Bidang Infrastruktur Dasar PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

IV-12 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur. 3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan. 4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. 5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar- benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin. 6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang. 7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

4.3.3 Akses Listrik

Proporsi desa dengan jaringan listrik sudah 100 sementara proporsi rumah tangga dengan akses listrik sebesar 96, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain biaya yang diperlukan untuk pemasangan jaringan listrik cukup mahal, akses masyarakat yang jauh dari jaringan listrik yang tersedia karena tinggal didaerah yang agak terpencil.

4.3.4 Akses Jalan R4

Proporsi desa dengan akses jalan R4 sudah 100 dan diatas capaian propinsi dan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah memperhatikan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap jalan.

4.4 Bidang Ketenagakerjaan Dan Kewirausahaan

Untuk menilai indikator bidang ketenagakerjaan dan kewirausahaan dapat dilihat dari beberapa indicator antara lain tingkat pengangguran terbuka, pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan persentase UMK yang mempunyai akses permodalan. Tabel 4.8 Prioritas Bidang Ketengakerjaan Dan Kewirausahaan INDIKATOR CAPAIAN DAERAH 2015 CAPAIAN PROPINSI 2015 CAPAIAN NASIONAL 2015 Tingkat Pengaguran Terbuka 3.3 6.89 6.18 Pekerja yang Bekerja Kurang dari 35 jam per Minggu 31.94 2010 35.81 2010 30.75 2010 Persentase UMK yang Mempunyai Akses Permodalan 63,2 0.94 Sumber: TDA 2014 IV-13 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 Dari tabel terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka di daerah lebih rendah dari provinsi dan nasional, sedangkan pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu sebesar 31.94 dibawah capaian propinsi sebesar 35.81 dan diatas capaian nasional 30.75. Di Kabupaten Tanah Datar persentase keluarga miskin yang bergerak di sector industry kecil dan kerajinan berdasarkan data tahun 2015 sebesar 3 dan dari total RT miskin yang, tingkat provinsi Sumbar hanya 0,94 yang mendapatkan progam KUR. Dari RT yang menerima KUR di seluruh decile pengeluaran hanya 9,6 dipergunakan oleh RT dengan tingkat pengeluaran 40 terendah. Dengan data Susenas, tidak dapat di tentukan apakah RT menerima KUR Mikro atau KUR Retail Karena pemberian KUR berbasis usaha, tidak ada target spesifik terkait tingkat pengeluaran RT dalam program KUR, sehingga saasaran RT pada desil 1-4 tidak diarahkan dalam implementasi programnya. Sumber kredit utama bagi penduduk yang berpengeluaran 40 terendah adalah Kredit usaha dari PNPM Mandiri yaitu 42 dan Kredit usaha dari perorangan sebesar 42,5 . Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Penambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja sehingga dapat menyerap penambahan angkatan kerja.

4.5 Bidang Ketahanan Pangan

Untuk menilai indikator bidang ketahanan pangan dapat dilihat dari beberapa indicator antara lain indeks ketahanan pangan, rata-rata perkembangan harga beras dan harga kebutuhan pokok non pangan. IV-14 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 Tabel 4.9 Prioritas Bidang Ketahanan Pangan INDIKATOR CAPAIAN DAERAH 2015 CAPAIAN PROPINSI 2015 CAPAIAN NASIONAL 2015 Indeks Ketahanan Pangan 0.3 2009 0.83 2009 50 Rata-rata Perkembangan Harga Beras 10.125 10.716 Beras Medium 11.314 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok non Pangan 1. Minyak Goreng 2. Gula Pasir 3. Minyak Tanah 4. Cabe Merah 5. Terigu 6. Daging Ayam Ras 7. Telur Ayam Ras 9.813 16.000 3.500 80.000 7.737 35.000 1.200 11.587 11.622 - 34.854 - 22.979 1.159 12.000 16.000 - 80.000 - 34.962 1.500 Sumber: BPS Dari tabel diatas terlihat bahwa indeks ketahanan pangan Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2009 sebesar 0.3 yang berarti keadaan ketahanan pangan daerah dalam surplus tinggi, jika dibandingkan dengan propinsi indeks ketahanan pangannya 0.83 yang menunjukkan ketahanan pangan Provinsi Sumatera Barat surplus rendah. Rata-rata perkembangan harga beras tahun 2015 di Kabupaten Tanah Datar Rp. 9.813,00, yang nilainya dibawah rata-rata harga beras di Provinsi Sumatera Barat Rp. 11.587,00. Pada table diatas juga ditampilkan 7 tujuh perkembangan harga kebutuhan pokok non pangan. V-1 Strategi Penanggulangan Kemiskina Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

5.1 Evaluasi APBD

Evaluasi APBD dilakukan untuk mendapatkan hasil analisa yang menunjukkan relevansi dan efektifitas APBD dalam penanggulangan kemiskinan. Analisa besaran APBD diperlukan untuk melihat potensi- potensi daerah dalam penanggulangan kemiskinan dari sisi anggaran menyangkut kemandirian daerah, fleksibilitas dan sustainabilitas dalam menjalankan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan, serta keberpihakan daerah terhadap penanggulangan kemiskinan dari sisi pendapatan maupun belanja.

a. Analisis APBD menurut realisasi pendapatan dengan belanja

Realisasi pendapatan terhadap belanja dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan terhadap Belanja APBD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013-2015 No Komponen 2013 2014 2015 Realisasi Rp. Selisih Realisas i Rp. Selisih Realisasi Rp. Selisih 1. Pendapatan 893.108.3 89.961 1.04 1.004.7 20.140. 166 3.36 1.151.89 8.266.36 9 3.97 2. Belanja 856.376.2 08.798,66 971.007 .739.98 7 1.106.20 4.651.01 4 Sumber : APBD Perubahan Kab. Tanah Datar Tahun 2013-2015 Dari tabel di atas terlihat selisih persentase belanja terhadap pendapatan rata-rata 2.79, pada tahun 2013 sebesar 1.04 naik menjadi 3.36 tahun 2014 dan naik kembali tahun 2015 menjadi 3.97. Ini menunjukkan bahwa pendapatan lebih besar dari pada belanja .

b. Analisis APBD menurut pendapatan, kapasitas fiskal dan derajat

otonomi fiskal Proporsi APBD menurut pendapatan, kapasitas fiskal dan derajat otonomi fiskal dapat dilihat pada table 5.2 berikut :