisasi dipengaruhi kesediaan akan terjadinya keberlangsungan perubahan. Semangat yang menjiwai tumbuh kembang inovasi sebagai dampak dalam tata kelola pelaksanaan KL adalah: keingintahuan, keberanian, komunikasi, komitmen, keterkaitan Danseco, 2013. Semangat akan mempengaruhi orientasi, orientasi sumberdaya manusia, orientasi teknologi dan orientasi manajemen proses disebut-sebut sebagai penggerak utama bagi kinerja inovasi Inkinen, 2016. Penerimaan KL berarti membuka diri atas kendala, tantangan dan peluang meningkatkan kapasitas individual maupun organisasi, maka organisasi perlu perangkat yang memungkinkannya mengeksploitasi kesempatan agar dapat mengakses semua prospek inovasi, Gene Slowinski Matthew W. Sagal,2010. Dibalik kolaborasi ada pemberdayaan, secara teoritis pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai keyakinan kemampuan seseorang untuk bertindak efektif Damon, Timothy, Matthew, Kenneth J. Chapman, 2016 . Dalam menggali semangat KL perlu melibatkan partisipan untuk berbagi cerita dan opini ketika mereka mengamati pengembangan kinerja organisasi, faktor pendukung pengembangan kinerja organisasi, tantangan dan adaptasi terhadap tantangan Emmons, 2013. Kebersamaan dalam KL memerlukan individu- individu yang memiliki kemampuan dan kecenderungan berfikir bersama selaras dengan peluang arah pengembangan kinerja organisasi Lee, 2016.

2. KL dan Proses Pembelajaran

Kerjasama litbang diharapkan mampu memicu proses pembelajaran, tacit knowledge dan pembelajaran informal merupakan hal penting dalam menciptakan dan mepertahankan keunggulan kompetitif serta kemampuan inovasi organisasi Alonderiene, 2006. Perubahan kondisi lingkungan menuntut lembaga penelitian dan pengembangan berperan lebih inovatif dalam proses menciptakan pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki selama ini Elena Revilla, 2008. Aktifitas pembelajaran berkaitan erat dengan capaian kinerja organisasi, daya tahan bahkan keberlangsungan organisasi Emmons, 2013. Kunci sukses menggapai keberhasilan dan pembelajaran yang berkelanjutan adalah kemauan untuk mempertahankan pembelajaran dari pengalaman. Pengembangan berkelanjutan tidak dapat dicapai tanpa inovasi, dan inovasi hanya dapat dicapai didalam suatu organisasi yang mengedepankan pentingnya budaya menumbuh kembangkan pembelajaran Senge, 1999. Dalam mengembangkan gagasan produk baru atau layanan baru, suatu organisasi yang telah memiliki pengetahuan relevan sebelumnya akan mempunyai pemahamam yang lebih baik Elena Revilla, 2008. Proses pembelajaran pada KL melibatkan terjadinya mekanisme transfer pengetahuan, diantaranya dikarenakan aktifitas ekperimentasi, dan pentransferan dapat terjadi melalui pergerakan sumberdaya manusia, perangkat, teknologi Andrew, 2008. Kemampuan nyata mengaplikasikan pengetahuan merupakan kemampuan memahami pengetahuan eksternal dan kemampuan mengasimilasikannya serta memobilisasi pengetahuan tersebut dalam KL akan dapat mendorong penciptaan nilai Lane et al, 2001; Charles, 2006.

3. KL dan Akuisisi Pengetahuan

Proses pembelajaran pada penyelesaian masalah pada kerjasama litbang merupakan kegiatan “learning by doing” dan dapat berdampak pada akuisisi pengetahuan Darr, 1995. Inovasi pada dasarnya adalah perubahan. Perubahan dalam tata kelola layanan publik akan melahirkan inovasi pada proses, prosedur, jasa. Demikian pula, inovasi sangat diperlukan dalam proses peningkatan penguasaan teknologi. Lembaga litbang sebagai organisasi pencipta pengetahuan perlu upaya untuk memperbesar kemampuan penciptaan pengetahuan dan mengkristalkannya dalam suatu sistem organisasi Nonaka Krogh 2009. Kolaborasi, aliansi ataupun joint venture merupakan contoh bentuk lain KL. Hasil riset terkait aliansi dan transfer pengetahuan pada kerjasama Toyota dan General Motor oleh NUMMI, memperlihatkan bahwa implementasi 427 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 mekanisme transfer pengetahuan yang sistematik dapat mengatasi stickiness dan ambiquity pengetahuan baru. Transfer pengetahuan yang berhasil harus dipandang dari perspektif manajemen perubahan, dimana pengalaman trial and error dan eksperimentasi membantu hasil transfer dan memegang peran kunci utama keberhasilan Inkipen, 2008. Proses pembelajaran terhadap teknologi baru dalam KL ditentukan oleh kapasitas absortif yang berkaitan dengan struktur dan proses pembelajaran, kemampuan untuk penerapan dan pemahaman masing-masing anggotanya Lane et al, 2001. Eksploitasi pengetahuan mengacu pada pengetahuan yang dimiliki saat ini, sementara itu eksplorasi mengacu pada pengembangan pengetahuan baru terkait dengan produk, prosedur, dan solusi inovatif dalam penyelesaian masalah Durcikova, 2011. Akuisisi pengetahuan pada KL berperan