Pertanian Lingkungan Hidup Aspek Daya Saing Daerah .1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

II-90 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 Tabel 2.77 Rasio Kualitas Tenaga Kerja Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 2010 - 2015 No Uraian Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Jumlah Lulusan DIDIIDIII 5.116 12.538 4.874 4.587 4.790 4.790 2. Jumlah Lulusan DIVS1S2S3 7.896 441 16.270 14.110 12.834 12.834 3. Jumlah 13.01 2 12.979 21.144 18.697 17.624 17.624 4. Jumlah Penduduk 339.7 92 340.90 6 341.91 1 342.86 4 343.86 4 362.75 9 5. Rasio Lulusan S1S2S3 0,023 0,001 0,05 0,04 0,03 0,03 Sumber : Tanah Datar Dalam Angka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Angka perkiraan Grafik 2.47 Rasio Lulusan S1S2S3

b. Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.78 : Tabel 2.78 Rasio Ketergantungan Penduduk No Uraian Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Jumlah Penduduk usia 15 tahun 102.60 4 103.15 9 106.10 2 99.319 101.06 8 81.405 2. Jumlah Penduduk usia 64 tahun 11.437 28.792 18.781 27.862 28.048 31.842 3. Jumlah Penduduk usia tdk produktif 1 2 114.04 1 131.95 1 124.88 3 127.18 1 129.11 6 113.24 7 4. Jumlah Penduduk usia 15-64 tahun 225.75 1 208.12 2 218.10 8 215.68 3 217.12 249.51 2 5. Rasio ketergantungan 50,51 63,4 57,26 58,97 58,48 45,39 Sumber : BPS Kabupaten Tanah Datar II-91 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 Dari Tabel 2.95 dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan Kabupaten Tanah Datar cukup tinggi yang berarti beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi masih cukup tinggi. Namun angka rasio ketergantungan cenderung menurun dari tahun 2011 sebesar 63,4 menjadi 45,39 pada tahun 2015. III-1 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH

3.1 KONSEP KEMISKINAN 3.1.1 Defenisi Kemiskinan Kemiskinan adalah isu yang kompleks dan multidimensional, karena banyaknya pendekatan yang dilakukan terhadap kondisi yang disebut miskin, maka banyak definisi tentang kemiskinan. Menurut Bank Dunia 2000, pada umumnya definisi kemiskinan mengacu kepada ide dasar bahwa kemiskinan adalah masalah “kekurangan” dalam “kesejahteraan”. Badan Pusat Statistik BPS mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu situasi dimana suatu standar kehidupan yang “layak” tidak tercapai. Dalam menentukan standar kehidupan yang “layak”, BPS melakukan pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar, dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran.

3.1.2 Pengukuran Kemiskinan

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan yang merupakan gabungan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD 1hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah 2 per hari. Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatanpengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin.