IV-9 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021
salah satu penyebabnya yaitu berat bayi lahir rendah BBLR, pola pengasuhan, penyakit infeksi dll.
Untuk menurunkan persentase balita gizi buruk antara lain dengan Pemberian Makanan Tambahan PMT Penyuluhan di Posyandu, PMT
Pemulihan balita gizi buruk, pemberian Makanan Pendamping ASI MP-ASI bagi anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin, pemberian vitamin A dan
obat cacing di Posyandu dll. Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat prioritas intervensi untuk
indicator utama AKI dan AKB dengan indicator pendukung proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan prevalensi balita seperti
tergambar pada table berikut: Tabel 4.6
Prioritas Intervensi dan Wilayah INDIKATOR UTAMA
PRIORITAS PRIORITAS
BIDANG INDIKATOR
PENDUKUNG PRIORITAS PRIORITAS
INTERVENSI WILAYAH PRIORITAS
Angka Kematian Ibu AKI
Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga
Kesehatan Terlatih Kec. Batipuh Selatan,
Kec. Pariangan, Kec. Batipuh, Kec. Padang
Ganting, Kec. Lima Kaum
Angka Kematian Bayi AKB
Prevalensi Balita Gizi Buruk
Kec. Sungai Tarab, , Kec. Lintau Buo Utara Kec.
Batipuh, Kec. Lima Kaum, Kec. X Koto
Dari table diatas terlihat bahwa angka kematian ibu AKI sebagai indicator utama bila dibandingkan dengan indicator pendukung prioritas
yaitu proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih maka adapun wilayah prioritas intervensi adalah Kec. Batipuh Selatan, Kec.
Pariangan, Kec. Batipuh, Kec. Padang Ganting, Kec. Lima Kaum. Rendahnya proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan disebabkan karena
kurang akses masyarakat terhadap sarana yang ada disekitarnya. Untuk Angka Kematian Bayi dengan indicator utama dan prevalensi
balita kekurangan gizi sebagai indicator pendukung maka yang menjadi wilayah perioritas di Kec. Sungai Tarab, , Kec. Lintau Buo Utara Kec.
Batipuh, Kec. Lima Kaum, Kec. X Koto.
4.3 Bidang Infrastruktur Dasar
Untuk menilai kinerja bidang infrastruktur dasar dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain proporsi rumah tangga dengan air minum
IV-10 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021
layak, proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak, proporsi rumah tangga dengan akses listrik, proporsi desa dengan akses jalan R4 sepanjang tahun,
proporsi desa dengan jaringan listrik. Tabel 4.7
Prioritas Bidang Infrastruktur
NO INDIKATOR
CAPAIAN DAERAH
2015 CAPAIAN
PROPINSI 2015
CAPAIAN NASIONAL
2015 1
Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak
76.84 66.58
70.97 2
Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak
70.81 45.02
62.14 3
Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik
96 96.17
97.54 4
Proporsi Desa dengan Akses Jalan R4 sepanjang tahun
100 94.49
83.87 5
Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik
100
Sumber: BPS, Susenas, TDA
4.3.1 Air Minum
Dari tabel diatas terlihat bahwa capaian daerah lebih tinggi dari capaian provinsi dan nasional sementara target Rencana Aksi Daerah Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan RAD-AMPL Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2019 dan target Sustainable Developmen Goals SDG,s yaitu
1000100 yang berarti cakupan air minum layak 100, kawasan kumuh 0 dan cakupan sanitasi layak 100. Adapun usaha yang dilakukan untuk
meningkakan proporsi rumah tangga dengan air minum layak dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat antara lain :
1. Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat PAMSIMAS
2. Program penyediaan air bersih bagi masyarakat
3. Dana Alokasi Khusus DAK bidang air bersih, bidang kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492MENKESPER IV2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pada Permenkes tersebut juga
disebutkan bahwa penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan.
Dalam hal ini penyelenggara air minum diantaranya adalah BadanUsaha Milik Negara BUMNBadan Usaha Milik Daerah BUMD, koperasi, badan
IV-11 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021
usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat danatau individual yang menyelenggarakan penyediaan air minum.
Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif. Secara fisik, air
minum yang sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat padat terlarut, kekeruhan, dan suhu sesuai ambang batas
yang ditetapkan. Secara mikrobiologis, air minum yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan total bakteri koliform. Secara kimiawi, zat kimia yang
terkandung dalam air minum seperti besi, aluminium, klor, arsen, dan lainnya harus di bawah ambang batas yang ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross
alpha activity tidak boleh melebihi 0,1becquerel per liter Bql dan kadar gross beta activity tidak boleh melebihi 1 Bql
4.3.2 Sanitasi
Dari tabel diatas terlihat bahwa capaian daerah lebih tinggi dari capaian provinsi dan nasional. Adapun usaha yang dilakukan untuk
meningkakan proporsi rumah tangga sanitasi layak baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat antara lain :
1. Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat PAMSIMAS
2. Program Sanitasi Berbasis Masyarakat SANIMAS
3. Program penyediaan air bersih bagi masyarakat
4. Dana Alokasi Khusus DAK bidang air bersih, bidang kesehatan
5. Program Penyediaan Sanitasi Pedesaan PPSP
Akses SanitasiLayakSanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan
lingkungan yangmempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari
turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya
beberapa penyakit. Berdasarkan konsep dan definisi SDGs, rumah tangga memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan
memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik septic tankSistem Pengolahan Air Limbah SPAL, yang digunakan
sendiri atau bersama. Metode pembuangan tinja yang baik yaitu menggunakan jamban dengan syarat sebagai berikut:
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
IV-12 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021
2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur.
3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan. 4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar- benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang. 7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.
4.3.3 Akses Listrik
Proporsi desa dengan jaringan listrik sudah 100 sementara proporsi rumah tangga dengan akses listrik sebesar 96, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain biaya yang diperlukan untuk pemasangan jaringan listrik cukup mahal, akses masyarakat yang jauh dari jaringan listrik yang
tersedia karena tinggal didaerah yang agak terpencil.
4.3.4 Akses Jalan R4
Proporsi desa dengan akses jalan R4 sudah 100 dan diatas capaian propinsi dan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah
memperhatikan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap jalan.
4.4 Bidang Ketenagakerjaan Dan Kewirausahaan
Untuk menilai indikator bidang ketenagakerjaan dan kewirausahaan dapat dilihat dari beberapa indicator antara lain tingkat pengangguran
terbuka, pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan persentase UMK yang mempunyai akses permodalan.
Tabel 4.8 Prioritas Bidang Ketengakerjaan Dan Kewirausahaan
INDIKATOR CAPAIAN
DAERAH 2015
CAPAIAN PROPINSI
2015 CAPAIAN
NASIONAL 2015
Tingkat Pengaguran Terbuka 3.3
6.89 6.18
Pekerja yang Bekerja Kurang dari 35 jam per Minggu
31.94 2010
35.81 2010
30.75 2010
Persentase UMK yang Mempunyai Akses Permodalan
63,2 0.94
Sumber: TDA 2014