dalam peningkatan jejaring kerjasama dan esploitasi pengetahuan Yli-Renko, 2001. Bilamana KL sudah ditetapkan sebagai suatu program, maka diperlukan inovasi dalam pelaksanaan kegiatannya. Inovasi mengacu pada kebaruan dalam gagasan, pendekatan, metoda, proses, struktur, perilaku, sikap dan budaya, teknologi, serta ketrampilan. Ketika suatu organisasi dihadapkan pada keterbatasan sumberdaya maka KL bisa merupakan solusi untuk mengatasi kendala tersebut Xiomi An, 2014. Proses penyelesaian masalah melalui KL dapat berdampak meningkatkan potensi inovasi organisasi Elena Revilla, 2008. Kombinasi kemampuan litbang internal dan eksternal dalam KL memungkinkan lahirnya inovasi produk atau layanan baru, inovasi dapat ditemukan di tingkat individual maupun organisasi, dan inovasi merupakan solusi utama untuk menghadapi permasalahan dan daya saing organisasi, Kim Park, 2010; Rothaermel Hess, 2007; Lee,2016. KL berpotensi meningkatkan pengetahuan melalui eksplorasi dan eksploitasi pengembangan pengetahuan. Penulis menggambarkan peningkatan pengetahuan atas kerjasama litbang sebagai berikut: Y = a + αX + βZ Y = Individual peningkatan pengetahuan KL, variable independen a = konstanta bila tidak ada kerjasama α = konstanta pertambahan internal β = konstanta pertambahan eksternal Variabel dependen : X = eksploitasi pengetahuan KL Z = eksplorasi pengetahuan KL Besaran α dan β sangat dipengaruhi efektifitas proses pembelajaran KL . Hipotesis 1 : KL terbukti efektif mendorong proses pembelajaran yang berpengaruh pada peningkatan pengetahuan sebagai akibat proses eksploitasi dan eksplorasi

4. Kerjasama Litbang dan Pengembangan

Kapasitas Organiasi Kerjasama litbang mempunyai andil dalam mendorong inovasi berkelanjutan dan proses ini pada saatnya secara kumulatif dan bertahap akan mampu memperbesar kapasitas organisasi dalam memberikan layanan publik termasuk teknologi industri. Inovasi dianggap sebagai instrumen stratejik dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas administrasi publik tidak hanya untuk hari ini tapi juga di masa mendatang, sementara itu cakupan pengembangan kapasitas meliputi organisasi, managerial, teknologi, budaya, kemampuan individu Ali Farazmand, 2004. KL diharapkan menjadi reaksi efektif dalam mengatasi kesenjangan antara tingkat kinerja yang diharapkan dengan tingkat kinerja saat ini B. Volkov, 2008. Pengembangan kapasitas organisasi, dimana kapasitas mempunyai kaitan positif dengan inovasi, mencerminkan pada tiga kriteria yaitu: perubahan terkait proses, pendukung perubahan, budaya organisasi yang memfasilitasi pembelajaran, dan salah satu tujuan pengembangan kapasitas adalah peningkatan kemauan dan kemampuan untuk berubah Anthony Keneth, 2010; Manuel Expósito-Langa, 2015 Karakteristik kepemimpinan dan tata kelola organisasi merupakan dua hal pendukung kinerja perusahaan melalui pelaksanaan 428 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 manajemen sumberdaya pengetahuan yang lebih efektif dan efesien Inkinen, 2016. Pelaksanaan KL memungkinkan adanya kerjasama teknik antar mitra dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan kapasitas absortif organisasi Frost Zhou, 2005. Upaya berbagi sumberdaya dan fasilitas riset diantara mitra KL, dapat dipandang sebagai instrumen statejik dalam meningkatkan kapasitas daya saing Kitagawa, 2010. Strategi eksploratif dan eksploitatif dalam kaitan pendekatan inovasi teknologi berkaitan erat dengan kinerja organisasi He, 2004 . Salah satu tujuan administrasi publik di era keterbatasan pendanaan adalah mencari cara guna meningkatkan kapasitas organisasi yaitu kapasitas fungsional dan kapasitas memberikan layanan Michell Brown, 2012. Para pembuat kebijakan semakin dituntut agar tidak hanya mendorong dan mendukung inovasi di sektor swasta, akan tetapi juga menghasilkan kebijakan publik dan pelayanan yang inovatif Sørensen, 2012 . Hipotesis 2: KL berdampak positif terhadap perbaikan sistem layanan dan sistem kelitbangan Gambar 1 . Alur Pikir Optimalisasi KL untuk Pengembanagan Kapasitas METODE PENELITIAN Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai BBKKP yang secara administratif dan teknis terlibat dalam pelaksanaan KL. Sementara itu khusus untuk akuisisi pengetahuan, sampel adalah individu yang secara teknis terlibat dalam tiga KL antara BBKKP dengan: Balai Konservasi Borobudur, PT. PJB Paiton Unit 1 – 2, CV. Goedang Engineering. Pertanyaan kuesioner mengarah pada pertanyaan benarkah kerjasama litbang BBKKP yang sudah, sedang dan akan berlangsung memberikan pengaruh pada perubahan pada tata kelola layanan publik dan sistem kelitbangan. