Informasi Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga Usia 18-60

IV-1 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat berhubungan dengan status social ekonominya dan potensi wilayah. Faktor social ekonomi yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri masyarakat itu sendiri dan cenderung melekat pada dirinya seperti tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, tingkat kesehatan yang rendah dan produktifitas yang rendah. Sedangkan factor yang berasal dari luar berhubungan dengan potensi alamiah, teknologi dan rendahnya akses terhadap kelembagaan yang ada. Kedua factor tersebut menentukan akses masyarakat miskin dalam memanfaatkan peluang-peluang ekonomi untuk menunjang kehidupannya. Kemiskinan sesungguhnya merupakan fenomena yang kait mengait antara satu factor dengan factor yang lainnya. Oleh karena itu mengkaji masalah kemiskinan harus diperhatikan jalinan antara factor-faktor penyebab kemiskinan dan factor-faktor yang berada dibalik kemiskinan tersebut. Todaro 2006 memperlihatkan jalinan antara kemiskinan dan keterbelakangan dengan beberapa aspek ekonomi dan aspek non ekonomi. Tiga komponen utama sebagai penyebab keterbelakangan dan kemiskinan masyarakat, factor tersebut adalah rendahnya taraf hidup, rendahnya rasa percaya diri dan terbatasnya kebebasan. Ketiga aspek tersebut memiliki hubungan timbal balik. Rendahnya taraf hidup disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya tingkat produktifitas tenaga kerja, rendahnya produktifitas disebabkan oleh tingginya pertumbuhan tenaga kerja, tingginya angka pengangguran dan rendahnya investasi perkapita. Tingginya angka pengangguran disebabkan oleh tingginya tingakat pertumbuhan tenaga kerja dan rendahnya investasi perkapita, dan tingginya pertumbuhan tenaga kerja disebabkan oleh tingginya ketergantungan terhadap teknologi asing yang hemat tenaga kerja. Selanjutnya rendahnya tingkat pendapatan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, kesempatan pendidikan, pertumbuhan tenaga kerja dan investasi perkapita. Menentukan prioritas intervensi kebijakan dilakukan dengan menganalisis determinan kemiskinan masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi umum kemiskinan. Determinan kemiskinan secara umum terkait dengan ketidakmerataan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar yang lain. IV-2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 Selain itu determinan kemiskinan juga terkait dengan tidak terpenuhinya akses terhadap infrastruktur dasar dan ases terhadap asset produktif dan rendahnya investasi swasta dan kewirausahaan. Determinan kemiskinan tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang analisis yaitu: bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang infrastruktur, bidang ketenagakerjaan kewirausahaan serta bidang ketahanan pangan.

4. 1 Bidang Pendidikan

Untuk menilai kinerja bidang pendidikan dapat dilihat pada beberapa indikator yaitu Angka Partisipasi Kasar APK, Angka Partisipasi Murni APM, Angka Putus Sekolah, Angka Buta Huruf. Tabel 4.1 Prioritas Bidang Pendidikan Sumber: Data Profil Dinas Pendidikan