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan deskriptif. Data primer diperoleh melalui kuesioner terhadap responden yang secara tugas pokok dan fungsi terlibat dalam pelaksanaan KL dan kuesioner khusus terkait akuisisi pengetahuan bagi mereka yang secara teknis melaksanakan KL. Kepada responden ditanyakan ada tidaknya penambahan pengetahuan dengan memberi nilai antara 0 dan 1. Guna mengetahui terjadi atau tidaknya atau pengaruh KL terhadap sistem yang mendukung pelayanan dan kelitbangan, maka kepada responden diminta menjawab pertanyaan KL, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan berlangsung. Pilihan jawaban adalah : kurang sesuai, agak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Dalam analisis data jawaban tersebut diubah menjadi kuntitatif ke angka berturut-turut 1, 2, 3, dan 4. Semangat yang melatar belakangi pelaksanaan KL diuji dengan menggunakan Lima Kunci menumbuh kembangkan inovasi: keingintahuan, keberanian, komunikasi, komitmen dan keterkaitan Danseco, 2013. Analisis proses pembelajaran pada KL dilakukan dengan kuesioner terhadap informan kunci terkait tiga KL yang telah dilakukan BBKKP. Analisis bertujuan untuk mengetahui tingkat pertambahan pengetahuan atau akuisisi pengetahuan selama proses pelaksanaan kerjasama. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu tujuan pengembangan kapasitas organisasi adalah peningkatan kemauan dan kemampuan untuk berubah Buono Keeber, 2010. Sebaliknya kemauan dan kemampuan berubah dapat meningkatkan kapasitas organisasi. Berikut modifikasi penjabaran kemampuan dan kemauan berubah. 429 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Tabel 1 . Aspek Kemauan dan Kemampuan Berubah KKB Aspek Kemauan kemampuan Berubah Kelompok Pelayanan Kelompok Kelitbangan Rata- rata Simpa -ngan Rata- rata Simpa -ngan Tantangan 3,39 0,50 3,50 0,61 Inovasi kreatifitas 3,50 0,62 3,40 0,60 Nilai-nilai 3,39 0,61 3,15 0,49 Kredibilitas 3,33 0,77 3,20 0,67 Mendengar persoalan 3,22 0,65 3,25 0,64 Kepercayaan 3,39 0,50 3,35 0,49 Kejujuran 3,11 0,96 3,15 0,59 Keterbukaan 3,44 0,62 3,10 0,55 KL akan terlaksana sebagaimana biasa bila tidak didasari kemauan dan kemampuan berubah. Aspek kemauan dan kemampuan berubah menjadi energi penyemangat terjadinya perubahan ataupun inovasi. Tabel 1. menunjukkan kelompok responden pelayanan memandang inovasi kreatifitas merupakan hal yang utama sebagai penyemangat perubahan, sedangkan kelompok kelitbangan melihat adanya tantangan dalam proses pelaksanaan KL merupakan suatu yang utama. Kedua kelompok responden memberikan penilaian lebih besar dari 3 untuk semua aspek kemauan dan kemampuan berubah. Dalam pelaksanaan proses pelaksanaan KL diharapkan memunculkan berbagai inovasi. Faktor kerjasama sebagaimana terlihat pada Tabel 2. merupakan unsur tumbuh kembang inovasi yang utama dalam pelaksanaan KL, baik dari kelompok responden pelayanan maupun responden kelitbangan, disusul faktor komunikasi dan komitmen. Namun demikian kelima faktor tumbuh kembang inovasi dianggap penting dan perlu dalam pelaksanaan KL, hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata yang lebih besar dari 3. Hal yang menarik ternyata kelompok responden pelayanan dan kelitbangan dalam memberikan penilaian terhadap faktor keberanian kedua- duanya menunjukkan simpangan terbesar. Hal ini dimungkinkan karena unsur–unsur keberanian dalam proses KL sangat beragam, mulai kehati- hatian sampai dengan pengambil risiko. Tabel 2. Faktor Tumbuh Kembang Inovasi TKI 5 K tumbuh kembang inovasi Kelompok Pelayanan Kelompok Kelitbangan Rata- rata Simpangan Rata- rata Simpangan Komitmen 3,56 0,51 3,45 0,51 Keberanian 3,22 1,00 3.20 0,83 Keingintahuan 3,22 0,65 3,05 0,51 Komunikasi 3,67 0,49 3,60 0,50 Kerjasama 3,72 0,46 3,75 0,44 Tabel 3 . Kerjasama Litbang BBKKP dengan Balai Konservasi Borobudur KL-1 Akuisisi Pengetahuan α β Rasio βα Rata rata Simpa- ngan Rata rata Simpa- ngan Metodologi 0,42 0,22 0,50 0,30 1,19 Material 0,60 0,22 0,54 0,25 0,90 Proses 0,52 0,15 0,60 0,22 1,15 Pengujian 0,64 0,29 0,52 0,33 0,81 Analisa data 0,56 0,25 0,42 0,25 0,75 Penyajian 0,56 0,29 0,36 0,30 0,64 Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah Akuisisi pengetahuan pada KL-1 menghasilkan nilai rata- rata total eksploitasi α = 0,55 dan rata- rata total eksplorasi β sebesar 0,49. Hal ini memperlihatkan bahwa KL-1 memberikan pengaruh yang hampir sama antara penggalian dan pengembangan optimal 430 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 pengetahuan yang dimiliki saat ini dengan upaya pengembangan pengetahuan sebagai akibat interaksi dengan pihak luar yang terkait. Simpangan baku sebagaimana data Tabel 3 cukup besar, hal ini dikarenakan jumlah sampel yang sedikit, variasi tingkat pengetahuan yang dimiliki cukup besar, kemampuan pembelajaran yang berbeda beda. KL-1 menghasilkan persamaan pertambahan pengetahuan sebagai berikut: Y = a + 0,55X + 0,49Z Dengan mengasumsikan bahwa energi yang diperlukan untuk melakukan eksplorasi lebih besar dari eksploitasi, maka akuisisi pada sub pengetahuan metodologi dan proses pada KL- 1 dimana rasio βα lebih besar dari satu, maka kedua sub pengetahuan tersebut membutuhkan semangat kemampuan dan kemauan yang relatif lebih besar. Tabel 4 . Kerjasama Litbang BBKKP dengan PJB Paiton KL-2 Akuisisi Pengetahuan α β Rasio βα Rata- rata Simpa- ngan Rata- rata Simp- angan Metodologi 0,66 0,15 0,76 0,11 1,15 Material 0,40 0,25 0,44 0,23 1,10 Proses 0,36 0,30 0,54 0,30 1,50 Pengujian 0,58 0,13 0,72 0,25 1,24 Analisa data 0,68 0,23 0,70 0,29 1,03 Penyajian 0,58 0,28 0,62 0,33 1,07 Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah Berdasarkan data pada Tabel 4, akuisisi pengetahuan pada KL-2 menghasilkan nilai rata- rata total eksploitasi α = 0,54 dan rata-rata total eksplorasi β sebesar 0,63 Hal ini memperlihatkan bahwa KL-2 memberikan pengaruh penggalian dan pengembangan pengetahuan yang lebih besar dari pada yang dimiliki saat ini. Rasio βα lebih besar 1, sangat diharapkan pada pelaksanaan KL, dimana terjadi dinamika proses pembelajaran individual maupun kelompok yang lebih intens. KL-2 menghasilkan persamaan pertambahan pengetahuan sebagai berikut: Y = a + 0,54X + 0,63Z Karakteristik KL-2 berbeda dengan KL-1 dimana semua akuisisi pada semua sub pengetahuan memiliki rasio βα lebih besar dari satu. Hal ini dapat dikatakan bahwa energi yang diperlukan untuk melaksanakan KL-2 sangat besar, khususnya pada sub pengetahuan proses dan pengujian. Energi tersebut diperlukan selain untuk menjalankannya, juga untuk mengatasi hambatan dan untuk meraih peluang serta mengelola semangat. Tabel 5 . Kerjasama Litbang BBKKP dengan CV. Goedang Engineering KL-3 Akuisisi Pengetahuan α β Rasio βα Rata- rata Simpa- ngan Rata- rata Simpa- ngan Metodologi 0,54 0,20 0,57 0,27 1,06 Material 0,57 0,16 0,60 0,24 1,05 Proses 0,57 0,14 0,63 0,23 1,11 Pengujian 0,53 0,20 0,66 0,22 1,25 Analisa data 0,49 0,24 0,46 0,24 0,94 Penyajian 0,51 0,23 0,39 0,27 0,76 Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah Akuisisi pengetahuan pada KL-3 menghasilkan nilai rata- rata total eksploitasi α = 0,54 dan rata- rata total eksplorasi β sebesar 0,55 Hal ini memperlihatkan bahwa upaya pengembangan pengetahuan sebagai akibat interaksi dengan pihak luar yang terkait pada KL-3 memberikan pengaruh hampir sama dibanding upaya penggalian dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki saat ini. Simpangan baku sebagaimana data Tabel 5 cukup besar hampir sama dengan Tabel 3, kemungkinan penyebabnya hampir sama. 431 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 KL-3 menghasilkan persamaan pertambahan pengetahuan sebagai berikut: Y = a + 0,54X + 0,55Z Karakteristik KL-3 hampir mirip dengan KL-2 dimana hanya akuisisi pada sub pengetahuan analisis data dan penyajian yang memiliki rasio βα lebih kecil dari satu. Akuisisi sub pengetahuan proses dan pengujian pada KL-3 relatif sama menonjol dengan KL-2, namun mempunyai konteks eksternalitas pelaksanaan yang berbeda. Tabel 6. Eksploitasi dan Eksplorasi Pengetahuan KL Rata-Rata α Rata-rata β Rasio βα KL-1 0,55 0,49 0,89 KL-2 0,54 0,63 1,17 KL-3 0,54 0,55 1,02 Akuisisi pengetahuan secara keseluruhan berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa KL – 2 mempunyai nilai rasio βα yang paling besar. Dan guna menilai pengaruh akuisisi pengetahuan terhadap KL yang berbeda beda karakteristiknya dilakukan analisa statistik parametrik dengan menggunakan uji t. Masing masing KL diantara eksploitasi dan eksplorasi diperbandingkan dan dengan menggunakan tingkat kepercayaan α = 0.05, hasilnya sebagimana terlihat pada Table 7 dan Tabel 8. Tabel 7 . Nilai Probabilitas P Eksploitasi pengetahuan antar KL KL - 1 KL - 2 Kl - 3 KL - 1 0.414359 0.422934 KL - 2 0.448295 Kl - 3 Tabel 8 . Nilai Probabilitas Eksplorasi pengetahuan antar KL KL - 1 KL - 2 Kl - 3 KL - 1 0.001585 0.106695 KL - 2 0.042144 Kl - 3 Tabel 7 menunjukkan semua nilai P α, hal ini bearti tidak ada perbedaan dalam pelaksanaan akuisisi pengetahuan melalui eksploitasi antar KL. Sementara pada akuisisi pengetahuan melalui eksplorasi sebagaimana terlihat pada Tabel 8. menunjukkan bahwa antara KL – 1 dengan KL – 2 dan KL - 2 dengan KL – 3 menghasilkan nilai P α, maka dapat disimpukan adanya perbedaan dalam pelaksanaan cara akuisisi tersebut atau dengan kata lain KL - 2 mempunyai karakteriktik yang berbeda pada eksplorasi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan KL terkait dengan pengelolaan sumberdaya, manajemen pengetahuan, proses pembelajaran. Pembelajaran individu atau kelompok kerja Kl akan berdampak pada