4.1.1. Angka Partisipasi Kasar

Pada tabel diatas terlihat capaian APK SDMI, APK SMPMTs, APK SMAMA, APM SDMI, APM SMPMTs, APM SMAMA, dibawah capaian propinsi dan capaian nasional. Rendahnya APK pada semua jenjang pendidikan disebabkan karena murid pada usia sekolah di daerah perbatasan seperti NO INDIKATOR CAPAIAN DAERAH 2015 CAPAIAN PROPINSI 2015 CAPAIAN NASIONAL 2015 1. Angka Pertisipasi Kasar APK SDMI 105.45 112.36 109.05 2. Angka Pertisipasi Kasar APK SMPMTs 103.22 101.58 100.51 3. Angka Pertisipasi Kasar APK SMAMA 81.22 83.94 75.53 4. Angka Pertisipasi Murni APM SDMI 90.67 95.92 93.53 5. Angka Pertisipasi Murni APM SMPMTs 81.69 79.57 80.76 6. Angka Pertisipasi Murni APM SMAMA 62.88 65.41 57.15 7. Angka Putus Sekolah Penduduk Usia 7 – 12 tahun 0.04 0.22 8. Angka Putus Sekolah Penduduk Usia 13 – 15 tahun 0.09 0.46 9. Angka Putus Sekolah Penduduk Usia 16 – 18 tahun 0.65 0.95 10. Angka Melek Huruf Penduduk Usia Dewasa diatas 15+ 98.7 98.44 95.12 11. Angka Rata-rata Lama Sekolah tahun 7.93 8.42 8.2 IV-3 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 Sepuluh Koto, Batipuh bersekolah di daerah tetangga seperti di Padang Panjang. Angka Partisipasi Kasar APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan tertentu, berapapun usianya, dengan jumlah penduduk pada jenjang usia yang bersesuaian. APK secara umum menunjukkan tingkat partisipasi penduduk dalam pendidikan dan merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah pada masing- masing jenjang pendidikan. Tabel 4.2 APK SDMI, APK SMPMTs dan APK SMAMA Di Kabupaten Tanah Datar menurut Kecamatan Tahun 2014 No Kecamatan APK SDMI APK SMPMTs APK SMAMA 1 Sepuluh Koto 89.91 76.37 33.86 2 Batipuh 95.91 41.40 38.05 3 Batipuh Selatan 101.03 41.09 - 4 Pariangan 101.79 61.88 69.38 5 Rambatan 108.72 56.74 49.79 6 Lima Kaum 130.96 134.82 53.45 7 Tanjung Emas 93.74 40.89 61.72 8 Padang Ganting 106.86 72.38 68.42 9 Lintau Buo 109.45 79.54 54.04 10 Lintau Buo Utara 113.33 70.48 49.28 11 Sungayang 114.08 59.18 55.56 12 Sungai Tarab 94.75 51.77 55.83 13 Salimpaung 102.99 26.56 41.94 14 Tanjung Baru 90.23 49.74 - 104.17 65.28 46.26 Sumber: TDA Tahun 2014 Pada tabel diatas terlihat bahwa APK SDMI yang rendah berada di Kecamatan Sepuluh Koto yaitu 89.91. Sedangkan APK tertinggi berada di Kecamatan Sungayang yaitu 114.08. Untuk APK SMPMTs yang rendah di Kecamatan Salimpaung yaitu 26.56. Sedangkan APK tertinggi berada di Kecamatan Lima Kaum yaitu 134.82. Untuk APK SMAMA yang rendah di Kecamatan Sepuluh Koto yaitu 33.86. Sedangkan APK tertinggi yaitu Kecamatan Pariangan yaitu 69.38. Adapun intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan APK SDMI, SMPMTs dan SMAMA yaitu meningkatkan mutu pendidikan di kecamatan yang APKnya rendah karena kecamatan tersebut merupakan daerah perbatasan dengan kabupaten tetangga sehingga anak usia sekolah cendrung sekolah ke kabupaten tersebut. Adapun bentuk dari peningkatan mutu yaitu IV-4 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017-2021 meningkatkan sarana dan parasarana sekolah, meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan dll. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Kecamatan X Koto ternyata tidak ada hubungan antara jumlah penduduk miskin dengan APK pada tingkat SDMI, SMPMTs dan SMAMA tapi berkaitan dengan geografis daerah yang berada di daerah perbatasan dengan kabupatenkota lain. Dapat disimpulkan bahwa miskin secara ekonomi tidak berpengaruh signifikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

4.1.2 Angka Partisipasi Murni APM

Dari table diatas terlihat bahwa APM pada jenjang pendidikan SDMI dan APM SMPMTs berada dibawah capaian provinsi dan nasiona, sementara APM SMAMA dibawah capaian provinsi dan diatas capaian nasional, hal ini disebabkan karena belum adanya layanan program unggulan pada jenjang pendidikan SDMI sementara pada jenjang SMPMTs dan SMAMA sudah tersedia layanan program unggulan.

4.1.3. Angka Putus Sekolah

Dari table 4.1 terlihat bahwa ngka putus sekolah pada semua jenjang pendidikan capaiannya dibawah capaian provinsi. Putus Sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga, dan lain-lain. Selain itu ada juga anggota masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah juga. Ada banyak faktor yang menyebabkan putus sekolah seperti keterbatasan dana pendidikan karena kesulitan ekonomi,kurangnya fasilitas pendidikan dan karena adanya faktor lingkungan pergaulan. Pemenuhan hak pendidikan tersebut diperoleh secara formal di sekolah, secara informal melalui keluarga. Khususnya pendidikan formal tidak semua anak mendapatkan haknya karena kondisi-kondisi yang memungkinkan orang tuanya tidak dapat memenuhinya. Kemiskinan karena tingkat pendidikan orang tua rendah merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan formal sehingga anak mengalami putus