penguatan kemampuan organisasi bilamana hal itu mendorong terjadinya peninjauan kembali, perubahan, perbaikan, penyempurnaan terkait prosedur proses pelaksanaan KL, baik dari sisi pelayanan maupun keilmuan. Tata kelola atau sistem atau pranata yang ada di BBKKP dalam mendukung KL yaitu sistem layanan dan sistem kelitbangan. Tabel 9. Dampak KL terhadap Sistem Dampak KL Rata-rata Simpangan Sistem layanan 2,90 0,79 Sistem Kelitbangan 3,15 0,49 Sebanyak 38 responden, baik yang tugas utamanya di pelayanan maupun di kelitbangan, 432 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 meyakini bahwa KL mempunyai dampak terhadap sistem layanan maupun sistem kelitbangan, namun dampak KL terhadap sistem kelitbangan lebih besar. Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam mengukur seberapa besar dampak tersebut dalam kaitan dengan implementasi sistem pelayanan dan kelitbangan. Dikarenakan pertanyaan pada kuesioner mengacu kondisi KL yang sudah, sedang, dan akan datang, maka ada peluang perbaikan pengembangan sistem, baik sistem layanan maupun sistem kelitbangan. Pemahaman KL sebagai salah satu layanan publik, masih perlu dioptimalkan PENUTUP Langkah-langkah inovatif optimalisasi KL di suatu lembaga litbang perlu terus menerus dikembangkan, hal ini dikarenakan KL terbukti efektif mendorong proses pembelajaran yang berpengaruh pada peningkatan pengetahuan sebagai akibat proses eksploitasi dan eksplorasi. Untuk itu faktor yang mendasari pendorong semangat kerjasama perlu juga diperhatikan. Persepsi kelompok pelayanan publik dan kelitbangan memperlihatkan bahwa KL mempunyai dampak positif terhadap perbaikan sistem layanan dan sistem kelitbangan. Namun demikian dampak positif tersebut masih perlu dibuktikan lebih lanjut akan kualitas dan kuantitas perbaikan terhadap tatacara proses pengelolaan layanan publik dan kelitbangan. Kerjasama Litbang selain memenuhi capaian kinerja organisasi, harus berdampak dalam dua hal yaitu: manfaat dan dinamika sistem. Manfaat yang bisa dirasakan oleh para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan KL, sementara dinamika sistem diperlukan untuk menjamin terjadinya inovasi berkelanjutan. Perubahan kapasitas organisasi dipengaruhi kesediaan akan terjadinya keberlangsungan perubahan. Perubahan kapasitas organisasi, pada saatnya, secara gradual akan mendongkrak penguatan kapasitas lembaga litbang. KL merupakan implementasi efektif bentuk riset terapan oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan dan dukungan pemangku kepentingan dalam perencanaan yang lebih komprehensif. UCAPAN TERIMA KASIH Tulisan ini diinspirasi pelaksanaan KL tiga tahun terakhir di BBKKP, terima kasih atas dedikasi para kelompok kerja KL atas semangat Desperatly Optimizing KL dalam perburuan pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Ali Farazmand 2004, Public Organization Review: A Global Journal 4: 3-24 Innovation in Strategic Human Resource Management: Building Capacity in the Age of Globalization Andrew C. Inkpen 2008, Knowledge Transfer And International Joint Ventures: The Case Of Nummi And General Motors, Strategic Management Journal . J., 29: 447 -453 Anthony F. Buono, Keneth w. Kerber 2010, Creating a Sustainable Aproach to Change: Building Organizational Change Capacity, SAM Advaned Management Journal – spring, 75,2 Boris B. Volkov 2008, Toward continuous improvement in organizations: a case study of evaluation capacity building In the northwest area foundation. A dissertation Submitted to the faculty of the graduate school of the university of Minnesota Changsu Kim and Jong-Hun Park 2010,The Global Research-and-Development Network and Its Effect on Innovation, Journal of International Marketing, Vol. 18, No. 4 pp. 43-57 Charles Dhanasai and Arvind Parkhe 2006, Orchestrating Innovation Networks ,The Academy of Management Review, Vol. 31, No. 3, pp. 659-669 Chris B. Emmons 2013, Improving Organizational Performance: Building Organizational Resilience and Sustainability through Knowledge-Sharing Relationships , Walden University Minneapolis, 433 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Darr, Eric D;Argote, Linda;Epple, Dennis 1995, The Acquisition, Transfer, and Depreciation of Knowledge in Service Organizations: Productivity in Franchises , Management science 41 Damon Aiken, Timothy C. Heinze, Matthew L. Meuter, and Kenneth J. Chapman 2016, Innovation Through Collaborative Course Development: Theory And Practice, Marketing Education Review, vol. 26, no. 1, pp. 57–62 Danseco, E 2013, The Five CS For Innovating in Evaluation capacity Building : Lessons From The Field, The Canadian Journal of Program Evaluation Vo. 28 No. 2 Pages 107 – 117 Durcikova, Alexandra; Kelly J. Fadel, Brian S. Butler, Dennis F. 2011, Knowledge Exploration and Exploitation: The Impacts of Psychological Climate and Knowledge Management System Access, Inf onnation Systems Research Vol. 22, No. 4, pp. 855-866 Fumi Kitagawa 2010, Pooling Resources for Excellence and Relevance: An Evolution of Universities as Multi- Scalar Network Organisations , Minerva, Vol. 48, No. 2 pp. 169-187 Elena Revilla 2008, Knowledge Management in Research Joint Ventures, Strategic Knowledge Management in Multinational Organizations. p207-226 Eva Sørensen 2012, Measuring the accountability of collaborative innovation, The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal Vol 17 1 article 9 Frank T. Rothaermel and Andrew M. Hess Nov. - Dec., 2007, Building Dynamic Capabilities: Innovation Driven by Individual-, Firm-, and Network-Level, Organization Science, Vol. 18, No. 6, pp. 898-921 Gene Slowinski and Matthew W. Sagal 2010, Good practices in open innovation, Industrial Research Institute Inc. Hasyimi, S 2000, Analisis Learning Organization Core Capability Kajian Kasus di Lembaga Litbang Deprindag – BBKKP, Universitas Indonesia He, Zi-Lin ; Wong, Poh-Kam 2004 , Exploration vs. Exploitation: An Empirical Test of the Ambidexterity Hypothesis, Organization Science Vol. 15, No. 4, July-August 2004, pp. 481-494 Henri Inkinen 2016, Review of empirical research on knowledge management practices and firm performance, Journal of Knowledge Management, Vol. 20 Iss 2 pp. 230 – 257 Lane, Jane E. Salk and Marjorie A. Lyles 2001, Absorptive Capacity, Learning, and Performance in International Joint Ventures , Management Journal, Vol. 22, No. 12 pp. 1139-1161 Manuel Expósito-Langa 2015, Innovation in clusters: exploration capacity, networking intensity and external resources, Journal of Organizational Change Management vol 28 No 1 pp 26-42 Ming-Chang Lee 2016, Knowledge Management and innovation management: best practices in knowledge sharing and knowledge value chain, Journal of Innovation and Learning Vol 19, N0.2 pp 206-226 Mitchell Brown 2012, Enhancing and Measuring Organizational Capacity: Assesing the Results of the U.S. Department of Justice Rural Pilot Program Evaluation, Public Adninistration Review, Juli-August 2012 Blackwell Publishing Ltd Nonaka Ikujiro and Georg von Krogh 2009 Tacit Knowledge and Knowledge Conversion: Controversy and Advancement in Organizational Knowledge Creation Theory, Organization Science, Vol. 20, No. 3, pp. 635-652 Senge, Peer, Leinder, Anet, Robert, Charlote, Ross, Richard Roth, George, Smith, Bryan 1999 The Dance of Change: The Challence of Sustaining Momentum in 434 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 Learning Organization, Dourbledary, New York Tony S. Frost and Changhui Zhou 2005, RD Co-practice and Reverse Knowledge Integration in Multinational Firms, Journal of International Business Studies, Vol. 36, No. 6 pp. 676-687 Xiomi An, Hepu Deng, Lemen Chao nad Wenlin Bai 2014, No. 3, Knowledge management in supporting collaborative innovation community capacity building, Journal of Knowledge Management Vol 18 Yli-Renko, Helena;Autio, Erkko;Sapienza, Harry J 2001, Social capital, knowledge acquisitions, and knowledge exploitation in young technology-based firms, Strategic Management Journal; JunJul; 22, 67; pg. 587 435 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 KOMUNIKASI PEJABAT HUMAS PEMERINTAH DALAM MENGELOLA INFORMASI IPTEK STUDI FENOMENOLOGI PADA BATAN, BPPT, DAN LAPAN Dyah Rachmawati Sugiyanto 1 , Dr. Suwandi Sumartias 2 , Prof. Dr. Neni Yulianita 3 , Dr. Lukiati Komala 4 1 Pranata Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Mahasiswi Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung. dyah.humasgmail.com 2 Dosen Universitas Padjadjaran, Bandung. wandi_sumartiasyahoo.com 3 Dosen Universitas Islam Bandung, Bandung. yulianita_nenigmail.com 4 Dosen Universitas Padjadjaran, Bandung. lukiatikomalagmail.com Keyword A B S T R A C T Government Public Relations, ST Information, Communication Experience Managing the information of science and technology to be accepted by the public was not easy for the public relations officers in government research institutions. This study aims to explore the Government Public Relations Officer experiences related to the management of information of science and technology. The communication experience, furthermore as contribution in the development strategy of strengthening the human resources capacity of Government Public Relations. Phenomenology method in this research tries to explore experiences of 9 informants in BATAN, BPPT, and LAPAN on manage information of science and technology, through in-depth interviews. This study suggests that in a communication on managing of information of science and technology, Government Public Relations Officers in BATAN, BPPT, and LAPAN gain pleasant and unpleasant experiences. This study confirmed that the experience is the construction of knowledge and awareness of Government Public Relations Officers in managing science and technology information. Kata Kunci S A R I K A R A N G A N Humas Pemerintah, Informasi Iptek, Pengalaman Komunikasi Mengelola informasi Iptek untuk dapat diterima dan dipahami oleh publik ternyata bukan hal mudah bagi para personil Humas di lembaga riset pemerintah. Penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pejabat struktural maupun fungsional terkait pengelolaan informasi Iptek. Pengalaman komunikasi tersebut, selanjutnya menjadi kontribusi dalam menentukan pengembangan strategi penguatan kapasitas SDM Humas Pemerintah. Metode Fenomenologi dalam penelitian ini mengeksplorasi pengalaman 9 informan di BATAN, BPPT, dan LAPAN dalam mengelola informasi Iptek, dengan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini menyebutkan, dalam melakukan pengelolaan informasi Iptek, para pejabat Humas Pemerintah di BATAN, BPPT, dan LAPAN mendapatkan pengalaman komunikasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Penelitian ini juga mempertegas bahwa pengalaman tersebut merupakan konstruksi dari pengetahuan dan kesadaran personil Humas Pemerintah dalam mengelola informasi Iptek. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 436 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 LATAR BELAKANG MASALAH Pengelolaan informasi Iptek yang dilakukan pemerintah sejatinya bukan hanya sekedar aktivitas biasa, rutin, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat. Lebih dari itu, ada tanggungjawab lebih besar di balik tujuannya, yaitu membangun kesadaran publik terhadap Iptek, baik sebagai pengguna maupun pemantau kebijakan Iptek yang dibuat oleh pemerintah. Oleh sebab itu, tenaga ahli komunikasi, dalam penelitian ini adalah Pejabat Humas Pemerintah, perlu mendapatkan perhatian secara khusus. Pemilihan tiga lembaga dilatarbelakangi beberapa hal. Pertama, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana komunikasi Humas Pemerintah di lembaga riset. Karena itu, langkah pertama dalam memilih lokasi penelitian adalah memilih lembaga pemerintah yang berkoordinasi dengan kementerian yang menangani urusan riset dan pendidikan tinggi di Indonesia. Selanjutnya, peneliti menelusuri lembaga riset pemerintah yang di dalamnya terdapat Pejabat Struktural Humas dan di dalamnya terdapat Pejabat Fungsional Pranata Humas. Hal terpenting, jika dilakukan riset pada instansi tersebut akan berdampak besar, signifikan, dan nyata, khususnya bagi Humas Pemerintah lainnya. Di antara Lembaga Pemerintah Non Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi LPNK Ristekdikti, diketahui bahwa yang memiliki sumber daya manusia SDM Pranata Humas adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional LAPAN, Badan Standardisasi Nasional BSN dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI 1 . Selanjutnya, peneliti membatasi jumlah lokasi yang akan diteliti, yaitu sebanyak tiga. Peneliti kemudian menetapkan BATAN, BPPT, dan LAPAN sebagai lokasi penelitian. Dari ketiga lokasi penelitian yang dituju, setiap unit 1 Rangkuman wawancara dengan Pejabat Humas dari delapan LPNK Kemristekdikti yang dianggap dapat mewakili lembaganya masing-masing Humas di dalamnya memiliki jumlah dan kualitas pejabat Humas yang berbeda. BATAN memiliki 40 Pejabat Fungsional Pranata Humas, 6 di antaranya ditempatkan di Bagian Humas. BPPT memiliki 30 Pejabat Fungsional Pranata Humas, hampir setengah di antaranya ditempatkan di Bagian Humas. LAPAN memiliki 32 Pejabat Fungsional Pranata Humas, 8 di antaranya ditempatkan di Bagian Humas. 2 Humas Pemerintah, menurut Eko Madi Parmanto 3 , pekerjaannya ‘tidak jelas’, target juga ‘tidak jelas’, produknya mungkin orang tidak tahu, produknya juga kemungkinan bukan menjadi kebutuhan mereka. Di situlah beratnya Humas Pemerintah di lembaga riset untuk bisa menjelaskan juga mengenai substansi secara umum. Kepala Bagian Humas BATAN tersebut menambahkan, survey yang dilakukan di lembaga swasta lebih fokus kepada misi atau posisi khusus dan lebih banyak kemanfaatannya secara ekonomi. Sedang lembaga riset pemerintah itu juga berfungsi mengembangkan teknologi, ada tugas-tugas yang mendukung kegiatan pemerintah, kemudian ada juga tugas- tugas sosial. Menurutnya, beban tersebut menjadi jauh lebih banyak dibanding dengan beban para Humas di lembaga riset yang mandiri swasta. “Di lembaga riset pemerintah tidak boleh bisnis. Jadi tujuannya melakukan riset, menghasilkan, kemudian diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat yang membutuhkan. Di perusahaan industri hanya menjelaskan saja bentuk tulisan- tulisan dalam kemasan produk, mem-branding produk melalui info keunggulan produk tersebut. Humas Pemerintah di lembaga risetlah yang mengedukasi masyarakat bahwa radiasi itu aman. “Radiasi itu apa ? Itu kita mengedukasi. Itu kan tidak berbiaya, apa dan bagaimana manfaatnya apa”. Menyampaikan pengetahuan tentang Nuklir dan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental RDE bukanlah hal yang mudah. Publik sudah terlanjur memaknai Nuklir adalah 2 Rangkuman wawancara dengan Yustantia BATAN, Sherly BPPT, dan Adhi LAPAN. 3 Kepala Bagian Humas BPPT, wawancara pada 13 Maret 2016 di Kantor BATAN 437 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 sesuatu yang sangat berbahaya bahkan dapat mematikan. Mengubah pemahaman publik untuk bisa menerima fakta bahwa ada manfaat Nuklir di balik isu tersebut membutuhkan metode yang tepat dan profesional dan disampaikan oleh Pejabat Humas sebagai juru bicara yang handal. Fenomena berikutnya terkait pengelolaan Iptek di BPPT yang dilakukan oleh para pejabat Humas di BPPT dapat diketahui dari pernyataan berikut: “BPPT memandang bahwa informasi Iptek khususnya informasi mengenai hasil kerja kerekayasaan BPPT perlu dipadukan dengan sistem informasi yang terintegrasi dengan baik. Dalam hal ini Humas BPPT bekerjasama dengan unit kerja Pusat Data Informasi dan Standardisasi BPPT terkait pengelolaan informasi melalui Website bppt.go.id. Pada website tersebut disajikan pemberitaan mengenai kinerja BPPT beserta galeri foto kegiatannya. Selain itu juga kami tampilkan profil unit kerja di BPPT beserta layanan dan jasa yang menjadi andalan tiap unit kerja. Selain mengelola informasi melalui website, Humas BPPT juga secara aktif menyebarluaskan informasi Iptek melalui media sosial twitter, facebook dan youtube. Tidak ketinggalan juga BPPT mengelola penerbitan cetak melalui Majalah Informasi Teknologi, Newsletter BPPT, dan Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.” 4 Selanjutnya, Salah satu hasil penelitian yang digunakan saat krisis akibat kebakaran lahan gambut di Riau beberapa waktu lalu adalah pesawat hujan buatan, yang merupakan hasil penelitian BPPT. Dalam sebuah wawancara awal, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Pejabat Humas BPPT mengambil langkah dalam mengelola informasi terkait aksi humas terhadap pemberitaan tersebut. Humas BPPT memanfaatkan Forum Wartawan Teknologi guna menyebarluaskan isu kegiatan terkini dari pelaksanaan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT. Lokasi penelitian berikutnya adalah LAPAN. Informasi mengenai keantariksaan yang 4 Wawancara dengan Surya Pratama, S.Sos, M.Si, Kepala Sub Bagian Hubungan Media dan Pengaduan Masyarakat, Bagian Humas BPPT, 21 Nopember 2015 dikeluarkan oleh LAPAN belum tentu penting bagi publik, sekalipun informasi itu adalah informasi penting. Kemampuan Pejabat Humas LAPAN diuji dalam hal ini, untuk menarik minat dan mengedukasi publik terhadap kemampuan LAPAN dalam bidang keantariksaan dan penerbangan nasional. Pekerjaan Humas Pemerintah tidak selesai hanya dengan mengundang wartawan dalam konferensi pers, melakukan publikasi, mendiseminasikan informasi melalui media sosial. Dalam melakukan tugasnya, para petugas Humas Pemerintah juga harus berfikir strategis, berdasarkan pengalaman-pengalaman komunikasi yang pernah dihadapi. Karena itu, penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pejabat struktural maupun fungsional terkait pengelolaan informasi Iptek. Pengalaman komunikasi tersebut, selanjutnya menjadi kontribusi dalam menentukan pengembangan strategi penguatan kapasitas SDM Humas Pemerintah. TEORI DAN METODOLOGI Humas Pemerintah Berkembangnya profesi Humas memunculkan bidang-bidang kekhususan di dalamnya. Morissan 2010:32 mengklasifikasikannya menjadi lima bidang, yaitu Publisitas, Public Affairs, Pemasaran, Manajemen Isu, dan Lobi. Selanjutnya, Public Affairs melahirkan tiga bidang kekhususan, yaitu community relations, government relations, dan industrial relations. Dalam perkembangannya, Profesi Humas Pemerintah mengalami dinamika perubahan yang cukup signifikan, khususnya di Indonesia, mulai era 1990an. Penyebutan individu yang berprofesi sebagai Humas Pemerintah bahkan belum disadari harus dengan istilah yang mana. Pakar Ilmu Komunikasi, Frank Jefkins menyebutkan: “Public Relations dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘Hubungan Masyarakat’, disingkat ‘PR’. Istilah ‘seorang PR’ a PR yang terlanjur populer itu harus dihindari karena pada dasarnya memang keliru. Seorang praktisi PR tidak sama dengan PR yang merupakan suatu 438 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016